PUNCAK ILMU KEJAWEN

Puncak Ilmu Kejawen

Ilmu “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah puncak Ilmu Kejawen. “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” artinya; wejangan berupa mantra sakti untuk keselamatan dari unsur-unsur kejahatan di dunia. Wejangan atau mantra tersebut dapat digunakan untuk membangkitkan gaib “Sedulur Papat” yang kemudian diikuti bangkitnya saudara “Pancer” atau sukma sejati, sehingga orang yang mendapat wejangan itu akan mendapat kesempurnaan. Secara harfiah arti dari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah sebagai berikut; Serat = ajaran, Sastrajendra = Ilmu mengenai raja. Hayuningrat = Kedamaian. Pangruwating = Memuliakan atau merubah menjadi baik. Diyu = raksasa atau lambang keburukan. Raja disini bukan harfiah raja melainkan sifat yang harus dimiliki seorang manusia mampu menguasai hawa nafsu dan pancainderanya dari kejahatan. Seorang raja harus mampu menolak atau merubah keburukan menjadi kebaikan.Pengertiannya; bahwa Serat Sastrajendra Hayuningrat adalah ajaran kebijaksanaan dan kebajikan yang harus dimiliki manusia untuk merubah keburukan mencapai kemuliaan dunia akhirat. Ilmu Sastrajendra adalah ilmu makrifat yang menekankan sifat amar ma’ruf nahi munkar, sifat memimpin dengan amanah dan mau berkorban demi kepentingan rakyat.

 

Asal-usul Sastra Jendra dan Filosofinya

          Menurut para ahli sejarah, kalimat “Sastra Jendra” tidak pernah terdapat dalam kepustakaan Jawa Kuno.  Tetapi baru terdapat pada abad ke 19 atau tepatnya 1820. Naskah dapat ditemukan dalam tulisan karya Kyai Yasadipura dan Kyai Sindusastra dalam lakon Arjuno Sastra atau Lokapala. Kutipan diambil dari kitab Arjuna Wijaya pupuh Sinom pada halaman 26;

        Selain daripada itu, sungguh heran bahwa tidak seperti permintaan anak saya wanita ini, yakni barang siapa dapat memenuhi permintaan menjabarkan “Sastra Jendra hayuningrat” sebagai ilmu rahasia dunia (esoterism) yang dirahasiakan oleh Sang Hyang Jagad Pratingkah. Dimana tidak boleh seorangpun mengucapkannya karena mendapat laknat dari Dewa Agung walaupun para pandita yang sudah bertapa dan menyepi di gunung sekalipun, kecuali kalau pandita mumpuni. Saya akan berterus terang kepada dinda Prabu, apa yang menjadi permintaan putri paduka. Adapun yang disebut Sastra Jendra Yu Ningrat adalah pangruwat segala segala sesuatu, yang dahulu kala disebut sebagai ilmu pengetahuan yang tiada duanya, sudah tercakup ke dalam kitab suci (ilmu luhung = Sastra). Sastra Jendra itu juga sebagai muara atau akhir dari segala pengetahuan. Raksasa dan Diyu, bahkan juga binatang yang berada dihutan belantara sekalipun kalau mengetahui arti Sastra Jendra akan diruwat oleh Batara, matinya nanti akan sempurna, nyawanya akan berkumpul kembali dengan manusia yang “linuwih” (mumpuni), sedang kalau manusia yang mengetahui arti dari Sastra Jendra nyawanya akan berkumpul dengan para Dewa yang mulia…

        Ajaran “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” mengandung isi yang mistik, angker gaib, kalau salah menggunakan ajaran ini bisa mendapat malapetaka yang besar. Seperti pernah diungkap oleh Ki Dalang Narto Sabdo dalam lakon wayang Lahirnya Dasamuka. Kisah ceritanya sebagai berikut;

Begawan Wisrawa mempunyai seorang anak bernama Prabu Donorejo, yang ingin mengawini seorang istri bernama Dewi Sukesi yang syaratnya sangat berat, yakni;

  1. Bisa mengalahkan paman Dewi Sukesi, yaitu Jambu Mangli, seorang raksasa yang sangat sakti.
  2. Bisa menjabarkan ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu”

Prabu Donorejo tidak dapat melaksanakan maka minta bantuan ayahandanya, Begawan Wisrawa yang ternyata dapat memenuhi dua syarat tersebut. Maka Dewi Sukesi dapat diboyong Begawan Wisrawa, untuk diserahkan kepada anaknya Prabu Donorejo.

        Selama perjalanan membawa pulang Dewi Sukesi, Begawan Wisrawa jatuh hati kepada Dewi Sukesi demikian juga Dewi Sukesi hatinya terpikat kepada Begawan Wisrawa.

“Jroning peteng kang ono mung lali, jroning lali gampang nindakake kridaning priyo wanito,” kisah Ki Dalang.

        Begawan Wisrawa telah melanggar ngelmu “Sastra Jendra”, beliau tidak kuat menahan nafsu seks dengan Dewi Sukesi. Akibat dari dosa-dosanya maka lahirlah anak yang bukan manusia tetapi berupa raksasa yang menakutkan, yakni;

  1. Dosomuko
  2. Kumbokarno
  3. Sarpokenoko
  4. Gunawan Wibisono

Setelah anak pertama lahir, Begawan Wisrawa mengakui akan kesalahannya, sebagai penebus dosanya beliau bertapa atau tirakat tidak henti-hentinya siang malam. Berkat gentur tapanya, maka lahir anak kedua, ketiga dan keempat yang semakin sempurna.Laku Begawan Wisrawa yang banyak tirakat serta doa yang tiada hentinya, akhirnya Begawan Wisrawa punya anak-anak yang semakin sempurna ini menjadi simbol bahwa untuk mencapai Tuhan harus melalui empat tahapan yakni; Syariat, Tarikat, Hakekat, Makrifat.

Lakon ini mengingatkan kita bahwa untuk mengenal diri pribadinya, manusia harus melalui tahap atau tataran-tataran yakni;

1.            Syariat; dalam falsafah Jawa syariat memiliki makna sepadan dengan Sembah Rogo.

2.            Tarikat; dalam falsafah Jawa maknanya adalah Sembah Kalbu.

3.            Hakikat; dimaknai sebagai Sembah Jiwa atau ruh (ruhullah).

4.            Makrifat; merupakan tataran tertinggi yakni Sembah Rasa atau sir (sirullah).

 

Pun diceritakan dalam kisah Dewa Ruci, di mana diceritakan perjalanan Bima (mahluk Tuhan) mencari “air kehidupan” yakni sejatinya hidup. Air kehidupan atau tirta maya, dalam bahasa Arab disebut sajaratul makrifat. Bima harus melalui berbagai rintangan baru kemudia bertemu dengan Dewa Ruci (Dzat Tuhan) untuk mendapatkan “ngelmu”.

Bima yang tidak lain adalah Wrekudara/AryaBima, masuk tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan “Segeralah kemari Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku”, kata Dewa Ruci. Sambil tertawa Bima bertanya :”Tuan ini bertubuh kecil, saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak mungkin masuk”. Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:”besar mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke dalam tubuhku”.

Atas petunjuk Dewa Ruci, Bima masuk ke dalam tubuhnya melalui telinga kiri.

Dan tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana utara dan selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas, depan dan belakang. Kemudian, terang, tampaklah Dewa Ruci, memancarkan sinar, dan diketahui lah arah, lalu matahari, nyaman rasa hati.

Ada empat macam benda yang tampak oleh Bima, yaitu hitam, merah kuning dan putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci:”Yang pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, yang memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri. Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati tinggal, mata hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati. 

Yang hitam kerjanya marah terhadap segala hal, murka, yang menghalangi dan menutupi tindakan yang baik. Yang merah menunjukkan nafsu yang baik, segala keinginan keluar dari situ, panas hati, menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan. Yang kuning hanya suka merusak. Sedangkan yang putih berarti nyata, hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu, perwira dalam kedamaian. Sehingga hitam, merah dan kuning adalah penghalang pikiran dan kehendak yang abadi, persatuan Suksma Mulia.

Lalu Bima melihat, cahaya memancar berkilat, berpelangi melengkung, bentuk zat yang dicari, apakah gerangan itu ?! Menurut Dewa Ruci, itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak berkilat cahayanya, memancar bernyala-nyala, yang menguasai segala hal, tanpa bentuk dan tanpa warna, tidak berwujud dan tidak tampak, tanpa tempat tinggal, hanya terdapat pada orang-orang yang awas, hanya berupa firasat di dunia ini, dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang menyatu dengan diri tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin, bertempat tinggal di tubuh, tidak ikut makan dan minum, tidak ikut merasakan sakit dan menderita, jika berpisah dari tempatnya, raga yang tinggal, badan tanpa daya. Itulah yang mampu merasakan penderitaannya, dihidupi oleh suksma, ialah yang berhak menikmati hidup, mengakui rahasia zat.

Kehidupan Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai segalanya, Pramana bila mati ikut lesu, namun bila hilang, kehidupan suksma ada. Sirna itulah yang ditemui, kehidupan suksma yang sesungguhnya, Pramana Anresandani.
Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya kegemaran, bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku, jangan bicara gaduh, jangan bicarakan hal ini secara sembunyi-sembunyi, tapi lekaslah mengalah jika berselisih, jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan nafsu kehidupan tapi kuasailah.

Tentang keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak lapar, tidak mengalami hambatan dan kesulitan, tidak sakit, hanya enak dan bermanfaat, peganglah dalam pemusatan pikiran, disimpan dalam buana, keberadaannya melekat pada diri, menyatu padu dan sudah menjadi kawan akrab.
Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat dipisahkan, tak berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu, menyatu dengan kesejahteraan dunia, mendapat anugerah yang benar, persatuan manusia/kawula dan pencipta/Gusti. Manusia bagaikan wayang, Dalang yang memainkan segala gerak gerik dan berkuasa antara perpaduan kehendak, dunia merupakan panggungnya, layar yang digunakan untuk memainkan panggungnya.

Bila seseorang mempelajari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” berarti harus pula mengenal asal usul manusia dan dunia seisinya, dan haruslah dapat menguraikan tentang sejatining urip (hidup), sejatining Panembah (pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa), sampurnaning pati (kesempurnaan dalam kematian), yang secara gamblang disebut juga innalillahi wainna illaihi rojiuun, kembali ke sisi Tuhan YME dengan tata cara hidup layak untuk mencapai budi suci dan menguasai panca indera serta hawa nafsu untuk mendapatkan tuntunan Sang Guru Sejati.

Uraian tersebut dapat menjelaskan bahwa sasaran utama mengetahui “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah untuk mencapai Kasampurnaning Pati, dalam istilah RNg Ronggowarsito disebut Kasidaning Parasadya atau pati prasida, bukan sekedar pati patitis atau pati pitaka. “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” seolah menjadi jalan tol menuju pati prasida.

Bagi mereka yang mengamalkan “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” dapat memetik manfaatnya berupa Pralampita atau ilham atau wangsit (wahyu) atau berupa “senjata” yang berupa rapal. Dengan rapal atau mantra orang akan memahami isi Endra Loka, yakni pintu gerbang rasa sejati, yang nilainya sama dengan sejatinya Dzat YME dan bersifat gaib. Manusia mempunyai tugas berat dalam mencari Tuhannya kemudian menyatukan diri ke dalam gelombang Dzat Yang Maha Kuasa. Ini diistilahkan sebagai wujud jumbuhing/manunggaling kawula lan Gusti, atau warangka manjing curiga. Tampak dalam kisah Dewa Ruci, pada saat bertemunya Bima dengan Dewa Ruci sebagai lambang Tuhan YME. Saat itu pula Bima menemukan segala sesuatu di dalam dirinya sendiri.

Itulah inti sari dari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” sebagai Pungkas-pungkasaning Kawruh. Artinya, ujung dari segala ilmu pengetahuan atau tingkat setinggi-tingginya ilmu yang dapat dicapai oleh manusia atau seorang sufi. Karena ilmu yang diperoleh dari makrifat ini lebih tinggi mutunya dari pada ilmu pengetahuan yang dapat dicapai dengan akal.

Dalam dunia pewayangan lakon “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” dimaksudkan untuk lambang membabarkan wejangan sedulur papat lima pancer. Yang menjadi tokoh atau pelaku utama dalam lakon ini adalah sbb;

Begawan Wisrawa menjadi lambang guru yang memberi wejangan ngelmu Sastrajendra kepada Dewi Sukesi. Ramawijaya sebagai penjelmaan Wisnu  (Kayun; Yang Hidup), yang memberi pengaruh kebaikan terhadap Gunawan Wibisono (nafsul mutmainah), Keduanya sebagai lambang dari wujud jiwa dan sukma yang disebut Pancer. Karena wejangan yang diberikan oleh Begawan Wisrawa kepada Dewi Sukesi ini bersifat sakral yang tidak semua orang boleh menerima, maka akhirnya mendapat kutukan Dewa kepada anak-anaknya.

 

  1. Dasamuka (raksasa) yang mempunyai perangai jahat, bengis, angkara murka, sebagai simbol dari nafsu amarah.
  2. Kumbakarna (raksasa) yang mempunyai karakter raksasa yakni bodoh, tetapi setia, namun memiliki sifat pemarah. Karakter kesetiannya membawanya pada watak kesatria yang tidak setuju dengan sifat kakaknya Dasamuka. Kumbakarno menjadi lambang dari nafsu lauwamah.
  3. Sarpokenoko (raksasa setengah manusia) memiliki karakter suka pada segala sesuatu yang enak-enak, rasa benar yang sangat besar, tetapi ia sakti dan suka bertapa. Ia menjadi simbol nafsu supiyah.
  4. Gunawan Wibisono (manusia seutuhnya); sebagai anak bungsu yang mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan semua kakaknya. Dia meninggalkan saudara-saudaranya yang dia anggap salah dan mengabdi kepada Romo untuk membela kebenaran. Ia menjadi perlambang dari nafsul mutmainah.

 

Gambaran ilmu ini adalah mampu merubah raksasa menjadi manusia. Dalam pewayangan, raksasa digambarkan sebagai mahluk yang tidak sesempurna manusia. Misal kisah prabu Salya yang malu karena memiliki ayah mertua seorang raksasa. Raden Sumantri atau dikenal dengan nama Patih Suwanda memiliki adik raksasa bajang bernama Sukrasana. Dewi Arimbi, istri Werkudara harus dirias sedemikian rupa oleh Dewi Kunti agar Werkudara mau menerima menjadi isterinya. Betari Uma disumpah menjadi raksesi oleh Betara Guru saat menolak melakukan perbuatan kurang sopan dengan Dewi Uma pada waktu yang tidak tepat. Anak hasil hubungan Betari Uma dengan Betara Guru lahir sebagai raksasa sakti mandra guna dengan nama “ Betara Kala “ (kala berarti keburukan atau kejahatan). Sedangkan Betari Uma kemudian bergelar Betari Durga menjadi pengayom kejahatan dan kenistaan di muka bumi memiliki tempat tersendiri yang disebut “ Kayangan Setragandamayit “. Wujud Betari Durga adalah raseksi yang memiliki taring dan gemar membantu terwujudnya kejahatan.

Melalui ilmu Sastrajendra maka simbol sifat sifat keburukan raksasa yang masih dimiliki manusia akan menjadi dirubah menjadi sifat sifat manusia yang berbudi luhur. Karena melalui sifat manusia ini kesempurnaan akal budi dan daya keruhanian mahluk ciptaan Tuhan diwujudkan. Dalam kitab suci disebutkan bahwa manusia adalah ciptaan paling sempurna. Bahkan ada disebutkan, Tuhan menciptakan manusia berdasar gambaran dzat-Nya. Filosof Timur Tengah Al Ghazali menyebutkan bahwa manusia seperti Tuhan kecil sehingga Tuhan sendiri memerintahkan para malaikat untuk bersujud. Sekalipun manusia terbuat dari dzat hara berbeda dengan jin atau malaikat yang diciptakan dari unsur api dan cahaya. Namun manusia memiliki sifat sifat yang mampu menjadi “ khalifah “ (wakil Tuhan di dunia).

Namun ilmu ini oleh para dewata hanya dipercayakan kepada Wisrawa seorang satria berwatak wiku yang tergolong kaum cerdik pandai dan sakti mandraguna untuk mendapat anugerah rahasia Serat Sastrajendrahayuningrat  Diyu.
Ketekunan, ketulusan dan kesabaran Begawan Wisrawa menarik perhatian dewata sehingga memberikan amanah untuk menyebarkan manfaat ajaran tersebut. Sifat ketekunan Wisrawa, keihlasan, kemampuan membaca makna di balik sesuatu yang lahir dan kegemaran berbagi ilmu. Sebelum “ madeg pandita “ ( menjadi wiku ) Wisrawa telah lengser keprabon menyerahkan tahta kerajaaan kepada sang putra Prabu Danaraja. Sejak itu sang wiku gemar bertapa mengurai kebijaksanaan dan memperbanyak ibadah menahan nafsu duniawi untuk memperoleh kelezatan ukhrawi nantinya. Kebiasaan ini membuat sang wiku tidak saja dicintai sesama namun juga para dewata.

Sifat Manusia Terpilih

Sebelum memutuskan siapa manusia yang berhak menerima anugerah Sastra Jendra, para dewata bertanya pada sang Betara Guru. “ Duh, sang Betara agung, siapa yang akan menerima Sastra Jendra, kalau boleh kami mengetahuinya. “Bethara guru menjawab “ Pilihanku adalah anak kita Wisrawa “. Serentak para dewata bertanya “ Apakah paduka tidak mengetahui akan terjadi bencana bila diserahkan pada manusia yang tidak mampu mengendalikannya. Bukankah sudah banyak kejadian yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua”
Kemudian sebagian dewata berkata “ Kenapa tidak diturunkan kepada kita saja yang lebih mulia dibanding manusia “.

Seolah menegur para dewata sang Betara Guru menjawab “Hee para dewata, akupun mengetahui hal itu, namun sudah menjadi takdir Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa ilmu rahasia hidup justru diserahkan pada manusia. Bukankah tertulis dalam kitab suci, bahwa malaikat mempertanyakan pada Tuhan mengapa manusia yang dijadikan khalifah padahal mereka ini suka menumpahkan darah“. Serentak para dewata menunduk malu “ Paduka lebih mengetahui apa yang tidak kami ketahui”. Kemudian, Betara Guru turun ke mayapada didampingi Betara Narada memberikan Serat Sastra Jendra kepada Begawan Wisrawa.

“ Duh anak Begawan Wisrawa, ketahuilah bahwa para dewata memutuskan memberi amanah Serat Sastra Jendra kepadamu untuk diajarkan kepada umat manusia”
Mendengar hal itu, menangislah Sang Begawan “ Ampun, sang Betara agung, bagaimana mungkin saya yang hina dan lemah ini mampu menerima anugerah ini “.
Betara Narada mengatakan “ Anak Begawan Wisrawa, sifat ilmu ada 2 (dua). Pertama, harus diamalkan dengan niat tulus. Kedua, ilmu memiliki sifat menjaga dan menjunjung martabat manusia. Ketiga, jangan melihat baik buruk penampilan semata karena terkadang yang baik nampak buruk dan yang buruk kelihatan sebagai sesuatu yang baik. “ Selesai menurunkan ilmu tersebut, kedua dewata kembali ke kayangan.
Setelah menerima anugerah Sastrajendra maka sejak saat itu berbondong bondong seluruh satria, pendeta, cerdik pandai mendatangi beliau untuk minta diberi wejangan ajaran tersebut. Mereka berebut mendatangi pertapaan Begawan Wisrawa melamar menjadi cantrik untuk mendapat sedikit ilmu Sastra Jendra. Tidak sedikit yang pulang dengan kecewa karena tidak mampu memperoleh ajaran yang tidak sembarang orang mampu menerimanya. Para wiku, sarjana, satria harus menerima kenyataan bahwa hanya orang-orang yang siap dan terpilih mampu menerima ajarannya.

        Demikian lah pemaparan tentang puncak ilmu kejawen yang adiluhung, tidak bersifat primordial, tetapi bersifat universal, berlaku bagi seluruh umat manusia di muka bumi, manusia sebagai mahluk ciptaan Gusti Kang Maha Wisesa, Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang Maha Tunggal. Janganlah terjebak pada simbol-simbol atau istilah yang digunakan dalam tulisan ini. Namun ambilah hikmah, hakikat, nilai yang bersifat metafisis dan universe dari ajaran-ajaran di atas. Semoga bermanfaat.

 

Semoga para pembaca yang budiman diantara orang-orang yang terpilih dan pinilih untuk meraih ilmu sejatinya hidup.

 

Salam

Sabdalangit

 

 

About SABDå

gentleman, Indonesia Raya

Posted on Oktober 12, 2008, in Puncak Ilmu Kejawen and tagged , , , . Bookmark the permalink. 292 Komentar.

  1. Saya tertarik untuk belajar ilmu kejawen bagaimana caranya dan harus darimana dimulai,dan dimana saya bisa mendapatkannya (kitab2 atau bacaannya ),sungguh suatu ilmu yang bila dilaksanakan akan mendatangkan kedamaian dan tentunya kesejahteraan ummat manusia.matur nuwun

  2. Kulo Nuwun mas…
    sewaktu saya lihat komennya sampeyan di Alang-alang Kumitir tgl 14-09-2008 seperti ini:

    Tradisi Jawa mengajarkan tatacara membangun sukma sejati dengan cara ‘manunggaling kawula Gusti’, melalui mesu budi, maladihening, puja brata, tapa brata, puja rahsa agar supaya mencapai hakikat yakni meninggalkan nafsul lauwamah, amarah, supiyah, dan menggapai nafsul mutmainah. Pencapaian hidup manusia pada tataran hakikat yang intensif akan mendapat hadiah berupa makrifat. Kian jenuh makrifat diterima oleh manusia, maka mereka dapat ‘menyelam’ ke dalam tataran tertinggi yakni makna kodratullah.

    ——-
    yang ingin saya sharing disini pada kata meninggalkan lauwamah, amarah dan supiyah. Setahu saya manusia tercipta dalam sedulur papat lima pancer, kenapa tidak sedulur papat saja? karena bagian yang kelima inilah intinya, yang mengatur, mana yang harus ditekan, kapan harus dikeluarkan dll karena itu disebut pancer.

    jadi bila menurut saya, tidak ada yang perlu dihilangkan, Hyang Widhi atau Tuhan, Kang Maha Welas Asih pun pernah menurunkan azabnya, menjadi Kang Maha Amarah sementara mengapa kita manusia harus menghilangkannya? Bagi saya sama seperti arti seduluran, bila satu hilang yang lain pasti akan merasa kehilangan, karena itulah diberi nama sedulur papat

    mohon tanggapannya ya mas

    Rahayu

    • Ngglosor Madhep Ngulon

      wah salut mas pembabarannya…makin lengkap dan tepat papatnya.
      semakin melengkapi khasanah blog ini. matur suwun sanget.

    • kulo nuwun,
      ngapunten saderengipun kulo nderek ngomong.
      njenengan mastani Kang Maha Kuasa kalian Kang Maha Amarah……
      Kulo aturi bilih kang Maha kuasa niku mboten nate nesu kalih sinten mawon,wontene nggih mboten gadhah raos kados kita-kita.
      Menawi Kang Maha Kuasa gadhah raos ,lak dados sami kalih manungso (umate)……..
      Matur nuwun.

  3. Kulo nuwun lagi mas…

    Mas saat ini saya sedang mendalami Tarekat Insan Kamil (klo ga salah tulis sih) itu maksudnya apa ya kalo di Indonesiakan, meski sedikit demi sedikit saya mulai terbuka akan siapa AKU, tapi saya penasaran dengan bahasa Indonesianya Tarekat Insan Kamil tersebut

    mohon bantuannya mas

    Rahayu

  4. Rahayu
    Terimaksih atas pemikiran kritis Mas Yande, mengenai sedulur papat berhub dgn nafsu itu versi Islam Kejawen. Sedangkan Menurut ilmu Kejawen, sedulur papat itu artinya keblat papat. unsur kekuuatan alam. sbg bentuk kearifan menyatu dan bersahanat dgn kekuatan alam.ini disebut kesadaran makrokosmos; menjadi tekadnya hamemayu hayuning bawana. sedangkan kesadaran mikrokosmos; sedulur papat manusia terdiri unsur jasad yg intinya; darah, daging, tulang, sumsum. mjd sedulurnya Hyang Sukma (pancer) begitulah kawicaksanan leluhur kita masa silam. semua tdk salah, itu merupakan ilmu spiritual. kita pakai mana yg lebih pas. semua ada kurang lebihnya dan semuanya mengarah pada kebaikan. nafsu itu umpama bahan mentah, jika kita bisa mengolah nafsu akan menjadi anugrah. kegagalan mengelola nafsu akan menjadi musibah. krn nafsu erat kaitannya dgn setan, dan setan itu maknanya adl nafsu angkara kita yg berada dalam hati ini, makanya setan itu lebih deket dari urat nadi. seperti juga akal merupakan anugrah kesempurnaan/kemuliaan manusia….kita harus hati2 memaknai kata-kata ini. sebab Tuhan memberikan akal itu masih bahan mentah juga. terserah manusia mau bagaimana cara mengolahnya. yang jelas, manusia menjadi makhluk mulia atau malah lebih hina dari binatang akan ditentukan oleh akal budinya.

    Maaf, jika yg dimaksud tarekat insan kamil, agar lebih mudah tarekat sy cari kesepadanan dalam ilmu Kejawen sebagai sembah kalbu atau sembah cipta (lihat jg dlm serat Wedhatama). artinya yg menyembah Tuhan bukan saja raga atau jasad kita tetapi sudah melibatkan hati. Sehingga dlm sembahyang kita harus mengajak hati kita (3 nafsu angakara) untuk tunduk ikut manembah kpd Tuhan. sehingga akan muncul nafsul mutmainah (yg baik). Misalkan seseorang berwudhu/bersuci sblm sembahyang; itu syariat, sesucinya raga/jasad dgn air. namun urusan kalbu, ia tak bisa disucikan dgn air. di situlah orang sering gagal. apalagi dlm sembahyang masih (pamrih) mengharap-harap pahala/surga atau krn takut dosa/neraka, jelas itu merupakan; “nuruti rahsaning karep”, tataran memahami agama baru pada “kulitnya”. masih jauh dari tataran hakekat. sembahyang itu kan kebutuhan diri kita sbg mahluk untuk bersukur kpd sang Penciptanya. Karena kita sadar sdh “berhutang” sekian banyak anugrah Tuhan dalam setiap detiknya saja. Malu jika doanya masih minta melulu. kapan bersukurnya. Sembahyang juga kebutuhan kita setiap manusia, kita yg butuh tapi kenapa kita yg minta upah pahala. Tuhan itu nggak rugi jika manusia tdk menyembahNya. Nah, yg mewajibkan sembahyang itu ya kesadaran kita sendiri sbg makhluk Tuhan yg berhutang buanyak sekali anugrah setiap detiknya. kita tak bisa mengucap sekali bersukur dalam setiap detiknya. maka sukur itu kita wujudkan dalam bentuk perbuatan sehari-hari, setiap hela nafas kita. sukur atas kesehatan yg kita miliki ya kita tolong dan bantu org susah, sakit, apalagi yg tdk punya beaya berobat. sukur atas ilmu yg Tuhan berikan pada kita, ya wujudkan dgn mudah membagi pengetahuan yg berguna pada sesama. ini baru namanya bersukur yg sesungguhnya (tarekat), karena tidak lips servis atau NATO, not action talk only.

    Rahayu

    • manteb,mas….
      Ajaran kejawen memang ada yang bercampur dg ajaran islam,namanya ajaran lintang johar,saya sendiri juga pernah mendalaminya.namun setelah tahu ajaran jawa murni saya pun dipaksa untuk meyakini yang tepat dalam nurani saya,semua benar,dan semua baik dan mengajarkan kebaikan,jadi kita tinggal pilih mana yang harus diyakini ,itu saja.

      • Nueun sewu..
        @ Satria Menggala, sugeng patepangan nggih..

        …..namun setelah tahu ajaran jawa murni saya pun dipaksa untuk meyakini yang tepat dalam nurani saya,
        …………………………………………………..

        kalau boleh saya bertanya siapakah yg memaksa njengen untuk meyakini ?

        Matur nuwun sak derengipun.

        asah asih asuh,,
        Dalbo with Love.

      • mas dalbo@ ,sugeng tetepangan wangsul.
        Wonten ngriku sampun kawulo serat “dalam hati nurani”.dadosipun iingkang mekso nggih kawontenan batin kulo piyammbak,sanes lintu-lintunipun.
        Umpaminipun panjenengan angsal kabar saking tiyang kalih,satunggalipun ngabaraken bilih kuto malang wonten ing jawi wetan,lajeng setunggalipun ngabaraken manawi malang wonten ing jawi tengah,upami sak derengipun njenengan dereng nate sumerep?dos pundi???.
        ngapunten upami wonten klentunipun angsal dalem matur,dalem namung tiyang sudro,ingkang kodo, tapi mboten kurang ajar.
        Matur nuwun

      • Nuwun sewu,,
        @ Sdr Satria Menggala..
        Injih matur nuwun..ngapunten kalo pertanyaan sya menbuat njenengan agak kurang sreg (mungkin) tapi jujur sy tidak bermaksud yg nggak2 kok sy jujur memang agak bingung dg istilah njenengan “dipaksa” itu..njenegan betul sekalai, sering kita menerima satu informasi dari dua/ lebih sumber yg berbeda, dan kita tidak mengalami sendiri alias katanya tetangga taman kawan saya yg punya sahabat dan ironisnya kita sudah terlanjur dg mudahnya meyakini informasi itu sebagai satu2nya kebenaran yg mutkak sehingga terjadilah dilema yg rruuaaarrr binasa dalam lubuk hati ini, nah di state inilah kita perlu memutuskan yg mana yg benar mana yg palsu, mana yang ngaco, dan sebagai manusia kita punya perangakat yg ampuh untuk mengantisipasi hal itu, yaitu, nalar, dan hati nurani, dua2nya musti berjalan berdampingan,

        Nuwun…

        asah asih asuh..
        Dalbo with love.

  5. ditempat kami ada laku tatacara ilmu sastrajendra hayuningrat pangruwating diyu. tapi seperti yang panjenengan terangkan Ngelmu iku angele yen wis ketemu. membawa tanggungjawab yang sangat berat sebagai pribadi karena walaupun bagaimana saktinya Resi Wisrawa yang kejibah ngruwat diyu malah melahirkan Dasamuka.

  6. Salam Sejati Kang Mas Sabda Langit
    Ya apa yang kita tahu dan kita bawa akan ditagih sesuai dengan apa yang kita tahu dan kita punya, tetapi ketika ilmu sebagai hijab terakhir lebur lenyap kepada yang Empunya ILMU maka apalagi yang dipunyai, apalagi yang di bawa selain kekosongan sang diri hingga tak ada sesuatu pun yang bisa di tagih yayaya
    Hening cipta, Hening Rasa, Hening Karsa
    Salam Sayang
    Adhimas botol kosong

  7. Poro winasis

    Maos menopo ikang pun serat wonten ing Sastro Jendro Pangruwate Diyu, kulo dereng saget nagkep menopo ingkang pun wastani puncak ilmu kejawen. Menopo mangertosi sedulur papat siji pancer utawi ngedohi lauwamah, amarah, supiyah, lan nyaketi nafsul mutmainah ? Mangertosi wontenipun Gusti Ingkang Moho Agung ingkang pun perlambangaken maujud Dewaruci? Menopo meniko ingkang pun wastani puncak ilmu kejawen?

    nuwun

    • Lovemedoka Yth
      Untuk memahami tulisan di atas perlu pemahaman bahwa Kejawen merupakan falsafah hidup Jawa. Kejawen bukan agama, atau sistem kepercayaan yg dilembagakan oleh manusia. Sehingga kejawen dapat masuk fleksibel ke dalam berbagai ajaran agama dalam tataran hakekat. Sebab Kejawen adalah seperangkat nilai kebaikan untuk menjalani hidup di dunia dan setelah ajal tiba. Kejawen TIDAK MEMBICARAKAN KEBENARAN SEJATI, kejawen hanya menyarankan bagaimana manusia berbuat baik, yakni bermanfaat untuk orang banyak, suka membantu dan menolong, serta tidak boleh menyakiti hati dan mencelakai orang lain. Puncaknya berupa ajaran tentang kebaikan serta meredam segala keburukan. Bila manusia bisa menjalankan segala kebaikan dan meredam segala keburukan akan diperoleh kemuliaan hidup di dunia maupun setelah ajal tiba, yakni kehidupan yg sejati dan ajali abadi. Itulah nilai universal yg ada alam semua agama di muka bumi. Nilai hakekat yg universal.

      salam sejati

  8. salam sejahtera untuk kita semua
    klo sudah ngomongin spiritual asyik ya… saya orang jawa dijawa ada kata kata yang sangat indah tentang keberadaan ALLAH atau gusti pangeran apalagi bila ada diantara saudara yang pernah berjalan “kesana”. mungkin seperti ini ” gusti allah iku cedhak ora sengolan tapi adho ora kangenan” dalam agama islam ada ayat yang artinya seperti ini ” aku lebih dekat dengan hambaku lebih dekat dengan urat leher” mungkin seperti itu. DIA tidak jauh “aku prasangka hambaku”.

  9. salam…

    puncak segala gerak adalah diam.
    puncak segala ilmu adalah laku.
    puncak segala pemahaman adalah melaksanakan.

    “puncak makrifat adalah menjalankan syariat”

    berputar melingkar,mana depan mana belakang.
    bulat utuh,mana awal mana akhir.
    tadi…mimpi nanti…ilusi.
    “sekarang”adalah jawaban.
    “sekarang”adalah kehidupan.
    “sekarang”adalah jalan.
    “sekarang”adalah waktu…untuk melaksanakan semua perintahNya.
    “sekarang”adalah waktu…untuk menjauhi semua laranganNya.
    sesuai tauladan sang utusan,sesuai petunjuk sang imam.

    dulur papat limo pancer adalah aku utuh tunggal tak terpencar.

    aku…sekarang….melaksanakan.

    aku…sekarang…menjauhi.

    aku…sekarang…menanti.

    Ilahi…ampuni kami yang lancang ini.

    salam…

  10. Ngglosor Madhep Wetan

    Poro Pinisepuh dan Poro Sedulur Terhormat,

    ijinkan saya yang cekak ini berbagi sedikit mengenai ijabah penyelarasan yg selama ini saya lakukan …

    ijabah penyelarasan (saya minjem istilah ilmu khodam untuk kata : ijabah) berfungsi untuk mengembalikan harkat kelengkapan kita sebagai manusia yg utuh seperti saat kita masih bayi.

    di dalamnya terdapat 3 tataran sembah, yakni sembah kalbu, sembah jiwa, sembah raga. sembah kalbu untuk memuliakan Gusti Pangeran Sang Pencipta Jagad, sembah jiwa untuk menghormati Ibu Pertiwi sebagai pamomong raga, sembah raga untuk membuka kunci komunikasi dengan kadhang sejati.

    [sembah kalbu]
    Duh Gusti Pangeran 3x
    Duh Gusti Pangeran, mboten wonten sesembahan ingkang kawula sembah kajawi hamung Gusti Pangeran piyambak
    Dosa kawula nyuwun pangapura ingkang agung
    Lepat kawula nyuwun pangapura ingkang agung
    Gesang Kawula ing alam donya hamung sakdermi nglampahi
    Menawi wonten dosa kawula, kawula nyuwun pangapura ingkang agung
    Menawi wonten lepat kawula, kawula nyuwun pangapura ingkang agung
    Gesang Kawula nyuwun cekap dumugi ing akherat
    Kawula nyuwun berkah bagas waras gesang kawula sak anak turun kawula.

    [sembah jiwa]
    Duh Ibu Pertiwi
    Mboten wonten ingkang kula bekteni kajawi hamung Ibu Pertiwi
    Mboten wonten ingkang kula tresnani kajawi hamung Ibu Pertiwi
    Dosa kula nyuwun pangapura ingkang agung
    Lepat kula nyuwun pangapura ingkang agung
    Gesang Kula ing alam donya hamung sakdermi nglampahi
    Menawi wonten dosa kula, kula nyuwun pangapura ingkang agung
    Menawi wonten lepat kula, kula nyuwun pangapura ingkang agung
    Gesang Kula nyuwun cekap dumugi ing akherat
    Kula nyuwun berkah bagas waras gesang kawula sak anak turun kula.

    [sembah raga]
    Duh Kadhang Sejati
    Ora ono kadhang kandak tresnani kajobo Kadhangku kang Sejati
    Ora ono kadhang kandak bekteni kajobo Kadhangku kang Sejati
    Duh Kadhang Sejati
    Biyantunen rogo sejati supoyo katekan opo kang dhadi sedya lan panyuwune rogo sejati
    Duh Kadhang Sejati
    Biyantunen rogo sejati, suwuno idhin marang Gusti Kang Paring Urip
    Sedya lan panyuwune rogo sejati moga diparengake marang Gusti

    Duh Gusti [diulang / wirid dengan jumlah ganjil]

    Duh Gusti Pangeran
    Kawula nyuwun gunging pangapunten dumateng arwah kawulo ingkang sampun katimbalan wonten ngarsonipun Gusti
    Duh Gusti Pangeran
    Kawulo nyuwunaken pepanggihan tuwin lumayak dumateng arwah kluwarga lan sederek kawulo ingkang sampun katimbalan wonten ngarsonipun Gusti [sebut nama orang tua & keluarga yg sudah meninggal, terutama nama Ibu]
    Duh Gusti Pangeran
    Kawulo nyuwunaken pangapuro ingkang agung menawi wonten dosa lan lepat dumateng kluwarga lan sederek kawulo ingkang tesih ngagesang ing alam donya
    Ugi kawulo nyuwun pangapuro ingkang agung menawi wonten klentu sobo kirangipun anggen kawulo ngabekti dumateng Gusti Ingkang Moho Agung

    Duh Kadhangku Kang Sejati [diulang / wirid sekuatnya]

    Laku dimulai sebaiknya jam 11 malam pada waktu weton lahir kita
    Dilakukan selama 35 hari, dan ditutup dengan puasa sehari-semalam. Tutupannya [buka] diawali dengan memakan buah yang manis 1 buah saja, sukur2 bisa diketahui buah apa yg sesuai dengan karakter kadhang kita masing2.

    Arah laku adalah Selatan, bila sebelum 35 hari sudah bertemu Kadhang, pasti Kadhang akan langsung menunjukkan saatnya untuk berputar ke arah Timur. Bila kita sudah berjumpa Kadhang, laku selalu mengarah ke Timur.

    Sebuah saran untuk laku : jangan memiliki keinginan yang begitu kuat untuk bertemu dg Kadhang Sejati, karena kecenderungan yg akan muncul adalah halusinasi atau sugesti yg merupakan bias dari penekanan bawah sadar kita.

    demikian hal sederhana yg bisa saya sumbangkan kepada forum ini.

    mohon isi ijabah ini jangan disanggah secara retorika & semiotika karena ijabah ini bukan semata sastra pun bukan suatu aliran agama, jika ada yg berkenan mari kita diskusikan dg wahana esoterik, kita lihat efeknya, kita kunyah & nikmati bersama.

    Semoga bisa jadi sedikit obat penasaran bagi Mas Ngabehi dan Mas Sabda.

    Nuwun

    Ayu
    Hayu
    Rahayu

    • mantebbb…bagaimana ilmu ini bisa ke anak cucu kita….sedangkan ilmu kejawen ini sudah langka..tergusur ajaran timur dan barat…mohon untuk para sedulur supaya nguri2 budaya jawi…
      maturnuwun sanget..

    • Yth. Ngglosor Madhep Wetan

      Saya tertarik untuk mencoba laku yg telah Panjenengan sampaikan,
      mengenai puasa apakah hanya dilakukan pada saat penutupan saja
      atau pada awal dan akhir laku ?
      “Duh Gusti Pangeran
      Kawula nyuwun gunging pangapunten dumateng arwah kawulo ingkang sampun katimbalan wonten ngarsonipun Gusti

      Duh Gusti Pangeran
      Kawulo nyuwunaken pepanggihan tuwin lumayak dumateng arwah kluwarga lan sederek kawulo ingkang sampun katimbalan wonten ngarsonipun Gusti [sebut nama orang tua & keluarga yg sudah meninggal, terutama nama Ibu]
      Duh Gusti Pangeran
      Kawulo nyuwunaken pangapuro ingkang agung menawi wonten dosa lan lepat dumateng kluwarga lan sederek kawulo ingkang tesih ngagesang ing alam donya
      Ugi kawulo nyuwun pangapuro ingkang agung menawi wonten klentu sobo kirangipun anggen kawulo ngabekti dumateng Gusti Ingkang Moho Agung”

      Ini merupakan sambungan dari sembah kalbu atau bagaimana Ki ?
      Mohon penjelasannya

      Matur Sembah Nuwun

    • Ngglosor Madhep Wetan

      Sih katresnan Pak Dudu Sopo-sopo, maaf saya baru bisa mengetahui pertanyaan Panjenangan karena lama saya ndak main internet. Nyuwun pangapunten inggih.
      Puasa itu hanya untuk tutupan Pak. Awal laku tidak disertai puasa. Jika Bapak merasa kurang mantep jika bukaan laku tanpa puasa, bisa juga menggunakan puasa mutih, bisa 1 hari bisa 3 hari, monggo sak sregipun Panjenengan.
      Pada prinsipnya donga yg untuk Gusti Pangeran itu menggunakan sembah kalbu Pak.
      Mohon maaf jika masih ada salah dalam isi ketikan.

      Monggo dipun lanjut
      Rahayu

    • Yth. Ngglosor Mandhep Wetan,
      Mengenai kejawen tlah saya slalu mengikuti, sampai sekarang saya mempunyai guru yang telah kalenggahan & guru saya belum pernah menjabarkan tentang laku yang panjenengan sampaikan & sampai ini belum ada 1 pun kadhang yang kalenggahan, guru saya hanya bilang bila u/ mencapai tarap kalenggahan itu butuh laku yg amat berat & kesabaran. yang menjadi pernyataan saya apakah bisa saya melakukan yg panjenengan sampaikan diatas karena dlm diri saya tlah diisi suatu ilmu….( disini tdk bisa saya sebutkan ), ilmu tersebut karena terpaksa pernah saya pakai karena orang tersebut / yg merasuki tubunya mau menyerang saya, & Alkhamdulilah yg merasuki dirinya keluar & sampai saat inipun bila dirinya aku d ekati katanya panas & mohon penjelasan tentang pengalamanaya alami diatas & juga mohon penjelasan bila sembah rogo, bpk/ibu masih hidup apakah harus disebut. bila Yth. Ngglosor Mandhep Wetan berkenan saya minta alamat ( rumah, telepon rumah, Hp ) karena saya ingin menimba ilmu ( kaweruh ) dari panjenengan, mohon maaf bila saya kurang sopan atau kemaki dalam bahasa semarangan. dalem tunggu penjelasanipun nuwun

      • Ngglosor Madhep Wetan

        Inggih monggo kerso saja Pak Koes, ijabah penyelarasan ini sejauh pengalaman sy ndak pernah bentrok dg ilmu yg sudah manjing. Mau anggepannya ilmu putih atau ilmu hitam semua tetap bisa berjalan, ndak ada yg kurang. Namun akan terjadi perubahan Pak.

        Ilmu yg Njenengan miliki nantinya akan dikontrol oleh Kadhang Sejati kita. Jika kita berniat menjahati orang (baik itu dg ilmu putih maupun hitam – meminjam istilah dari penulis : Mashuri), maka kemungkinan besar ilmu yg bersangkutan dapat dipakai utk menyerang. sampai saat ini sy belum pernah menemukan seseorang bisa mengeluarkan ilmu serangnya setelah melakukan penyelarasan, meski ilmu kalacakra sekalipun.

        yg ndak bisa dikontrol oleh Kadhang sejati adalah akal jahat kita. Utk hal yg satu ini paling banter Kadhang Sejati hanya mengingatkan. Kalau masih dilanggar yaa pintu hidup akan tertutup.

        Lakunya hanya tekun & sabar Pak, ndak perlu bakat istimewa.

        Monggo kerso kalau Panjenengan berkenan kontak2an, monggo melalui email saja dulu nggih.

        Mungkin cukup segini dulu cerita saya… kapan2 sambung lagi…

        Nuwun
        Rahayu

  11. Oooo mekaten to, matur nuwun sampun kersa mbabar seserepan wonten dalemipun KiSabda punika, Mugi Ki Ngglonsor tansah pinayungan Gusti Ingkang Maha welas asih.
    Rahayu sagung dumadi

    • Matur sembah nuwun mas Ngglosor, jadi semakin komplit saja ilmu yg dibabar untuk Ki Ngabehi dan para sedulur di sini. Runtut, runut, dan rinci sekali. Sangat bermanfaat untuk para sedulur yg membutuhkan.

      rahayu
      salam asih asah asuh

      • Ki…
        Untuk belajar nilai-nilai luhur, lebih pener kepada om Ngglosor Madhep Wetan atau kepada ki Sabda sendiri? mana yang paling lengkap ki ajarannya? Matur nuwun ya ki.

  12. gunging panuwun kula aturaken dumateng Mas Ngglosor ingkang sampun kersa ambabar kawruh.
    Kula nuwun idin ndherek ngangsu kawruh menika

    salam karaharjan
    mugi kita sedaya tansah tentrem lerem teguh rahayu wiyana

  13. Kang mas Sabdalangit
    Sugeng siang, nderek tetepangan, nembe wonten ing wekdal meniko kulo saget kintun serat dumateng panjenengan inggih amargi lingsem bade nderek nyawiji wonten ing ngriki.
    Sejatosipun kulo sampun sawatawis dangu mangertosi lan maos sedoyo ingkang kang mas serat wonten ing ngriki,awit saking penjenengan nyerat ” Puncak Ilmu Kejawen ” lan medaraken ” Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu ” kulo nderek sawiji lan nderek niti priksa dateng penjenengan wonten ing kalogan meniko,amargi kulo inggih sampun nate kawedaran lan nampi ngelmi ” Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu ” kalian japa mantra ha,na,ca,ra,ka,lsp wonten ing tlatah Pengging – Surakarta nampi saking simbah kulo ingkang sak meniko sampun sedo, ananging ngelmi meniko sampun dangu mboten kulo angge lan cakaken/praktek aken.
    Ingkang dados pitaken kulo, menopo sedaya ngelmi ingkang dangu mboten dipun agem, meniko bade musno/muspro menopo taksih manjing dateng badhan ingkang sak wanci2 dipun betahaken saget nyawiji malih?
    Mekaten kangmas, mugi sageto paring jawaban lan pangertosan saking penjenengan, nyuwun pangapunten menawi wonten lepatipun, matur nuwun.

    Rahayu, rahayu..

    • Mas Cahyo Sarjono ingkang dahat kinurmatan
      Sugeng tepang ugi, remen ing manah tambah kadhang kadeyan panjenengan.
      Ilmu ingkang dipun paringaken dereng temtu luntur utawi ical. Malah kadhang ilmu ingkang sampun dangu dipun paringken, nembe saget dipun ginaaken ing wekdal sakmenika. sedaya wau kantun karseng leluhur kang peparing. Wonten ugi ingkang dipun jugar sebab mulang sarak waril saking ingkang peparing.

      salam karaharjan
      Rahayu karahayon

  14. Satuhu mulyo agung rahayu..

  15. Ki Sabdo,

    Mohon pembabaran dari kawruh Sastro Jendro..
    Matur nuwun sak derengipun

    Rahayu..

  16. Jika panjenengan tau ilmu sejati tentunya panjenengan tidak obral ilmu Tuhan. Jika ada yang obral tentu taunya lewat mbaca pengetahuan orang lewat buku dan tidak jadi ngelmu. Hati iblis sangat dekat sedekat urat leher. Banyak orang berusaha mencari TU…HAN tetapi dapatnya HAN…TU. Kalo sudah tau terus mau apa, apa ingin tampil beda dan supaya di tau. jika begitu maka dekat sekali dengan kesombongan. Apa itu namanya ilmu sejati. Padahal angin, api, air dan tanah tidak membedakan agama manapun.

    • Mbah Barjo yth
      Sepakat, memang ilmu sejati bukan hanya sekedar “katanya” tetapi benar2 dirasakan dan dialami melalui perbuatan dan perilaku sehari-hari yang manunggal ing Gusti. Ngelmu iku kalakone kanthi laku. Lakune kalawan kas, kas iku nyantosani.
      salam sejati

    • “Al-Insan sirri wa Ana
      sirruhu” (Manusia adalah Rahasia-Ku dan Aku
      adalah rahasianya). Apabila sudah mencapai puncak spiritualitas
      seperti ini, apabila sudah mencapai maqam
      (tingkat) Tajjali ( Allah terlihat nyata) seperti ini.
      Maka, bisakah kita membedakan mana Jesus
      mana Bapa? Bisakah kita membedakan mana
      Siddharta Gautara mana Buddha? Bisakah kita membedakan mana Krishna mana Bhagavan?
      Bisakah kita membedakan mana Ingsun mana Allah. Mengapa kita
      bertengkar? Mengapa kita saling merasa paling
      benar? Dan yang merasa paling benar adalah
      mereka yang baru mempelajari kulit Islam, kulit Hindhu, kulit Buddha dan kulit Kristen. Mereka
      belum menemukan ‘Puncak Kesadaran’ yang
      seharusnya mereka cari. Yang menjadi tujuan
      pengajaran Krishna, Buddha, Jesus dan
      Muhammad. Mereka mengajarkan semua
      manusia untuk itu, bukan mengajarkan kulit luar yang berbeda-beda. Kulit luar hanya sekedar
      metode. Kulit luar hanya sebuah alat, sebuah
      sarana, untuk mencapai tujuan ini! Sadarlah!

  17. Ngglosor Madhep Wetan

    Salam taklim sihkatrsnan Mbah Barjo,
    Tadinya saya adalah orang yg tidak suka berbagi ilmu, apalagi yg dianggap oleh sesepuh dan guru saya sabagai ilmu wingit. Prinsip ini terus saya pegang, terutama setelah saya menjalani sendiri perjalanan astral saya di alam paralel, pun di alam roh dan kelanggengan.
    Banyak yg saya dengar dari orang2 yg menjalani laku ngelmu [gaib] bahwa ternyata pengalaman seperti inilah yg mereka cari; meskipun ada dari antara mereka yg hanya mencari kesaktian (dugdeng) semata.

    Saya [tadinya] cukup bangga memiliki pengalaman seperti ini, pengalaman yg orang lain belum tentu mengalaminya. Nafsu-nafsu bawah saya menjadi semakin terkontrol secara otomatis, dan afeksi saya semakin bergerak menuju dominan.

    Karena pekerjaan saya berhubungan dengan permukiman, tata kota wilayah dan lingkungan, saya menjadi tidak semata-mata mementingkan uang dengan mengorbankan alam. Di sinilah titik balik saya, Mbah.

    Saya menjadi memiliki perhatian, saya menjadi sensitif, saya merasa seolah saya mendapatkan kemampuan untuk mendengarkan pembicaraan, pun jeritan alam.

    Beberapa pini sepuh yg berkenan berdiskusi dengan saya mengatakan bahwa saya telah memiliki Ilmu Sejati, Ilmu yg hanya dimiliki karena mendapatkan kharomah dari Tuhan, kunci dari segala ilmu.

    Mungkin Mbah Barjo, menganggap tulisan saya ini sombong, umuk. namun saya mohon kesabaran Mbah untuk terus mengikuti cerita saya.

    Banggakah saya dengan apa yg saya miliki, yg kata orang hanya bisa didapat oleh orang2 spesial ? Hanya orang2 pilihan ?

    Tidak, saya sama sekali tidak bangga akan hal ini.

    Mengapa ?

    Semakin ke sini, banyak orang yang berbuat tidak adil, semaunya sendiri, mencelakakan orang lain atau rakyat banyak demi tujuannya sendiri. Cerita Kancil Nyolong Timun dalan versi buruk terus2an terjadi (sebab ternyata cerita Kancil Nyolong Timun ada versi baiknya). Jaman Kala Bendu terus2an terjadi seolah tanpa akhir.

    Karena saya begitu memperhatikan nurani dan perabotannya, kadhang, saya menjadi merasa memiliki banyak batu sandungan dalam pekerjaan saya. Sering calon rejeki saya dicaplok oleh pihak lain, karena saya mengalahkan pertimbangan uang demi keseimbangan alam. Orang lain bisa nekat2 begitu, kenapa saya tidak ?

    Itu karena saya sudah pernah menjalani alam kelanggengan, Mbah. Saya jadi tahu konsekuensi roh manusia di alam kelanggengan tergantung dari yg kita tanam ketika kita masih hidup di dalam raga sejati kita. Dengan pengalaman itu pula saya jadi tahu bahwa Tuhan itu Maha Kasih tidak pernah memberi hukuman kepada jiwa manusia, yang menghukum jiwa manusia adalah bagian jiwanya sendiri, kadhang sejati. Yang timbul dari berkumpulnya frekuensi kemarahan, kejengkelan, kesedihan, rasa-ketidak-adilan dari orang2 yg telah didzoliminya, termasuk dari mereka yg terdzolimi secara tidak langsung, karena frekuensi alam ini saling berkaitan.

    Mengapa banyak orang seolah buta pada nuraninya ? Seolah mereka tidak pernah mendapatkan pelajaran budi pekerti dari sekolah, pun dari agama dan orang tuanya ? Seolah mereka tidak takut terhadap Tuhan, bahkan seolah mereka menganggap alam kelanggengan (orang menyebutnya dengan surga-neraka) tidak pernah ada ?

    Menurut saya, orang2 model gini yg sebaiknya mendapatkan pengalaman yg sama seperti saya Mbah. Supaya mereka juga secara otomatis dapat mengerem keserakahan mereka, jadi masih ada sisa dalam jumlah yg pantas untuk berjalannya sistem.

    Supaya mereka juga melihat kenyataan, bahwa siapa saja yg mereka sucikan di dunia fana ini, belum tentu akan suci di akherat (mungkin malah sebaliknya).

    Melihat dan mendengar apa yg terjadi di sekitar, membuat saya menjadi berpikir ulang : saya harus membagikan [apa yg orang sebut sebagai] Ilmu Sejati. Ilmu ini buat saya bukan lagi menjadi ilmu yg wingit, yg rahasia, yg rumput-teki pun jangan sampai tahu.

    Secara global, krisis [dalam bentuk apapun juga] adalah karena tidak ada yg tersisa untuk sistem. hal ini terjadi karena keserakahan [dalam bentuk apapun juga] manusia. Keserakahan timbul karena tidak ada kontrol pribadi secara moral.

    Mengandalkan agama ? Agama diperlukan sebagai pemersatu moralitas komunal, tidak pada pengalaman personal. bahkan pada titik2 tertentu agama dianggap oleh pemeluknya sebagai dongeng belaka, seperti halnya dongeng Kancil Nyolong Timun tadi.

    Refleksi filosofis sering sulit untuk bisa menjangkau, bahkan menggetarkan nurani yg sedang kepincut oleh sajian tahta-kuasa, harta, dan sex. Kalau tingkatan yg terjadi sudah sampai taraf ini, maka dibutuhkan pengalaman – agar bisa memahami. Bukan pemahaman dari teori semata, tetapi dari pengalaman, merasakan sendiri.

    Dari sinilah maka saya mau berbagi, Mbah. Setelah sekian lama saya menanti pencerahan, maka akhirnya saya pada suatu titik : saya mau berbagi, bahkan kalau perlu saya obral.

    Kenapa saya bersedia mengobralnya ?

    Supaya banyak orang mengalaminya, dan kira saya itu dapat menjadi katalis yang baik, untuk mempercepat terbitnya Satriya Piningit Sang Ratu Adil.

    Hahaaaaa….. jangan salah terka dulu, konsep saya mengenai Satriya Piningit Sang Ratu Adil ini berbeda.

    Satriya Piningit adalah sifat Satriya yg selama ini dipingit oleh manusia. Pingitannya berupa ketidak-adilan, keserakahan, amarah, munkar. Sehingga welas-asih, ajar-ajur-ajer, sebagai sifat dasar Satriya tidak dapat terbit.

    Ratu Adil. Siapa yg ngratoni (menguasai) jagad raga manusia ? Yaa, pribadinya sendiri.
    Ratu Adil akan terbit jika pribadi2 yg ngratoni raga sejatinya sendiri bisa berlaku Adil.

    Bab Satriya Piningit Sang Ratu Adil ini sebenernya wisikan yg saya dapet lho Mbah, saya bagikan. Jadi pesan-pesan Sabdo Palon – Noyo Genggong itu tidak harfiah, termasuk kurun 500 tahun itu, sebenarnya [yg saya dapat] saran bahwa manusia itu harus memahami dulu 500 (maksudnya keseluruhan) hal yg ada pada dirinya, yg fisik maupun yg rohaniah.

    Demikian Mbah ngomyang cekak saya. Kebanyakan saya ngomong ngawur hehehehe….

    Bagi sedulur2 yg memiliki keinginan untuk mengolah pengalaman sejauh yg saya mampu, monggo kerso, melalui blog-nya Mas Sabda ini kita jadikan ajang saling berbagi.
    Matur sembah nuwun Mas Sabda, telah berkenan membuka pintu rumahnya untuk kami berbagi.

    Salam sihkatresnan
    rahayu

    • matur sembah nuwun kagem Ki Ngglosor Madhep Wetan lan KI sabda awit sedaya kawruhipun, saya yang masih bodoh ini tertarik untuk belajar dan mempelajari lebih jauh, mengenal sejatining urip sekaligus nguri-uri kabudayan.
      Bilih wonten kontak utawi alamatipun kawula badhe nderek ngangsu kaweruh.

      matur nuwun..

    • Mas Ngglosor Madhep Wetan yth,
      wah saya telat nieh Mas mbacanya, skrg udah akhir Nov 2011, tapi mudah2 an nggak basi ya Mas..
      Saya tertarik dengan penjelasan Mas MNW (maaf sy singkat namanya ya Mas..he he) biar cepet nulisnya…
      terus terang saya blm 3 bln di blog ini..dan memang ada yg saya cari selama ini..saya merasa harus menemukannya, berawal dari kebingungan dengan kefanatikan terhadap bebrapa golongan dalam agama Islam yg saya pegang..saya Yakin bahwa 4JJI benar, Baginda Nabi Muhammad benar, Al-Quranul karim benar, Malaikat benar ada, tapi kenapa dunia Islam ini kok seperti semrawut…di manakah inti kebaikan dari Islam sbg Rahmatan Lil alamin, semuanya hanya mencari “menange dewe, butuhe dewe, karepe dewe” merasa hanya golongannya saja yg masuk sorga yg lainnya masuk neraka..sampai saya menemukan blog ini dan penasaran dgn ajaran syekh siti Jenar yg pro kontra..tapi terus terang saya setuju dengan konsep beliau hanya belum 100% karena saya hanya mendapat cuplikan dari beberapa cerita saja..
      Nah Mas MNW, saya kembali lagi ya..(maaf melantur sedikit)..he he
      saya tertarik dengan ilmu wingit sampean..sudilah kiranya saya mendapat sedikit ilmu seperti yg sampean sampaikan (yg di obral), guna sebagai kontrol diri saya yg kadang ngawur ini..
      mohon maaf bahasa saya kacau ya Mas..saya memang tidak pandai menyusun tulisan dan kata2 yg enak di baca..(bhs jawanya juga amburadul he he he)
      sekiranya Mas berkenan bisa sharing ke saya u/berbagi ilmu di email saya “thopan2003@yahoo.com”
      Saya tunggu kabarnya ya Mas MNW..
      trm ksh
      Salam
      Rahayu

      • Oh Iya ada yg kelupaan nieh..
        Yth Bpk Sabda Langit..saya ikut menimba ilmu di blog ini ya..saya sdh sedikt banyak tau mengenai kejawen dari Blok Bpk Sabda..Orang Tua saya Asli Solo tapi Saya sendiri skrg tinggal di cibubur..
        Terima kasih dan salam kenal kepada sedulur2 yang hadir semua
        Rahayu

  18. Kang Ngglosor Madhep Wetan ingkang kulo hormati…
    Matur sembah nuwun..pembabaran saking panjenengan leres2 mencerahkan.
    Menawi mboten kaabotan…saged ngintunaken nomor HP panjenengan ting HP kulo no 085659846447? Matur sembah nuwun….

  19. Ngglosor Madhep Wetan

    Poro sedulur yang saya hormati,
    karena ini blog kediamannya Mas Sabda, saya ndak enak kalau saya melangkahi Yang punya rumah. Mungkin lebih enak jika kita berbagi di sini, kecuali ada hal2 yg sifatnya sangat pribadi, monggo kerso untuk meng-email saya di mpusenggi@yahoo.com.
    Mohon maaf Mas Sabda jika saya numpang di kediaman Panjenengan.

    Salam sihkatresnan
    rahayu

  20. Mas Ngglosor Madhep Wetan Ingkang Dahat Luhuring Budi
    Saya percaya apa yg panjenengan alami betul-betul terjadi. Secara sederhana saya dapat mengetahui kebenarannya, karena membaca pola pandang/pola pikir/ mind set panjenengan yg terbangun sedemikian rupa. Inilah yg disebut sebagai MANUSIA DENGAN KESADARAN KOSMOLOGIS. Kesadaran spiritual tingkat tinggi itu hanya bisa dicapai setelah mengalami sendiri sesuatu noumena (fakta gaib) yg justru seringkali disangka sebagian orang sebagai eksesatan atau godaan iblis bagi orang yg sama sekali tak pernah mengalami selama hidupnya.
    Saya haturkan beribu terimakasih kepada panjenengan yg telah berkenan berbagi pengalaman spiritual yg dapat menggugah kesadaran spiritual kita semua utk menggapai kesadaran yg lebih tinggi lagi (higher consciousness).
    Saya pernah mengalami apa yg yg panjenengan rasakan, bahwa ilmu sejati sangat tabu utk dibagikan/dibuka kepada khalayak. Namun saya berfikir ulang, kata-kata tabu hanya berlaku pada masyarakat dengan situasi dan kondisi khusus waktu itu. Atau jangan-jangan alasan ditabukan hanya karena kekhawatiran akan membangkrutkan sebuah sistem kepercayaan lama.
    Saya teringat kata-kata Prof Dr Damardjati Supadjar dalam sebuah acara TV Lokal Jogja tiap malam Jumat jam 19.30 s/d 20.30 wib. Beliau mengatakan, bahwa para nabi melakukan koreksi terhadap nabi-nabi pendahulu, sementara itu nabi “penutup” mau tak mau, diakui atau ditolak, akan dikoreksi oleh temuan-temuan baru. Jadi perubahan, kehidupan dan proses alam semesta ini bersifat sangat dinamis, senada dengan sifat tuhan Yang MAha Luas Tiada Batas, yang tak berawal tak berakhir (bagi yg setuju dengan rumus tersebut). Jadi tak ada waktu, zaman, kelompok, suku, bangsa, lembaga, sistem kepercayaan, tradisi yg layak dan berhak membuat pengkotakan atas sifat-sifat tuhan tersebut. Jika ada, maka ia akan tergulung oleh dinamika zaman. Seperti halnya fenomena anak-anak indigo, anak kristal sebagai generasi baru manusia modern. Mereka tak akan bisa didoktrin agama, politik, maupun budaya. Karena mereka tahu, dan paham akan makna kesejatian hidup tanpa harus belajar pada referensi apapun. Sebab mereka selalu mengalami, melihat dan sangat akrab berinteraksi dengan fakta gaib/noumena. Mereka dengan mudah meraih ilmu sejati. Apakah generasi berkualitas semacam ini bisa dibasmi, atau dicegah dan tangkal demi kepentingan kekuasaan, kepentingan hegemoni politik dan agama ? TENTU SAJA TIDAK. Membasmi, membunuh, melenyapkan, mencegah dan menangkal generasi ini adalah perbuatan melawan kodrat alam, yakni kodrat tuhan alias kehendak tuhan sendiri menciptakan generasi cemerlang yg akan membawa kedamaian dunia paca “kiamatnya” kekuatan fanatisme. Semua orang jika mengerti hakekat sejatinya hidup, pastilah akan damai dunia ini.
    Saya dulunya enggan menceritakan pengalaman pribadi, kadang jika bercerita kpd org yg belum nggaduk, sering dianggap wong aneh, wong kenthir, sesat dst. Tapi kenapa suatu kenyataan musti ditutup-tutupi ? Apalagi, jika penting utk diketahui khalayak mengingat situasi dan kondisi dunia saat ini sudah mengalami WOLAK WALIKING ZAMAN, ZAMAN EDAN. Yg waras dianggap gendeng, yg gendeng bilang waras, wong jujur kojur, wong bodo dianggep pinter, wong pinter dianggap bodoh. Yen ora edan ora keduman, Tapi sakbeja-bejane wong edan, masih lebih bejo orang yg eling dan waspada.
    Maka buat apa suatu pengetahuan disimpen rapat ? Toh hanya akan berguna buat diri kita sendiri. Lebih baik dimanfaatkan buat dibagi-bagi/gratisan kepada org banyak siapa tahu diterima dan banyak manfaatnya. Jika kita mau meraih kemuliaan hidup, maka kita musti bermanfaat bagi sesama, orang banyak, seluruh mahluk dan lingkungan alam, dalam aras welas asih.
    Maturnuwun Mas Ngglosor, kami mewakili para sedulur semua, menunggu wedaran ngelmu sejati dari panjenengan lebih lanjut. Semoga bisa menjadi pepadang bagi semua yg memerlukan.

    salam karaharjan

    • kulo nuwon.
      Mas sabda dan mas ngglosor madep wetan,klau diizinkan saya mau minta sedikit pencerahan.
      Dulu saya pernah belejar tenaga dalam dan kawruh.sampai akhirnya apa yang saya katakan bisa menjadi kenyataan,semua seperti bisa saya kendalikan,misal angin yg bertiup kebarat,dengan kekuatan batin saya dapat mengalihkan ketimur,ketika saya lihat orang berjalan atau naik sepeda kemudian saya bilang jatuh!!,maka orang itupun jatuh.dan juga saya dapat melihat masa depan hanya dg memejamkan mata, sesaat akan tampak apa yg saya ingin ketahui,tergambar jelas seperti nonton televisi,nomor togelpun terlihat jelas tanpa samar.
      Ini benar dan nyata,mas!saya tidak meng ada-ada.
      Yg mau saya tanyakan,karena kepentingan rumah tangga saya sudah tidak pernah memakainya bertahun-tahun,dan saya saat ini sepertinya sudah tidak bisa menggunakanya lagi,itu mengapa?,dan bagaimana agar saya bisa menggunakanya lagi?.apa saya harus mulai dari awal?
      Matur nuwun.

  21. Ngglosor Madhep Wetan

    Wah, Mas Sabda mujinya kok ya setinggi langit. Jadi ndak enak saya.
    Sebenarnya saya ingin sekali bikin blog sendiri seperti Mas Sabda, namun karena waktu yang saya punya masih terbatas, yooo jadilah saya nebeng di rumah Mas Sabda ini.
    Mohon perkenannya untuk terus2an ditebengi Mas, hehehe…..
    Ada alasan mengapa saya menulis seperti ini, karena saya betul2 prihatin akan keadaan negeri, bangsa & rakyat kita Mas. Pasca lengsernya Presiden Soeharto, fanatisme agama semakin ke sini, semakin menjadi.
    Konteks agama yang berfungsi sebagai wadah iman secara komunal menjadi meliputi segalanya. Spiritisme, kemampuan paranormal, kognisi, hal2 psike, sampai kepada pengetahuan, hidup kenegaraan, sosio-konteks bahkan kehidupan keseharian sangat dicampuri oleh religiositas.
    Masalahnya apakah religiositas itu mampu dengan mudah beradaptasi dengan tingginya angka kelahiran pengetahuan ?
    Bahkan karena religiositas begitu mencampuri hal2 [ilmu & ngelmu] pengetahuan, maka jika ada mashab pengetahuan baru yang tampaknya bertentangan dengan dogma & tradisi religi yang bersangkutan, malah menjadikan friksi yang tidak sehat dan tidak membangun antar keduanya.
    Perbedaan antara religi dan kejawen adalah : religi memliki & mengandalkan dogma & tradisi baku, kejawen mengandalkan pengalaman.

    Di dalam kejawen pengalaman yg lebih dahulu didapat hanya dibagikan (share) bukan dibakukan menjadi dogma yang wajib diterapkan oleh para penganutnya. Maka dari itu dituntut kesabaran yang cukup untuk mendaki pengalaman2 spiritual secara evolutif. Semua proses evolusi memang membutuhkan waktu.

    Sebenarnya tulisan saya beberapa sudah tersebar di blog-nya Mas Sabda ini. Kalau dikumpulkan ya sebenarnya pengalaman saya sudah tertuang semua di sini.

    Mungkin lebih yahud kalau Mas Sabda meng-koordinatori pertemuan bersama di kediaman Mas Sabda untuk saling berbagi aplikasi spiritual, dan kalau bisa dilaksanakan sekalian, sehingga saudara2 yg masih penasaran dapat sedikit terobati rasa penasarannya.

    Mengapa saya usulkan demikian ? Karena kira saya Mas Sabda memiliki pengalaman yg jauh lebih panjang & luas daripada saya. Uraian2 Mas Sabda di blog sudah lengkap, tinggal saudara2 yg membacanya mau melakukannya atau tidak. Sebab jujur saja, biasanya orang lebih memilih jalur instan daripada berevolusi, hehehehe……..

    Saya mohonkan kepada Gusti dan Kadhang Sejatinya Mas Sabda, supaya ide ini dapat terjadi.

    Nuwun
    Rahayu

    • Ex perience Ex periment

      Perbedaan antara religi dan kejawen adalah : religi memliki & mengandalkan dogma & tradisi baku, kejawen mengandalkan pengalaman.

      Bagaimana membedakan pengalaman yang sejati dan pengalaman yang bukan sejati. mohon pencerahan om.

  22. Mas permisi saya mau tanya, kalo memang gak merepotkan. saya pernah tidur trus mimpi tapi kayak beneran ketemu sinar warnanya kilau emas ada sedikit putihnya, cuma ga silau kayak matahari. cuma waktu saya ketabrak sinar itu, saya kayak ga bisa berbuat apa-apa? apa itu ya mas? boleh minta pendapatnya. dan saya juga pernah mimpi disuruh baca tulisa, tapi saya ga ngerti hurufnya agak aneh buat saya, dibilang huruf arab bukan, trus tulisan yang kayak ho no co ro ko juga bukan, trus tulisan palawa yang kayak museum juga bukan, itu tulisan apaan ya? yang nyuruh baca kayak laki tapi kayak perempuan tapi bukan laki juga bukan perempuan. satu lagi saya pernah juga mimpi didatangi seseorang yang wajahnya sampe sekarang saya tetep ingat, cuma ga pernah kenal, tapi orang itu cuma bilang kalo kamu memang tidak percaya sama aku, ini bumi saya injak keluar petirnya, tapi kenapa suara petirnya kedengaran sampe keluar, padahal saya waktu itu posisinya sedang tidur, dan saya tanya lebih dari 5 orang semua dengar suara petir berbarengan dengan saya mimpi.
    terima kasih banyak sebelumnya.

    • Mas Fajar Yth
      Barangkalai yg menemui panjenengan leluhur anda sendiri. Sepertinya kok Ki Ageng Selo ya ?! Maaf saya tak bisa melihat dgn mata batin, karena peristiwanya sdh berlalu. Terus utk sinar kuning-putih keemasan merupakan pertanda baik, biasanya org menyebutnya sebagai “wahyu”. Hal itu merupakan karunia Gusti Allah yg nanti suati saat panjenengan akan mengetahuinya sendiri. Ikuti saja “aliran air” nanti akan ketemu jawabnya sendiri.

      salam sejati

    • Ngglosor Madhep Wetan

      Nyuwun ngapunten Mas Sabda, kalau saya boleh urun rembug visitasinya Mas Fajar.
      Mas Fajar Yth. mungkin ndak tulisan yg Panjenengan lihat itu tulisan aramae ?
      Mungkin bisa dicoba Mas, di-googling saja aramaec. Kalau yg jenis hurufnya sudut2 itu aramae barat, kalau yg model bulet2 (seperti honocoroko) itu aramae timur.
      Mudah2an ada yg klop Mas.

      nuwun
      Rahayu

    • setelah saya cari di google…
      sepertinya bahasa asli kejawen itu bhs NEPAL ya mas, sepanjang India bagian Timur. Suwun sedulur semua, Tuhan masih bermurah hati untuk memberikan jawabannya.

  23. kagem pak ngglosor madep ngetan & pak sabda langit , saya pribadi stuju dalam pemahaman hidup yg terkupas di sini. mati sak jroning urip/urip skjroning pati.kita saja yg menyikapi apa yg tersirat dari yg tersurat dg sistim & cara yg ber beda.cepat lambat nya pemahaman melalui proses yg tdk sama per indvidu.di sinilah ujian dari seorang murshid.selamat berjuang & salam kenal maturnuwun.

  24. untuk Ki Sabda dan Ki ngglosor madep wetan, maaf sebelumnya saya panggil Ki, buat saya ini panggilan yg lumayan njawani, terutama di komunitas saya komunitas cerita silat Api dibukit menoreh. mohon maaf bila tidak berkenan. saya telah membaca beberapa tulisan ki Sabda tentang kebudayaan jawa ini yang semakin lama sekin tersingkir. ki saya penasaran sekali dengan tokoh Semar saya googling tidak ada satu pun sejarah tentang asal usul atau yang membuat tokoh semar ini. sampai saya berkesimpulan, kesimpulan yang sanagt gegabah tentunya karena tidak di dasari oleh penelitian dan sebagainya. Semar ini adalah cara orang jawa menggambarkan Tuhan, kan tentunya Ki Sabda tahu sifat2 Semar sama dengan Sifat2 tuhan. Mohon pencerahannya Ki Sabda.
    Dan untuk Ki Ngglosor Madep Ngetan. kalo saya mengamalkan atau mempraktekan laku atau doa-doa seprti yg Ki Ngglosor tulis apa yang bakal terjadi? sebab dalam pikiran saya kalo mengamal kan itu nanti yang rohnya keluar gitu saya terus terang takut. sebab kalo menurut cerita kakaknya saya yang kebetulan penganut kejawen Sapta Darma namanya. katanya begitu kalo mereka sembahyang rohnya keluar dari raga. mohon pencerahanya ki Ngglosor madep ngetan.
    Oh iya Ki Sabda dan Ki Ngglosor tinggal di daerah mana?
    mohon maaf bila ada kata yang tidak berkenan.
    terima kasih

    salam

  25. Ngglosor Madhep Wetan

    Matur sembah nuwun Pak Mukidi Yth, atas pertanyaannya terhadap postingan saya.
    Saya akan coba jawab sebisa saya ya Pak, ngapunten kalau ada yg mengganjal di hati.

    Mantram atau doa yg saya beber itu bukan untuk koncating suksma Pak, melainkan untuk mengaktifkan frekuensi yg digunakan untuk berkomunikasi dg Kadhang Sejati kita. Jadi ndak perlu takut untuk mengamalkannya.

    Kalau bab rogo suksmo itu, sejauh yg saya alami, memiliki 2 konsep, yg pertama dengan media mantram / doa khusus untuk itu. Cara yg kedua yaitu melalui bimbingan Kadhang Sejati.

    Cara yg kedua membutuhkan waktu yg lebih lama dari cara pertama bagi mereka yg belum bertemu / berkomunikasi dg Kadhang Sejatinya, karena dibutuhkan laku untuk bertemu Kadhang terlebih dahulu. Cara pertama lebih instan, tetapi harus dibimbing oleh Guru yg mumpuni, yg bisa membantu & mengarahkan frekuensi metafisik yg diinginkan / dituju, supaya ndak nyasar, hehehehe……

    Dan manfaat bertemu Kadhang Sejati itu ndak hanya untuk ngrogo suksmo saja Pak, ada banyak, salah satunya adalah memberikan pengarahan kepada kita bagaimana menjalankan kehidupan ini sesuai dg kemampuan asli kita (kadang2 kemampuan yg kita hanya sebagian saja, atau bahkan hanya bagian kecil sekali – kita belum tahu bagaimana menggunakan kemampuan asli kita secara optimal).

    Tapi yaaa, saran saya, kalau sudah dapat berkomunikasi dg Kadhang, yaaa jangan dipakai yg tidak2. Kalau Kadhang Sejati sudah nesu (kecewa dg kita), bisa bahaya buat kehidupan kita kedepannya.
    Lentera kita bisa padam.

    Kadhang Sejati tidak pernah memberi informasi yg menjerumuskan. Memang butuh latihan secara sabar & berkesinambungan untuk memilah mana suara Kadhang, mana sugesti / halusinasi (yg timbul dari nafsu) yg tercermin di dalam suara hati.

    Untuk melakukan ini, sejauh pengalaman saya, tidak butuh bakat & tingkat inteligensia yg tinggi. Pengorbanannya hanya tekun & sabar saja Pak.

    Mungkin segini dulu ngomyangan ngawur dari saya. Kapan2 sambung lagi ya Pak, kalau Njenengan ndak bosen, hehehehehe…..

    nuwun
    Rahayu

    • matur nuwun Ki…atas pencerahannya, tadinya saya pikir kalo mempraktekan seperti yang Ki Nggolosor tulis akan mrogo sukma jadi saya takut gak bisa balik….he…he..he…maklum saya ndak tahu. sekali matur nuwun Ki….

  26. Yth. Mas Sabda, ini ada sedikit oleh2, macapatan, tanpa bermaksud menggurui, smoga bermanfaat :

    1. Dadya karsa ingkang Maha Suci
    lamun jiwa lawan ingkang raga
    bareng-bareng panembahe
    kadi urubing latu
    datan pisah lan ingkang geni
    kadi mina lan tirta
    sekar lan kang arum
    tinuntun ing ulah jiwa
    myang agama tan ora kari sawiji
    sareng-sareng lumampah

    2. Ulah jiwa ingkang dadya karsi
    den bisaa bisa panggih marga
    pirsa marang kang lenggahe
    manut karsa Hyang AGung
    medhakira ana ing bumi
    tan namung kira-kira
    klentu kang panemu
    den bisa dadi Pandhawa
    nadyan panca nyawiji kang dadi karsi
    panggih darma kang tama

    3. Ingkang dadya sarana kang aji
    panggih Gusti ingkang Maha Kwasa
    tan ana loro tunggale
    yeku budi kang luhur
    amal darma marang sesami
    tinuntun nut kodrat-Nya
    paringing Hyang AGung
    tan ana manungsa bisa
    panggih ‘gusti’ ingkang lenggah munggwing dhiri
    yen tan resik jiwanya

    4. Ulah jiwa peparinging Gusti
    dadya marga lelampah kang bisa
    pinanggih lawan ‘gustine’
    kang arsa mulang muruk
    tatananing gesang ing bumi
    tinuntun ing wewarah
    ingkang langkung luhur
    pirsa mring wajibing gesang
    dimen samya nglenggahi dhawuhing Gusti
    Allah kang Maha Kwasa

    5. Datan ana ulah jiwa kaki
    ingkang arsa dadya marga tama
    pinanggih lawan ‘gustine’
    paring wulang lan wuruk
    ingkang tilar marang agami
    nadyan tan paring marga
    ingkang tata runtut
    pasrah ingkang lampahira
    nilar raga ingkang karsa warni-warni
    rasa nikmating donya.

    (Cuplikan saking serat sastra jendra gagrak enggal, ingkang dipun tampi dening guru
    mursyid kula, mawi basa lan huruf jawi, sekitar tahun 70-an ing Jakarta. Nuwun,
    dekrit).

  27. salam Ki Sabda:
    Mas O’on di TATA CARA MELIHAT TUHAN:
    “scr pribadi sy anggap Al-Quran sbg teori (spt kata anda, saat ini belum 100% terkuak sisi ilmiahnya) adalah hasil pemikiran Muhammad terhadap (kalo versi lokalnya): Sastra Jendra (kalo mao ,silahken di cekidot artikel dr ki Sabda).”

    ——————-
    Setelah saya baca, saya jadi binung ini Quran yang njiplak Sastra Jendra atau sebaliknya?
    Kalau tidak, mengapa musti ada semacam pemersamaan dengan Islam? misalnya bagian ini:
    ==========
    “1. Syariat; dalam falsafah Jawa syariat memiliki makna sepadan dengan Sembah Rogo.
    2. Tarikat; dalam falsafah Jawa maknanya adalah Sembah Kalbu.
    3. Hakikat; dimaknai sebagai Sembah Jiwa atau ruh (ruhullah).
    4. Makrifat; merupakan tataran tertinggi yakni Sembah Rasa atau sir (sirullah).”
    ==============

    Fenomena ini bisa jadi membuat khalayak pada kebingungan; tanpa sadar telah ikut andil mengaburkan kebenaran hakiki dengan kontaminasi kebenaran nisbi (yang sandarannya bersumber dari kustomisasi akal-budi pengalaman gaib pribadi, amanat agung leluhur, dan ajaran para nabi purba yang sumber otentiknya entah di mana). Padahal, penyusunan pertama mushaf Quran saja dilakukan setelah catatan campur-aduk para sahabat disingkirkan untuk menjaga kontaminasi2 semacam ini ‘kan?!

    Dan ini yang disukai trio laknatullah itu: Para penempuh jalan tanpa sadar telah terubah jarum kompasnya gara2 semua cara bener dipake campur aduk jadinya keblinger.

    Memang benar, setiap keyakinan itu berasal dari Tuhan dan semua mengajarkan cara menuju dan sampai kepada Tuhan. Tetapi, kadar ketersampaiannya telah Tuhan tetapkan terjadi secara evolutif melalui urutan turunnya kitab2 langit. Kebijakan untuk mengombinasikan setiap keyakinan justru akan mempertumpul daya tembusnya menuju Tuhan.

    Kalau kejawen mengakui semua keyakinan itu dari Tuhan dan semua keyakinan itu benar. Mengapa tidak membiarkan semua jalan itu tetap pada jalurnya. Islam, biarkan dengan jalan Islam, jangan ada Islam kejawen, atau menggado2 paksa semua agama manjadi satu keyakinan: AGAMA UNIVERSAL MANUSIA.

    kalau di tauhid islam, yang begini ini disebutnya jahil hakiki. nuwun.

  28. Salam Pamuji Rahayu

    Mugi Rahayuning Pangeran tansah pinaringan tumprap kita sadoyo,
    Ndherek ngangsu kawruh wonten blogipun mas sabda. Nuwun

  29. sugeng tetepangan para kanca
    Mas ngabehi sabda langit ingkang kinurmatan

    Ternyata masih ada yang nguri nguri warisan ilmu para leluhur jawa.saya yang jawa asli pesisiran sangat suka warisan yang adiluhung itu,apapun modelnya mulai dari hal kawruh pertanian ala kejawen sampai pewayangan….mulai dari serat gatholoco sampai centhini

    Saya sendiri kejawen …..versi seorang petani padi yang tidak mau pakai kimia…tidak mau pakai padi republik…yang berumah tepatnya gribik(bambu) dengan seribu jendela…yang seandainya hujan ….hujanpun ikut berteduh.

    nuwun

    Gundoro sosro

  30. mohon maaf sebelumnya bsa kah saya mengenal dan bertemu dengan berkenalan secara pribadi
    terimakasih

Tinggalkan Balasan ke suket Batalkan balasan