KEPEMIMPINAN PUNAKAWAN : Semar-Gareng-Petruk-Bagong

CONTOH LEADERSHIP PUNAKAWAN

ABDI KINASIH KESATRIA PENDHAWA LIMA

KI LURAH SEMAR BADRANAYA, NALA GARENG,

PETRUK KANTHONG BOLONG DAN KI LURAH BAGONG

Tanggap ing sasmita dan Limpat Pasang ing Grahita, dan Cakra-Manggilingan

“Pinangka mrih hamemayu hayuning bawana

Puna” atau “pana” dalam terminologi Jawa artinya memahami, terang, jelas, cermat, mengerti, cerdik dalam mencermati atau mengamati makna hakekat di balik kejadian-peristiwa alam dan kejadian dalam kehidupan manusia. Sedangkan kawan berarti pula pamong atau teman. Jadi punakawan mempunyai makna yang menggambarkan seseorang yang menjadi teman, yang mempunyai kemampuan mencermati, menganalisa, dan mencerna segala fenomena dan kejadian alam serta peristiwa dalam kehidupan manusia. Punakawan dapat pula diartikan seorang pengasuh, pembimbing yang memiliki kecerdasan fikir, ketajaman batin, kecerdikan akal-budi, wawasannya luas, sikapnya bijaksana, dan arif dalam segala ilmu pengetahuan. Ucapannya dapat dipercaya, antara perkataan dan tindakannya sama, tidaklah bertentangan. Khasanah budaya Jawa menyebutnya sebagai “tanggap ing sasmita, lan limpat pasang ing grahita”. Dalam istilah pewayangan terdapat makna sinonim dengan apa yang disebut wulucumbu yakni rambut yang tumbuh pada jempol kaki. Keseluruhan gambaran karakter pribadi Ki Lurah Semar tersebut berguna dalam upaya melestarikan alam semesta, dan menciptakan kemakmuran serta kesejahteraan di bumi pertiwi.

Dalam cerita pewayangan Jawa, punakawan sesungguhnya adalah Dewa apengawak jalma, atau Dewa yang menjelma atau menitis ke dalam wujud manusia biasa atau rakyat jelata. Maka Ki Lurah Semar sesungguhnya adalah pengejawantahan Dewa dan semua anak-anaknya adalah titisan dewa. Punakawan dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing memiliki peranan yang sama sebagai penasehat spiritual dan politik, namun masing-masing mengasuh tokoh yang karakternya saling kontradiksi.

Kelompok Ki Lurah Semar Badranaya

Kelompok ini terdiri Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong (Sunda: Cepot). Mereka menggambarkan kelompok punakawan yang jujur, sederhana, tulus, berbuat sesuatu tanpa pamrih, tetapi memiliki pengetahuan yang sangat luas, cerdik, dan mata batinnya sangat tajam. Ki Lurah Semar, khususnya, memiliki hati yang “nyegoro” atau seluas samudra serta kewaskitaan dan kapramanan-nya sedalam samudra. Hanya satria sejati yang akan menjadi asuhan Ki Lurah Semar. Semar hakekatnya sebagai manusia setengah dewa, yang bertugas mengemban/momong para kesatria sejati.

Ki Lurah Semar disebut pula Begawan Ismaya atau Hyang Ismaya, karena eksistensinya yang teramat misterius sebagai putra Sang Hyang Tunggal umpama dewa mangejawantah. Sedangkan julukan Ismaya artinya tidak wujud secara wadag/fisik, tetapi yang ada dalam keadaan samar/semar. Dalam ilmu uthak-athik-gathuk Jawa atau ilmu klenik, Semar dapat diartikan sebagai guru sejati (sukma sejati), yang ada dalam jati diri kita. Guru sejati merupakan hakekat Tuhan yang terdapat dalam badan raga kita. Maka bukanlah hal yang muskil bila hakekat guru sejati yang disimbolkan dalam wujud Ki Lurah Semar, memiliki kemampuan sabda pendita ratu, ludahnya adalah ludah api (idu geni). Apa yang diucap guru sejati menjadi sangat bertuah, sabdodadi, apa yang diucapkan adalah fakta dan akan menjadi kenyataan, karena ucapannya tidak lain merepresentasikan kehendak Tuhan. Para kesatria yang diasuh oleh Ki Lurah Semar sangat beruntung karena negaranya akan menjadi adil makmur, gemah ripah, loh jinawi murah sandang pangan, tenteram, selalu terhindar dari musibah.

Tugas punakawan dimulai sejak kepemimpinan Prabu Herjuna Sasrabahu di negeri Maespati, Prabu Ramawijaya di negeri Pancawati, Raden Sakutrem satria Plasajenar, Raden Arjuna Wiwaha satria dari Madukara, Raden Abimanyu satria dari Plangkawati, dan Prabu Parikesit di negeri Ngastina. Ki Lurah Semar selalu dituakan dan dipanggil sebagai kakang, karena dituakan dalam arti kiasan yakni ilmu spiritualnya sangat tinggi, sakti mandraguna, berpengalaman luas dalam menghadapi pahit getirnya kehidupan. Bahkan para Dewa pun memanggilnya dengan sebutan “kakang”. Sebab Ki Lurah Semar sesungguhnya adalah kakak dari Batara Guru dan adiknya Togog.

Kelompok punakawan ini bertugas :

  1. Menemani (mengabdi) para bendhara (bos) nya yang memiliki karakter luhur budi pekertinya. Tugas punakawan adalah sebagai “pembantu” atau abdi sekaligus “pembimbing”. Tugasnya berlangsung dari masa ke masa.
  2. Dalam cerita pewayangan, kelompok ini lebih sebagai penasehat spiritual, pamomong, kadang berperan pula sebagai teman bercengkerama, penghibur di kala susah.
  3. Dalam percengkeramaannya yang bergaya guyon parikena atau saran, usulan dan kritikan melalui cara-cara yang halus, dikemas dalam bentuk kejenakaan kata dan kalimat. Namun di dalamnya selalu terkandung makna yang tersirat berbagai saran dan usulan, dan sebagai pepeling akan sikap selalu eling dan waspadha yang harus dijalankan secara teguh oleh bendharanya yang jumeneng sebagai kesatria besar.
  4. Pada kesempatan tertentu punakawan dapat berperan sebagai penghibur selagi sang bendhara mengalami kesedihan.
  5. Pada intinya, Ki Lurah Semar dkk bertugas untuk mengajak para kesatria asuhannya untuk selalu melakukan kebaikan atau nuruti kareping rahsa (nafsu al mutmainah). Dalam terminologi Islam barangkali sepadan dengan istilah amr ma’ruf.

Adapun para kesatria Pandawa Lima sebagai tokoh yang diasuh oleh punakawan adalah berwatak : halus, luhur budi pekerti, sabar, tulus, gemar menolong, siaga dan waspada, serta bijaksana.

Kelompok Ki Lurah Togog

Kelompok ini terdiri tiga personil yakni: Ki Lurah Togog (Sarawita) dan Mbilung. Punakawan ini bertugas menemani bendhara-nya yang berkarakter dur angkara yakni para Ratu Sabrang. Sebut saja misalnya Prabu Baladewa di negeri Mandura, Prabu Basukarna di negeri Ngawangga, Prabu Dasamuka (Rahwana) di negeri Ngalengka, Prabu Niwatakawaca di negeri Iman-Imantaka dan beberapa kesatria dari negara Sabrangan yang berujud (berkarakter) raksasa; pemarah, bodoh, namun setia dalam prinsip. Lurah Togog disebut pula Lurah Tejamantri. Ki Togog dkk secara garis besar bertugas mencegah asuhannya yang dur angkara, untuk selalu eling dan waspadha, meninggalkan segala sifat buruk, dan semua nafsu negatif. Beberapa tugas mereka antara lain:

1. Mereka bersuara lantang untuk selalu memberikan koreksi, kritikan dan saran secara kontinyu kepada bendhara-nya.

2. Memberikan pepeling kepada bendhara-nya agar selalu eling dan waspadha jangan menuruti kehendak nafsu jasadnya (rahsaning karep).

Gambaran tersebut sesungguhnya memproyeksikan pula karakter dalam diri manusia (jagad alit). Sebagaimana digambarkan bahwa kedua kesatria di atas memiliki karakter yang berbeda dan saling kontradiktori. Maknanya, dalam jagad kecil (jati diri manusia) terdapat dua sifat yang melekat, yakni di satu sisi sifat-sifat kebaikan yang memancar dari dalam cahyo sejati (nurulah) merasuk ke dalam sukma sejati (ruhulah). Dan di sisi lain terdapat sifat-sifat buruk yang berada di dalam jasad atau ragawi. Kesatria yang berkarakter baik diwakili oleh kelompok Pendawa Lima beserta para leluhurnya. Sedangkan kesatria yang berkarakter buruk diwakili oleh kelompok Kurawa 100. walaupun keduanya masing-masing sudah memiliki penasehat punakawan, namun tetap saja terjadi peperangan di antara dua kelompok kesatria tersebut. Hal itu menggambarkan betapa berat pergolakan yang terjadi dalam jagad alit manusia, antara nafsu negatif dengan nafsu positif. Sehingga dalam cerita pewayangan digambarkan dengan perang Brontoyudho antara kesatria momongan Ki Lurah Semar dengan kesatria momongan Ki Togog. Antara Pendawa melawan Kurawa 100. Antara nafsu positif melawan nafsu negatif. Medan perang dilakukan di tengah Padhang Kurusetra, yang tidak lain menggambarkan hati manusia.

Makna di Balik Simbol Punakawan

1. Ki Lurah Semar (simbol ketentraman dan keselamatan hidup)

Membahas Semar tentunya akan panjang lebar seperti tak ada titik akhirnya. Semar sebagai simbol bapa manusia Jawa. Bahkan dalam kitab jangka Jayabaya, Semar digunakan untuk menunjuk penasehat Raja-raja di tanah Jawa yang telah hidup lebih dari 2500 tahun. Dalam hal ini Ki Lurah Semar tiada lain adalah Ki Sabdapalon dan Ki Nayagenggong, dua saudara kembar penasehat spiritual Raja-raja. Sosoknya sangat misterius, seolah antara nyata dan tidak nyata, tapi jika melihat tanda-tandanya orang yang menyangkal akan menjadi ragu. Ki Lurah Semar dalam konteks Sabdapalon dan Nayagenggong merupakan bapa atau Dahyang-nya manusia Jawa. Menurut jangka Jayabaya kelak saudara kembar tersebut akan hadir kembali setelah 500 tahun sejak jatuhnya Majapahit untuk memberi pelajaran kepada momongannya manusia Jawa (nusantara). Jika dihitung kedatangannya kembali, yakni berkisar antara tahun 2005 hingga 2011. Maka bagi para satria momongannya Ki Lurah Semar ibarat menjadi jimat; mung siji tur dirumat. Selain menjadi penasehat, punakawan akan menjadi penolong dan juru selamat/pelindung tatkala para satria momongannya dalam keadaan bahaya.

Dalam cerita pewayangan Ki Lurah Semar jumeneng sebagai seorang Begawan, namun ia sekaligus sebagai simbol rakyat jelata. Maka Ki Lurah Semar juga dijuluki manusia setengah dewa. Dalam perspektif spiritual, Ki Lurah Semar mewakili watak yang sederhana, tenang, rendah hati, tulus, tidak munafik, tidak pernah terlalu sedih dan tidak pernah tertawa terlalu riang. Keadaan mentalnya sangat matang, tidak kagetan dan tidak gumunan. Ki Lurah Semar bagaikan air tenang yang menghanyutkan, di balik ketenangan sikapnya tersimpan kejeniusan, ketajaman batin, kaya pengalaman hidup dan ilmu pengetahuan. Ki Lurah Semar menggambarkan figur yang sabar, tulus, pengasih, pemelihara kebaikan, penjaga kebenaran dan menghindari perbuatan dur-angkara. Ki Lurah Semar juga dijuluki Badranaya, artinya badra adalah rembulan, naya wajah. Atau Nayantaka, naya adalah wajah, taka : pucat. Keduanya berarti menyimbolkan bahwa Semar memiliki watak rembulan (lihat thread: Pusaka Hasta Brata). Dan seorang figur yang memiliki wajah pucat, artinya Semar tidak mengumbar hawa nafsu. Semareka den prayitna: semare artinya menidurkan diri, agar supaya batinnya selalu awas. Maka yang ditidurkan adalah panca inderanya dari gejolak api atau nafsu negatif. Inilah nilai di balik kalimat wani mati sajroning urip (berani mati di dalam hidup). Perbuatannya selalu netepi kodrat Hyang Widhi (pasrah), dengan cara mematikan hawa nafsu negatif. Sikap demikian akan diartikulasikan ke dalam sikap watak wantun kita sehari-hari dalam pergaulan, “pucat’ dingin tidak mudah emosi, tenang dan berwibawa, tidak gusar dan gentar jika dicaci-maki, tidak lupa diri jika dipuji, sebagaimana watak Badranaya atau wajah rembulan.

Dalam khasanah spiritual Jawa, khususnya mengenai konsep manunggaling kawula Gusti, Ki Lurah Semar dapat menjadi personifikasi hakekat guru sejati setiap manusia. Semar adalah samar-samar, sebagai perlambang guru sejati atau sukma sejati wujudnya samar bukan wujud nyata atau wadag, dan tak kasad mata. Sedangkan Pendawa Lima adalah personifikasi jasad/badan yang di dalamnya terdapat panca indera. Karena sifat jasad/badan cenderung lengah dan lemah, maka sebaik apapun jasad seorang satria, tetap saja harus diasuh dan diawasi oleh sang guru sejati agar senantiasa eling dan waspadha. Agar supaya jasad/badan memiliki keteguhan pada ajaran kebaikan sang guru sejati. Guru sejati merupakan pengendali seseorang agar tetap dalam “laku” yang tepat, pener dan berada pada koridor bebener. Siapa yang ditinggalkan oleh pamomong Ki Lurah Semar beserta Gareng, Petruk, Bagong, ia akan celaka, jika satria maka di negerinya akan mendapatkan banyak malapetaka seperti : musibah, bencana, wabah penyakit (pageblug), paceklik. Semua itu sebagai bebendu karena manusia (satria) yang ditinggalkan guru sejati-nya telah keluar dari jalur bebener.

Jika ditinjau dari perspektif politik, kelompok Punakawan Ki Lurah Semar dan anak-anaknya Gareng, Petruk, Bagong sebagai lambang dari lembaga aspirasi rakyat yang mengemban amanat penderitaan rakyat. Atau semacam lembaga legislatif. Sehingga kelompok punakawan ini bertugas sebagai penyambung lidah rakyat, melakukan kritikan, nasehat, dan usulan. Berkewajiban sebagai pengontrol, pengawas, pembimbing jalannya pemerintahan di bawah para Satria asuhannya yakni Pendhawa Lima sebagai lambang badan eksekutif atau lembaga pemerintah. Dengan gambaran ini, sebenarnya dalam tradisi Jawa sejak masa lampau telah dikenal sistem politik yang demokratis.

2. Nala Gareng

Nala adalah hati, Gareng (garing) berarti kering, atau gering, yang berarti menderita. Nala Gareng berarti hati yang menderita. Maknanya adalah perlambang “laku” prihatin. Namun Nala Gareng diterjemahkan pula sebagai kebulatan tekad. Dalam serat Wedhatama disebutkan gumeleng agolong-gilig. Merupakan suatu tekad bulat yang selalu mengarahkan setiap perbuatannya bukan untuk pamrih apapun, melainkan hanya untuk netepi kodrat Hyang Manon. Nala Gareng menjadi simbol duka-cita, kesedihan, nelangsa. Sebagaimana yang tampak dalam wujud fisik Nala Gareng merupakan sekumpulan simbol yang menyiratkan makna sbb:

Mata Juling:

Mata sebelah kiri mengarah keatas dan ke samping. Maknanya Nala Gareng selalu memusatkan batinnya kepada Hyang Widhi.

Lengan Bengkok atau cekot/ceko :

Melambangkan bahwasannya manusia tak akan bisa berbuat apa-apa bila tidak berada pada kodrat atau kehendak Hayng Widhi.

Kaki Pincang, jika berjalan sambil jinjit :

Artinya Nala Gareng merupakan manusia yang sangat berhati-hati dalam melangkah atau dalam mengambil keputusan. Keadaan fisik nala Gareng yang tidak sempurna ini mengingatkan bahwa manusia harus bersikap awas dan hati-hati dalam menjalani kehidupan ini karena sadar akan sifat dasar manusia yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan.

Mulut Gareng :

Mulut gareng berbentuk aneh dan lucu, melambangkan ia tidak pandai bicara, kadang bicaranya sasar-susur (belepotan) tak karuan. Bicara dan sikapnya serba salah, karena tidak merasa percaya diri. Namun demikian Nala Gareng banyak memiliki teman, baik di pihak kawan maupun lawan. Inilah kelebihan Nala Gareng, yang menjadi sangat bermanfaat dalam urusan negosiasi dan mencari relasi, sehingga Nala Gareng sering berperan sebagai juru damai, dan sebagai pembuka jalan untuk negosiasi. Justru dengan banyaknya kekurangan pada dirinya tersebut, Nala Gareng sering terhindar dari celaka dan marabahaya.

3. Petruk Kanthong Bolong

Ki Lurah Petruk adalah putra dari Gandarwa Raja yang diambil anak oleh Ki Lurah Semar. Petruk memiliki nama alias, yakni Dawala. Dawa artinya panjang, la, artinya ala atau jelek. Sudah panjang, tampilan fisiknya jelek. Hidung, telinga, mulut, kaki, dan tangannya panjang. Namun jangan gegabah menilai, karena Lurah Petruk adalah jalma tan kena kinira, biar jelek secara fisik tetapi ia sosok yang tidak bisa diduga-kira. Gambaran ini merupakan pralambang akan tabiat Ki Lurah Petruk yang panjang pikirannya, artinya Petruk tidak grusah-grusuh (gegabah) dalam bertindak, ia akan menghitung secara cermat untung rugi, atau resiko akan suatu rencana dan perbuatan yang akan dilakukan. Petruk Kanthong Bolong, menggambarkan bahwa Petruk memiliki kesabaran yang sangat luas, hatinya bak samodra, hatinya longgar, plong dan perasaannya bolong tidak ada yang disembunyikan, tidak suka menggerutu dan ngedumel.

Dawala, juga menggambarkan adanya pertalian batin antara para leluhurnya di kahyangan (alam kelanggengan) dengan anak turunnya, yakni Lurah Petruk yang masih hidup di mercapada. Lurah Petruk selalu mendapatkan bimbingan dan tuntunan dari para leluhurnya, sehingga Lurah Petruk memiliki kewaskitaan mumpuni dan mampu menjadi abdi dalem (pembantu) sekaligus penasehat para kesatria.

Petruk Kanthong Bolong wajahnya selalu tersenyum, bahkan pada saat sedang berduka pun selalu menampakkan wajah yang ramah dan murah senyum dengan penuh ketulusan. Petruk mampu menyembunyikan kesedihannya sendiri di hadapan para kesatria bendharanya. Sehingga kehadiran petruk benar-benar membangkitkan semangat dan kebahagiaan tersendiri di tengah kesedihan. Prinsip “laku” hidup Ki Lurah Petruk adalah kebenaran, kejujuran dan kepolosan dalam menjalani kehidupan. Bersama semua anggota Punakawan, Lurah Petruk membantu para kesatria Pandhawa Lima (terutama Raden Arjuna) dalam perjuangannya menegakkan kebenaran dan keadilan.

4. Bagong

Bagong adalah anak ketiga Ki Lurah Semar. Secara filosofi Bagong adalah bayangan Semar. Sewaktu Semar mendapatkan tugas mulia dari Hyang Manon, untuk mengasuh para kesatria yang baik, Semar memohon didampingi seorang teman. Permohonan Semar dikabulkan Hyang Maha Tunggal, dan ternyata seorang teman tersebut diambil dari bayangan Semar sendiri. Setelah bayangan Semar menjadi manusia berkulit hitam seperti rupa bayangan Semar, maka diberi nama Bagong. Sebagaimana Semar, bayangan Semar tersebut sebagai manusia berwatak lugu dan teramat sederhana, namun memiliki ketabahan hati yang luar biasa. Ia tahan menanggung malu, dirundung sedih, dan tidak mudah kaget serta heran jika menghadapi situasi yang genting maupun menyenangkan. Penampilan dan lagak Lurah Bagong seperti orang dungu. Meskipun demikian Bagong adalah sosok yang tangguh, selalu beruntung dan disayang tuan-tuannya. Maka Bagong termasuk punakawan yang dihormati, dipercaya dan mendapat tempat di hati para kesatria. Istilahnya bagong diposisikan sebagai bala tengen, atau pasukan kanan, yakni berada dalam jalur kebenaran dan selalu disayang majikan dan Tuhan.

Dalam pagelaran wayang kulit, kelompok punakawan Semar, Gareng, Petruk, Bagong selalu mendapatkan tempat di hati para pemirsa. Punakawan tampil pada puncak acara yang ditunggu-tunggu pemirsa yakni goro-goro, yang menampilkan berbagai adegan dagelan, anekdot, satire, penuh tawa yang berguna sebagai sarana kritik membangun sambil bercengkerama (guyon parikena). Punakawan menyampaikan kritik, saran, nasehat, maupun menghibur para kesatria yang menjadi asuhan sekaligus majikannya. Suara punakawan adalah suara rakyat jelata sebagai amanat penderitaan rakyat, sekaligus sebagai “suara” Tuhan menyampaikan kebenaran, pandangan dan prinsip hidup yang polos, lugu namun terkadang menampilkan falsafah yang tampak sepele namun memiliki esensi yang sangat luhur. Itulah sepak “terjang punakawan” bala tengen yang suara hatinuraninya selalu didengar dan dipatuhi oleh para kesatria asuhan sekaligus majikannya.

Kepemimpinan Punakawan Kontroversial

Dalam cerita wayang sebagaimana kisah-kisah dalam legenda lainnya, terdapat kelompok antagonis. Dalam cerita wayang tokoh-tokoh antagonis berasal dari negri seberang atau Sabrangan. Punakawan Togog atau Tejamantri, Sarawita dan Mbilung merupakan punakawan kontroversif yang selalu membimbing tokoh pembesar antagonis, para “ksatria” angkara murka (dur angkara), hingga para pimpinan raksasa jahat. Sebut saja misalnya Prabu Dasamuka, Prabu Niwatakawaca, Prabu Susarma, hingga para kesatria dur angkara dari Mandura seperti Raden Kangsa dan seterusnya. Pada intinya Ki Lurah Togog dkk selalu berada di pihak tokoh antagonis, sehingga disebut sebagai bala kiwa. Namun demikian bukan berarti kelompok punakawan ini memiliki karakter buruk.

Ciri fisik Togog dkk memiliki mulut yang lebar. Artinya mereka selalu berkoar menyuarakan kebaikan, peringatan (pepeling) kepada majikannya agar tetap waspada dan eling, menjadi manusia jangan berlebihan. Ngono ya ngono ning aja ngono. Manusia harus mengerti batas-batas perikemanusiaan. Sekalipun akan mengalahkan lawan atau musuhnya tetap harus berpegang pada etika seorang kesatria yang harus gentle, tidak pengecut, dan tidak memenangkan perkelahian dengan jalan yang licik. Sekalipun menang tidak boleh menghina dan mempermalukan lawannya (menang tanpa ngasorake). Itulah ajaran Ki Lurah Togog dkk yang sering kali diminta nasehat dan saran oleh para majikannya. Namun toh akhirnya setiap nasehat, saran, masukan, aspirasi yang disampaikan Ki Lurah Togog dkk tetap saja tidak pernah digubris oleh majikannya mereka tetap setia. Ki Lurah Togog dkk walaupun menjabat posisi sentral sebagai penasehat, pengasuh dan pembimbing, yang selalu bermulut lantang menyuarakan pepeling, seolah peran mereka hanya sebagai obyek pelengkap penderita. Walaupun Ki Lurah Togog dkk selalu gagal mengasuh majikannya para kesatria dur angkara, hingga sering berpindah majikan untuk bersuara lantang mencegah kejahatan. Bukan berarti mereka tidak setia. Sebaliknya dalam hal kesetiaan sebagai kelompok penegak kebenaran, Ki Lurah togog patut menjadi teladan baik. Karena sekalipun sering dimaki, dibentak dan terkena amarah majikannya, Ki Lurah Togog dkk tidak mau berkhianat. Sekalipun selalu gagal memberi kritik dan saran kepada majikannya, mereka tetap teguh dalam perjuangan menegakkan keadilan. Dan lagi-lagi, mereka selalu dimintai saran dan kritikan, namun serta-merta diingkari pula oleh majikan-majikan barunya. Itulah nasib Togog dkk, yang mengisyaratkan nasib rakyat kecil yang selalu mengutarakan aspirasi dan amanat penderitaan rakyat namun tidak memiliki bargaining power. Ibarat menyirami gurun, seberapapun nasehat dan kritikan telah disiramkan di hati para “pemimpin” dur angkara, tak akan pernah membekas dalam watak para majikannya. Barangkali nasib kelompok punakawan Ki Lurah Togog dkk mirip dengan apa yang kini dialami oleh rakyat Indonesia. Suara hati nurani rakyat sulit mendapat tempat di hati para tokoh dan pejabat hing nusantara nagri. Sekalipun sekian banyak pelajaran berharga di depan mata, namun manifestasi perbuatan dan kebijakan politiknya tetap saja kurang populer untuk memihak rakyat kecil. By sabdalangit

About SABDå

gentleman, Indonesia Raya

Posted on Maret 13, 2009, in KEPEMIMPINAN PUNAKAWAN : Semar-Gareng-Petruk-Bagong and tagged , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink. 64 Komentar.

  1. @raja dewa. Mantab, dari mana bs tahu crita tsb? Jujur saja itu bener! Aku ini tdnya gak tahu apa2 ttg pusaka, krn org tua yg gak aku kenal aku diberi berbagai perkakas/keris (tp lewat org lain). dlam bhatin Ini ada apa? Ktnya aku ini yg lg gawe kemakmuran nusantara. Hampir semua pusaka itu br turun dari gunung (ada yg msh ada tanahnya) mungkin dia brontak pingin keluar nyari sy tp syareatnya lwt manusia bkn dia terbang sendiri). Yg paling menakutkan pusaka kecil (tombak) busyet auranya ada 5 warna, getarannya tinggi, didlmnya tertera suguhan telor (jagad raya), daun klewek (penyangga dunia), daun sereh (tiang penyangga dunia) dan patung dewa syiwa (ini aku gak tahu). Aku nangis!

  2. Kenapa aku nangis? Ini dunia mau diklewek, di uleg? Buah klewek kalau mau dipakai buat bumbu kan harus di hancurkan? Diperkuat oleh dewa syiwa? Dewa yg bertugas daur ulang. Ket ttg makna lambang didapet dari temen. Ya udah berdoa aja biar slamet rahayu lir sambikolo. Itu pasukan demit udah pd turun gunung.

  3. kang budak angon.. itu cerita saya sendiri..pas tadi pagi manembah sama Gusti..

    sebenarnya pulau jawa ini benar2 dikasihi Sang Hyang Tunggal.. wong mau di hajar gempa sama dewa bumi rencananya eh malah mo dibelokin ke Jepang? alasannya sih pulaunya mirip jawa..?

    filing sy kang budak angon, nanti ada tugas dr Eyang Semar..maren juga saya sama Nyimas Nawang Wulan ke Gunung Semeru..soalnya Emang Semar megang tongkat pusaka raja Semeru..yg menguasai semua lelembut pulau Jawa.

    Dalam pandangan saya nanti kang budak angon mungkin akan menyerahkan pusaka2 itu kepada Presiden RI berikutnya.. antara pusaka2 tsb dengan diri kita sebenernya ada gravitasi yg saling tarik menarik..tinggal kuat yg mana..gitu kang

    salam

    • Ini untuk sy aja, krn masalah keyakinan.
      aku nih kalau manembah Alloh gak pernah/pantang menggunakan embel-embel/tambahan seperti kata Gusti dll, walaupun aku tahu arti dan makna gusti (bagis ing ati).
      Budaya lokal nusantara aku pakai dan tata cara islam aku pakai, bahasa Jayabayanya “asalnya pertama dari mekkah, jawi sawiji”.

      Masih menurut sy? jika pakai embel2 sepertinya kualitasnya menurun, tidak memakai kata Gustu ini bukan masalah budaya arab, bukan.
      Sy sangat menghargai pendapat teman2, ttg perjalanan spritualnya seperti pengalaman pernah bertemu dgn Nimas Nawang Wulan dsb sah2 saja. Karena masalah ghaib itu haknya masing2? Yg jelas banyak jim yg membo2 menjadi sosok tokoh A, B, C.
      Oleh krn itu, sy tidak akan memaksakan diri untuk yg paling benar.
      Coba saja tulisan2 sy, memang tidak pernah menempelkan kata Gusti Allah?
      Tapi sy toleran dgn siapapun ttg masalah embel2 ini, artinya tidak menyalahkan, alasan sy semua huruf-huruf al-qur’an yg tertulis di kertas atau di diri kita jelas dan tegas, seperti juga kalimat tauhid yg artinya “tidak ada ila melainkan alloh”. Jadi sy tidak akan berani mengubah kata ila dgn tuhan atau kata alloh dgn gusti alloh.
      Nama alloh itu melingkupi 99 asmaul husnah atau 99 sifat2 allah.
      apa bedanya ya rohim dgn Allah? jika rohim lingkupi hanya ya rohim (maha penyayang) saja sedangkan asma2 yg lain tidak masuk di dalam-Nya.
      Akan tetapi nama alloh melingkup semua (99) asmaul husnah.

      Cerita Bandung Bondowoso mempersunting dewi roro jonggrang? roro jonggrang mau dipersunting minta dibuatkan patung/candi berjumlah 1000? hanya tercipta 999 atau 99 saja gagal? begitu juga manusia kalau cuma 99 saja ya tidak hidup, alias jadi bangkai?

      Sinar Matahari berwarna putih, tapi kalau di urai sesungguhnya ada 7 warna, coba aja sinar matahari pantulkan ke air kemudian ke kaca di dalam baskom/panci, arahkan ke tembon maka akan muncul pelangi yg sangat indah.
      Sebaliknya 7 warna tsb kita putar sekencang-kencangnya seperti bumi ini diputar oleh alloh secepat-cepatnya maka 7 warna tsb akan menyatu menjadi warna “putih”.
      Sesungguhnya kehidupan yg terus berjalan ini adalah permainan warna-warni.
      Mohon maaf.

      • kalo Istilah Gusti versi saya kang..
        untuk melukiskan..(meskipun tiada kata yang mampu melukiskan Dia)
        Ke-Elokan Paras Wajah Allah (Sirullah) atau keelokan Kekasih Sejati

        Pemahaman bahasa sejogjanya makin memperkaya wawasan spiritual kita.
        Saya juga suka istilah sembahyang = Sembah Hyang disamping sholat tentunya

        Dalam bahasa Indonesia kita mengenal istilah Tuhan Yang Maha Esa
        Dalam bahasa Arab kita mengenal istilah Allah Hu Ahad
        Dalam khazanah jawa kita mengenal istilah Sang Hyang Tunggal..

        Istilahnya memang berbeda tapi secara makrifat sama saja..
        Tapi terus terang saya merasakan khazanah Jawa ini tajam sekali..
        menukik sampe ke dasar lautan dan membumbung sampai ke arasy.

        pengertian/makrifat yang benar tentunya
        harus berdasarkan hakikat/pengalaman spiritual kita sendiri..
        bukan mengacu ke orang lain punya.

        Guru Sejati pembimbing nya, Rasa Sejati pengawas nya..

        Salam.

    • @ Raja dewa berkata

      filing sy kang budak angon, nanti ada tugas dr Eyang Semar..
      —————————————

      Trimakasih atas filingnya!

      Sy bukan bawahan eyang Semar
      tp sama2 punya peran, Semar itu sang pemomong, dalam setiap tutur kata tidak pernah memakai kata “TUGAS”.

      Beliau paling benci jika yg diemong didolimi oleh para dewa apalagi oleh manusia, apa lagi menyangkut masalah hak. Jika harus perang ya peranglah.
      Mohon maaf.

  4. Kang raja dewa, kleru? semua aset, harta2 nusantara, aku sing duwe he he … Presiden ri yad? Opo tumon? Duwe apa dekne? Klambi kebesaran lan udeng2 kuwe ugo tandane. Kalau gak percaya tolg sampekan kpd gaib siapapun bahkan keris yg mumpuni sebut gelarku kanjeng romo joko suryo wong pangawitan, iki wis blak2an nang umahe sdrku kang sabdo.

  5. hehe..jadi serius pisan neh kang budak Angon…

    Saat ini utang RI per Sep 2010 mencapai 1.653,59
    kalo kang joko suryo jadi naek keprabon saya nitip harapan ya hehe:

    – semua utang RI lunas blasss…
    – semua perusaahaan asing yg ngeruk minyak, gas, tembaga di nasionalisasi aja..
    – harga bahan pokok biar murah, kumpul ora kumpul yg penting iso mangan..hehe
    – sekolah gratis (bukan cuman spp aje), rumah sakit gratis, naek haji gratis..

    nah ini yg paling gress: abisin dah tuh NATO dan konco2nya..
    termasuk zionis yahudi palsu (yahudi Askenezi) yg skrg ngegerogotin masjid Aqso

    salam

  6. Kemakmuran butuh proses & kerjasama. Jk mmg raja pasti punya kekayaan yg luar biasa? & sebaliknya.
    Jayabaya/wangsit siliwangi bilang ‘nusa bersatu lg, nusa jaya lg, cari budak angon’.
    Nostradamus blng ‘ekonomi dunia akan lumpuh total’.
    Gng2 meletus (awan2 mulai gelap) itu tanda aset mataram (mjpht, pjjrn, sriwjy & mtrm kuno) akn muncul.

    • puterinya bu lurah lagi frustasi berat

      sebenarnya benarlah eling lan waspodo itu perlu dan sangat ampuh, ah coba deh ada dua efek dunia yang kadang tidak pernah kita baca sekarang ini :
      1. ada berbagai bencana di belahan dunia, ada banjir di brazil, ada bencana kebakaran di amerika serikat…dll…dll……ah malaysia saja banjir bandang,…500 orang malon mengungsi secara mendadak….ada rahasia apakah?

      2. bahwa ada pergantian energi positif di dunia sebagai ganti akan sebuah bencana, dan inlah hukum keseimbangan alam semesta, perhatikan yah, di Jepang sekarang ini sudah mulai agak ngetrend tentang filsafat cinta, kebahagiaan hidup, kasih sayang, perdamaian…
      bisa dilihat dari karya2 seniman sana, atau para musisi sana…
      itu jelas lah, semoga memang padahal kita tahu selama ini bangsa Jepang adalah terkenal keras, dan agak telmi kalau bicara soal cinta dan kasih sayang…
      ini perubahan luar biasa…..dan semoga ini sebagai tanda lahirnya ratu adil dan di sisi lain pengaruh SP memang sudah mendunia….

      sering2lah bagi yang punya parabola, nonton lah NHK…ada banyak hal yang maniez di sana….saya tahu orang Jepang itu punya karakter mirip orang Jawa, mereka sangat menghargai nilai harmoni, kesetiawakanan, dan hubungan timbal balik…kalau kita memberi kebaikan kepada mereka, maka mereka akan memberi kebaikan balas jasa seimbang kepada kita…

      bahkan saya curiga neh,,,,nenek moyang orang Jepang dan Nusantara adalah sama…

      karena banyak analisa yang menunjukkan hal itu….hehehe…

  7. Anu, numpang tanya, jgn marah y jeng? Apakah putrinya bulurah ini mirip tentara jepang toh? Kalau mirip, jangan2 nenek jeng dulunya korban tentara haiho?
    Kalau bener, temen sy kang ades yg tdnya fans berat malah mau nglamar krn ini bulan musim kawin, jd batal. Tkt spt bungkarno dptin cw jepang jd gak sakti lg he he … Bercanda loh jeng

  8. urip bareng angel mending urip angel bareng.
    H.M. Suryo Bagong

  9. mohon ijin copas artikelnya untuk kelengkapan cerita di web ini ya mas sabdalangit
    http://bluearea.co.cc/showthread.php?467-Updated-Kumpulan-Cerita-Pewayangan

  10. Matur nuwun piwulangipun

  11. dene rasah bingungi mending golek duit putih lan gedhung madu roso wae

  12. Mas syukur…. andaikata orang bisa baca huruf arab bukan hanya sekedar bisa membaca, tapi orang bisa merasakan kehadiran Gusti Allah didalam dirinya dengan pangucapannya……

  13. Ki sabda Langit ingkang kinurmatan..
    Mhn ijin copas artikel njih
    Matur nuwun

  14. PUOKAWAN = DULUR PAPAT LIMO JATI DIRI

  15. ikut nyimak ki…pembabaran yg bagus bngt ki…salam kenal

  16. mirip dg salah satu keluarga di surabaya… hehehe….

  17. Saya di datangi ki Semar Badranaya, katanya dia mau bantu saya,. kira2 maksudnya apa ya ?

  18. murid kyai tunggul wulung

    kangen banget mbuka blog ini…tapi krn kesibukan kerja nyong malah nganti lali…salut tulisanya…bener2 bagus bermutu dan membuka pikirane nyong…lha timbul pertanyaan saya setelah membaca ini semua…terutama bab perwayangan ini krn kemarin dulu waktu merapi bergejolak sempat terdapat awan di langit yg berbentuk PETRUK…lha menurut pandangan beberapa orang yg waskito itu adalah pertanda akan sesuatu…terus kemarin di daerah saya di gunung sindoro sebelum bergejolak terdapat awan berbentuk SEMAR…( sempat masuk berita TRANS TV)..krn saya masih sibuk kerja ( Maklum KULI) maka saya belum sempat sowan ke teman2 saya yg katanya waskito…kalo misal bapak/ibu/sederek2 atau pak/ bu sabda langit ngerti maksudnya tolong saya minta dijelaskan…biar mboten ragu…matur nembah suwun…

    • Kang Murid Kyai Tunggul Wulung Yth
      Memang benar, akhir akhir ini sering muncul awan semar, bahkan jika saya hitung sdh lebih dari 10 kali saya melihatnya sendiri dan sempat beberapa kali mengabadikannya dgn kamera hp. Namun, beberapa fenomena awan semar, kalau kita cermati tak jauh dari konfigurasi semar, ada knfigurasi durno. Menurut apa yg bs saya pahami, semua itu sbg pertanda kyai semar, ismaya, sabdapalon dan noyogenggong, atau utk melambangkan org2 yg mengasuh nusantara telah mulak bermunculan. Namun kemunculannya masih dibarengi oleh sikond politik makro di mana para durno durjono kian menjadi-jadi. Saya rasa hubungan fenomena awan semar dgn gejolak gunung sindoro tdk terlalu signifikan.
      Salam karaharjan

      • murid kyai tunggul wulung

        takut kalo ada apa2 kan bisa ngungsi duluan pak de SABDA hehehe…dimohon para sederek2 yg punya ilmu kebatianan penerawangan misal terjadi gonjang ganjing, bencana dll yg menyangkut kehidupan orang banyak disampaikan sehingga bisa menjadi kewaspadaan kepada orang awam termasuk saya..krn perasaan saya selama tahun wawu ini akan banyak “goncangan2” …baik politik,ekonomi dan alam…oia pak de sabda mau nanya ( maklum kulo niku jah goblok njuk pengen ngangsu kawruh) saya hidup di kabupaten temanggung jawa tengah..saya sering ziarah kemakam di daerah kecamatan candiroto tepatnya di desa karang dempel dusun slawung… disitu ada makam yg kata juru kuncinya adalah makam embah kyai eyang puger ( entah ke brapa??) bisa saya minta tolong diterwangin mboten… itu sebenarnya sareane sinten?? lan menawi sanes sareane embah kyai eyang puger… teras sareane sinten ?? kulo wedos menawi ingkang kulo sumerep mbeto batin niku klentu…matur nuwun sak derenge lan nyuwun ngapunten ingkah katah menawi ngerepoti

  19. Bhikkhu Dhammaraja

    Namo Buddhaya,

    Ternyata hadi setyono sp gak jadi, mejeng sebagai komentator pertama di blog ini. Kita semua sudah kangen pada beliau yang blognya gak pernah dupdate.

    Anak-anak Semar itu cuma fiktif saja. Sama seperti negara indonesia. Yang tersisa cuma jin-jin tanah jawa yang bernama Petruk, dsb itu. Semar memang memiliki anak tapi anak beliau itu semuanya ganteng-ganteng, tidak seperti karya orang jawa dengan wayangnya itu.

    Damarwulan semula tidak tahu bahwa abdinya yang setia yaitu Sabdo Palon dan Naya Genggong itu ternyata Batara Ismaya dan Batara Narada. Saat Damarwulan masuk Islam barulah Sabdo Palon berkata, “saya ini sebenarnya Semar, yang sudah lama mengasuh keturunan dewa.” Saat itu Damarwulan menyesal telah masuk islam, tapi Sabdo Palon sudah lenyap dari pandangan.

    Jadi tidak benar kata Tri Budi Marhaen bahwa Sabdo Palon itu Dang Hyang Nirartha, resi pelarian majapahit, karena keberadaannya sudah lama. jauh sebelum dang hyang nirartha.

    Semoga seluruh makhluk berbahagia,
    YM Bhikkhu Dhammaraja Mahathera, Vihara 10.000.000 Buddha

  20. Bhikkhu Dhammaraja

    Namo Buddhaya,

    Selamat tahun baru semuanya. Masih ada yang berkata pada saya tadi malam, “mana? mana sp? mana?”
    Saya sudah mengatakan bahwa sp telah muncul di akhir suro di kota Yogyakarta, tapi yang mengenal dia cuma para pengemis. Istilah Ratu Tedhak Amisan tidaklah dibuat tanpa sesuatu. Ratu Tedhak Amisan bukanlah ada di bank swiss saat ini, bukanlah memegang emas sukarno saat ini, bukan kemana-mana naik mercy saat ini.

    Babon kraton yogya (serat ratu adil gubahan muslim), menceritakan bahwa ada 2 sp (mau mereka begitu):
    1. Ratu Adil satu orang yang terlunta-lunta, disebut Ratu Tedhak Amisan.
    2. Ratu Adil bersama saudara-saudaranya (ratu atismak batok).

    Kedua-duanya jatuh ke sp yang asli yaitu yang beragama Buddha. Karena yang pada pihak muslim itu bukan saudara kembar betulan. Betulkah kalian kembar? Atau cuma saudara atau bahkan cuma bekas saudara dimasa kehidupan lalu saja.
    Lalu dibuat-buat jalan bareng 3 orang saat berkomentar. Sudahlah, jangan mencoba menggubah lagi ramalan yang sudah ada. Nanti semakin jatuh ke sp buddhist apa kata dunia.

    Semoga seluruh makhluk berbahagia,
    YM Bhikkhu Dhammaraja Mahathera, Vihara 10.000.000 Buddha

    Note: “ratu adil bersama saudara-saudara kembarnya” – babon. Kalian kembar atau tidak?

    • Bhikkhu Dhammaraja

      3 saudara kembar menyiratkan sifat benar adil bijak yang terkandung pada senjata trisula veda didalam tangan Ratu Pinandhita:
      “landheping trisula pucuk
      gegawe pati utawa utang nyawa
      sing tengah sirik gawe kapitunaning liyan (sifat ratu adil pinandhita)
      sing pinggir-pinggir tolak colong njupuk winanda (sifat dua saudara kembarnya).”

  21. M. Iman Santoso

    Adakah pemimpin Indonesia yang mewarisi sifat Punokawan diatas?

  22. ada lagi tulisan Bpk Haris
    ————————————
    Negaraku sedang sakit
    Suatu negara ditentukan oleh rakyatnya, rakyatnya ditentukan oleh kualitas manusianya, manusianya ditentukan oleh kualitas pendidikan, pendidikan ditentukan oleh kualitas gurunya, gurunya di tentukan oleh kualitas ilmunya, ilmunya ditentukan oleh yang menciptakan ilmunya, kualitas ilmunya ditentukan oleh manusia yang telah mencapainya, kualitas pencapaian ditentukan oleh kulitas dirinya dalam pencapaian, pemahaman, pengertian, dan pengamalannya. Dialah ujung dari semuanya ? siapa dia yang sebenarnya, adalah pembimbing sempurna.

    Jika pembimbing sempurna ada , maka akan mengajarkan kesempurnaan. Membuktikan kesempurnaan, membuktian alam perbutannya.
    Pembimbing sempurna dia yang telah sampai ke tujuan yang Haqiqi. Hanya dialah yang mengetahuinya.

    Karma perbuatan bisa terjadi karena diri sendiri, kelompok, organisasi, masyarakat, rakyat suatu negara dan manusia dunia, semua karmanya akan mempengaruhi dunia, negara lingkungan dan keseluruhan yang ada di sekitarnya? Semua berdampak. Dari tanaman karma dan pasti akan berbuah karma itu, buahnya akan sama dengan apa yang mereka tanam perbuat. Jika tanaman yang ditanam bibit unggul pasti buahnya uanggul dan lezat atau sebaliknya.
    Manusia dalam hidupnya tidak akan mengetahui tujuan hidup yang sebenarnya, jika tidak ada yang menghantarkan dan menunjuki kearah itu… manusia sebagai rakyat hanyalah pengikut, mengikuti apa yang diajarkan dan mereka percayai….. masyarakat tidak untuk menjadi penentu, yang menjadi penentu adalah yang mereka percaya, yakini, imani, nah siapa yang menciptakan semua itu agar di ikuti, di yakini, di imani oleh rayat? Rakyat hanya mengikuti, membela dengan membabi buta, semua bisa dikendalikan, di hipnotis massal, apa melalui media, cetak, TV, radio, film, propaganda apapun bentuk caranya, agar mereka menjadi tertib? Terkendali , terkuasai oleh mereka yang mengendalikan, hanya segelitir orang yang memberontak menolak pengendalian itu, mereka menginginkan kebebasan dari pengendalian, propaganda, dogma yang mencekokinya, mereka mencari pencerahan agar mereka tercerahkan jika berhasil, jika tidak mereka yang terasing di dunia asing ini.

    Keadaan negaraku ditentukan oleh karma rayaknya sendiri, pemimpinnya, ini ditentukan oleh kualitas dirinya masing masing manusia sebagai penghuni. Apapun yang dirasakan sekarang adalah hasil dari tindakan, perbuatan karma masa lalu bangsaku, jika terus terpuruk dan jatuh rendah kualitas bangsaku, berarti bangsaku dan rakyatnya pada masa lalu menanam bibit yang jelek, buruk sekaranglah panennya?
    Negara dan rakyatnya akan berubah keadaannya jika semua penghuninya rakyatnya, manusianya berubah, maka karma perubahan itu akan merubah nasib, kualitas negara dan bangsa , rakyatnya.

    Rakyat hanya mengikuti perintah pemimpinnya,
    negaraku dari dulu menganut sistim negara tunggal otoriter, karena yang memimpin manusia adiluhung, sempurna, telah mengenal dirinya, maka dia mengenal rakyat, negara dan alamnya, bisa dilihat dari tata cara adat istiadatnya, seperti tumpengan, kerucut bukan, hanya satu yang diatas, karena kebijaksana-annya pembagian kekuasan berdasarkan keahliannya antara para pandita yang mengurus apa? Raja mengurus apa, dsb, akan tetapi jika raja sempurna dialah yang bertanggung jawab secara penuh lahir batinnya kepada negara bangsa, rakyat, dunia, baik dunia tumbuhan, binatang, mahluk gaib, semua yang ada di daerah kekuasaan-nya dia sanggup memimpin. Itu kalau bedasarkan manusia yang sempurna, karena dia mengetahui semua alam, dia harus memimpin, tetapi rakyat biasa tidak mengetahuinya hanya sang raja yang sempurnalah yang tahu akan itu. Begitu besar kuasa dan tanggung jawabnya, semuanya akan sanggup di jalani, karena dia telah sempurna…. Dengan sendirinya kekuatan, cahaya energi kesempurnaan yang ada pada dirinya akan terpancar keluar menerangi negara, rakyat, dan alamnya, untuk menghilangkan kekuatan kegelapan, kebodohan, keliaran, kekacauan negara dan rakyatnya….. karena dia telah menyatu dengan dirinya dia telah sempurna dengan dirinya, apapun yang ia ucapakan langsung terjadi, apapun yang ia dengar mendengarkan semua getaran mahluk hidup, apa itu suara hati manusia, binatang, tumbuhan, alam gaib dsb…

    dia menjadi pemimpin untuk semua mahluk yang ada di dalam kuasanya, semuanya tunduk kepadanya karena pancaran cahaya kesucian dan pengalaman hidupnya yang tersurat tersirat dari kekuatan energi cahaya yang terpancarkan dari dalam dirinya……

    sungguh enak tenan memiliki pemimpin semacam itu, karena negara , rakyat akan diurus dengan sempurna, telaten, karena negara dan rakyat alamnya merupakan perwujudan diri si pemimpin sempurna itu sendiri, pasti tidak akan mengecewakan yang di pimpinnya, semua akan terangkat terselamatkan termakmurkan terlindungi karena keberadaan dirinya itu. Pantas lah dunia kan menjadi surga karena penuh kenyaman, kedamaian kebahagiaan, karena pemimpin sudah mencapai keadaan itu semua.

    Jika pemimpin semacam itu ada, apa perlu rakyat memberikan masukan kepada sang pemimpin, ya enggalah dia berada jauh dari tingat kecerdasan rakyat, rakyat hanya diam saja pasti akan disajakan keadaan, situasi, yang menyenangkan.

    Bagaiman rakyat yang masih rendah kesadaran , ilmunya akan memberikan masukan kepada pemimpin yang telah sempurna, makanya jika ada pemimpin semacam ini tidak perlu ada demokrasi, wah kalau demokrasi semua rakyat berbicara tanpa sadar kualitas dirinya, ingin didengar padahal mereka lagi ngigau sakit…. Kacaulah keadaan dunia……..

    Serahkan pasrahkan kepadanya, karena dia tidak memerlukan apapun dari keadaan dunia, dia telah tercukupi segala galanya,

    jadi perhiasan keadaan dunia tidak mungkin mengotori ,menarik dirinya???? Dan tidak menarik lagi dunia ini bagi beliau.

    Kita sebagai manusia, negara, rakyat yang sangat beruntung memiliki pemimpin semacam itu. Hanya susah dan amat susah, tapi dia ADA hanya kita yang tidak tahu saja, bagaimana akan tahu hal itu , manusia telah disibukan oleh masalah hidupnya sendiri,tidak sempat untuk berbenah mensucikan diri, mengusir kegelapan diri, maka tidak akan berjumpa dan menjumpainya.

    Kalau ingin berjumpa semua harus serempak masyarakat, manusia untuk berdoa mengharap sambil berbenah diri, merubah diri, mensucikan diri, dengan sadar tanpa paksaan, dengan kualitas meningkat masyarakat, manusia, maka gelombang keadaan sang pemimpin itu akan ketahuan ter-deteksi, dan bisa mendeteksi dimana keberadaanya, ibarat radio, tv, Hp dengan repeater dan operatornya…..

    Kalau kita tidak ada hp, radio, tv sebagai alat penangkap signal-nya tapi operator memancarkan gelombang energinya, ya dablek ga tau apa apa.

    Saya berharap untuk merubah keadaan suasana negeri, negara, bangsaku dan rakyatnya, dengan di pimpin dan di kendalikan oleh manusia semacam itu, barulah negara akan makmur menjadi negara yang berdasarkan kesempurnaan sesuci dengan maksud tujuan diciptakan tercipta manusia dan alam ini oleh Sang Pencipta, hanya sang pemimpin yang sudah melebur dengan Sang penciptalah yang sanggup merubah semuanya itu, jika tidak ya ada masa gelam ada masa maju ada masa gelam lagi ada masa kebodohan lagi semuanya akan turun dengan sendirinya dan naik jika sudah mentok, dan berputar terus semacam itu, itulah keadaan bangsa yang berputar di antara karma bangsa dan rakyatnya?

    Semoga ada perubahan agar kita dapat mandiri dari kesadaran sempurna bukan pandangan nilai yang didapati dari manusia yang memuja duniawi, akan berbeda pandangan jika ada manusia sempurna karena kesempurnaan itulah yang akan diterapkan di sampaikan kepada kita semua…. Kalau ada yang mengatakan dimana ada manusia sempurna???? Ah itu karena dia tidak sempurna dan bodoh jadi untuk membela dirinya itulah kata kata yang di ucapkan?

    Ada katanya, Sebutannya pasti ada wujudnya, hanya kita tidak tahu saja.

    Keberadaan manusia sempurna selalu ada, kalau tidak ada dunia ini sudah hancur, siapa yang memelihara dan menjaganya??? Ya dia….. yang di pingit dari dunia rendah, paham rendah, pikiran rendah, tidak akan tahu, hanya manusia yang tercerahkan terpilihlah bisa mengetahuinya.

    Saya harap, tunggu, mohon, pemimpin semacam ini yang tersembunyi disembunyikan dirahasiakan oleh kemulyaan kesucian kesempurnaannya dapat muncul memperkenalkan dirinya agar saya yang mengharap kehadirannya merasakakan manfaat , mengerti, memahami,sebagai manusia yang diciptakan sesuai maksud tujuan dari sang pencipta, haya dialah yang sanggup membuka buku rahasia itu. Buku rahasianya itu berada dalam dirinya, karena dirinya yang mengalami menulis semua kejadian pengalaman dalam perjalanan menuju kesempurnaan itu sendiri, dia menghidupi menghayati, memahami mempraktekan ilmunya sampai dia sampai ketujuan yang rahasia terahasia dari rahasia yang ada, bagi dia yang mencapainya sudah tidak rahasia lagi, karena dia sudah mengetahuinya.

  23. PUNAKAWAN SEJATI

    Urun rembug kemawon
    Dalam pewayangan yg biasa kita lihat
    Punakawan cenderung mengabdi pd manusia
    Sealur dgn lampah eyang kalijaga
    Tuntunan arab, cenderung antar nas, antar manusia

    Punakawan sejati
    Ilmi Jawi
    Manungsa kang Mengabdi pada allam seutuhnya
    Inilah laku semar sejati

    Dia tdk terkenal
    Tidak termaktub dalam ceritera maupun sejarah
    Tapi konsisten gentur, tapa brata njagi kahanan
    Duwit ora ndulit
    Sejatinipun asale duwit ” mencubit allam semesta ”

    Mugio kita saged tinemu
    Saged kecipratan loh cahyaning toya bening

    Sugeng Dalu kagem SEMUANYA

  1. Ping-balik: Simbol dari Lambang Punakawan | Technosophys

  2. Ping-balik: Perhiasan Emas Semar Nusantara - Fashion dan Belanja Jadi Satu

  3. Ping-balik: Kepemimpinan Punakawan : Semar-Gareng-Petruk-Bagong | Wayang Indonesia - Ki Dalang Rohmad Hadiwijoyo

Tinggalkan Balasan ke M. Iman Santoso Batalkan balasan