PERANG BHARATAYUDHA; Nafsu Paling Menghancurkan

NAFSU PALING MENGHANCURKAN

 

PRABU DRUPADA

d15_drupada_solo2

PRABU DRUPADA yang waktu mudanya bernama Arya Sucitra, adalah putra Arya Dupara dari Hargajambangan, dan merupakan turunan ke tujuh dari Bathara Brahma. Arya Sucitra bersaudara sepupu dengan Bambang Kumbayana/Resi Durna dan menjadi saudara seperguruan sama-sama berguru pada Resi Baratmadya. Untuk mencari pengalaman hidup, Arya Sucitra pergi meninggalkan Hargajembangan, mengabdikan diri ke negara Astina kehadapan Prabu Pandudewanata. Arya Sucitra menekuni seluk beluk tata kenegaraan dan tata pemerintahan. Karena kepatuhan dan kebaktiannya kepada negara, oleh Prabu Pandu ia di jodohkan/dikawinkan dengan Dewi Gandawati, putri sulung Prabu Gandabayu dengan Dewi Gandarini dari negara Pancala. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh tiga orang putra masing-masing bernama; Dewi Drupadi, Dewi Srikandi dan Arya Drestadyumna. Ketika Prabu Gandabayu mangkat, dan berputra mahkota Arya Gandamana menolak menjadi raja, Arya Sucitra dinobatkan menjadi raja Pancala dengan gelar Prabu Drupada. Dalam masa kekuasaanya, Prabu Drupada berselisih dengan Resi Durna, dan separo dari wilayah negara Pancala direbut secara paksa melalui peperangan oleh Resi Durna dengan bantuan anak-anak Pandawa dan Kurawa. Di dalam perang besar Bharatayuda, Prabu Drupada tampil sebagai senapati perang Pandawa. Ia gugur melawan Resi Durna terkena panah Cundamanik.

 

 

RESI DURNA

 

d20_durna_yogya2

RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Paranggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.

 

Pelajaran Berharga ;

  1. Sapa sing nggawe mesthi nganggo”, siapa menanam mengetam ngundhuh wohing pakarti”. Perbuatan jahat pada orang lain akan menjadi bumerang, kembali membuat malapetaka pada diri sendiri. Tampaknya nukilan dari falsafah hidup Kejawen ini merupakan rumus alam (baca; kodrat alam/kodrat Tuhan). Bagaimanapun Durna sudah pernah merebut separoh wilayah kekuasaan dan membunuh Prabu Drupada. Maka kematian Resi Durna berada di tangan sang Drestajumena yakni putra Prabu Drupada sendiri.   Sebenarnya Drestajumena secara kalkulasi tidak akan mungkin mengalahkan Resi Durna, karena kesaktiannya belum ada apa-apanya jika dibanding Resi Durna. Namun Hyang Widhi telah memenuhi rumus “sapa nggawe nganggo dan ngunduh wohing pakarti” apapun jalannya Resi Durna mati di tangan Drestajumena setelah tubuhnya dirasuki roh Prabu Ekalaya. Sudah menjadi kodrat alam, malapetaka (wohing pakarti) datang menimpa diri sendiri, tidak mesti dari pihak korban atau orang yang dijahati, namun bisa datang dari pihak lainnya lagi. 
  2. Resi Durna sebagai figur yang memiliki watak dualisme, atau berkepribadian ganda. Di satu sisi ia membuat huru-hara, di sisi lain mendidik para kesatria Pandawa dari tlatah kebenaran. Namun ia akhirnya mati “ngunduh wohing pakarti” alias karena ulahnya sendiri.
  3. Ilmu ibarat pisau bermata dua, dapat dimanfaatkan untuk kebaikan maupun kejahatan tergantung manusianya.
  4. Resi Durna dengan Prabu Drupada adalah saudara sepupu yang dahulu bernaung dalam satu perguruan, namun Prabu Drupada memanfaatkan ilmunya untuk kebaikan (amr ma’ruf nahi mungkar) sementara Resi Durna lebih banyak memanfaatkannya untuk keburukan dan membela kekuatan jahat.
  5. Dalam peperangan fisik semisal Perang Bharata Yudha, dalam konteks riil ambil contoh antara Yahudi dan Palestina, merupakan perang saudara yang memperebutkan wilayah atau daerah kekuasaan sebagaimana dalam cerita perang Baratayudha antara senopati perang Drupada melawan senopati perang Durna.
  6. Sebagai peringatan kepada umat manusia untuk berhati-hati terhadap 3 macam nafsu negatif paling berbahaya yang dapat menghancurkan hubungan tali persaudaraan baik dalam hubungan internal keluarga, pertemanan atau pergaulan,  berbangsa dan bernegara yakni ;  nafsu cari benarnya sendiri, nafsu keinginan berkuasa, dan nafsu penguasaan harta (warisan). Terutama terhadap orang-orang terdekat masih saudara sendiri. Jika terjadi perang (saudara) akan menjadi perang yang sangat keji dan kejam. Terlebih lagi perang tersebut diwarnai dalih membela kebenaran, antara kekuatan “putih” dan “hitam. Akibatnya adalah kehancuran dahsyat. Semoga contoh di atas dapat meningkatkan kesadaran kita semua, untuk tetap bersatu dalam tali rasa yang satu, satu kebangsaan, satu bumi pertiwi, satu bahasa. Sehingga bangsa ini terhindar dari kehancuran, sebaliknya meraih kejayaannya kembali. Kita dapat mengambil contoh peristiwa holocaus, etnis cleansing, pembantaian massal di Kamboja, peristiwa G 30 S, Yahudi-Palestina. By: sabdalangit

About SABDå

gentleman, Indonesia Raya

Posted on Maret 30, 2009, in PERANG BHARATAYUDHA; Nafsu Paling Menghancurkan and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink. 42 Komentar.

  1. Salam
    Mas sabdalangit
    “Sapa sing nggawe mesthi nganggo”, siapa menanam mengetam “ngundhuh wohing pakarti”. Perbuatan jahat pada orang lain akan menjadi bumerang, kembali membuat malapetaka pada diri sendiri. falsafah hidup yang sederhana tetapi mempunyai makna yang dalam sungggh falsafah leluhur kita selaras dengan ajaran agama manapun bagi saya yang awam ini tanpa buka buka kitab suci pun saya menyadari bahwa di alam ini berlaku hukum sebab akibat
    selamat mas sabda langit saya tunggu tulisan berikutnya

    Salam sejati

    Kadaryono

  2. Sugeng karaharjan Mas Sabdalangit.

    Memang watak dualisme-berkepribadian ganda,harus kita hindari.Disatu sisi berbuat baik,namun disisi lain membuat keonaran.Sikap dan nafsu seperti ini bisa menghancurkan tatanan masyarakat yang tadinya penuh ketentraman menjadi kacau.

    Matur nuwun seratanipun.

  3. Mas Kadaryon & Yangkung yth.
    Sebenarnya banyak skali pustaka Jawa yg mempunyai nilai falsafah hidup begitu luhur. Sebagai hasil karya para leluhur winasis zaman dulu yg giat olah batin membangun kesadaran mikro-makro kosmos sehingga mampu memperoleh gambaran sejati dlm wilayah rijjalul ghaib. Walau tanpa kitab suci namun ajaran akhlaknya tdk ada berselisih.
    Salam karaharjan & kasantausan.

    Rahayu

  4. Baratyudha tangeh rampunga meksa jurit pecahing jaja wutahing ludira
    Sarana sanga arsa amemulya panandhang papa cintraka
    Baratayudha sejatinya memang perang antar saudara (darah Bharata) yang tak akan pernah selesai jika selalu mengedepankan hawa nafsu & hasrat mencederai kehidupan. Seharusnya kita berani meper hardaning priyangga, memayu hayuning bebrayan agung.

  5. pamuji rahayu….

    kangmas Sabdalangit nderek kiprah saiyeg saekapraya sareng para sedulur kang kinasih….., rasa kesadaran untuk berbangsa dan bernegara memang kita harus pupuk sejak dini ya mas… mulai dari rumah, sekitar rumah lingkungan dan selanjutnya .. menerapkan rasa kasih sayang antar sesama .. seperti yang selalu kangmas Sabdalangit singgung pada tulisan – tulisan yang lalu… beda cara pandang, beda kulit ragam pikir ras suku maupun agama… karena kita adalah satu kesatuan umat Tuhan..,, ga ada bedanya.. selalu tebar senyum… hehehe asal ga tebar pesona lho…. , memang sulit untuk mencapai ” langit Sidratul Muntaha ” ( Puncak kesadaran tertinggi ) , namun kalu kita biasakan dengan penuh ketlatenan dan setiap hari selalu menanamkan kebaikan pada semua mahluk dan alam… niscaya akan seperti kangmas Sabdalangit…, kalau semua manusia seperti ini ngga akan ada peperangan, kebencian, keangkara murkaan dan selalu damai, adem jenjem tentrem penuh kedamaian dalam segala hal…, semoga bangsa dan negara kita akan menjadi harapan dan wujud dari kemauan dan keinginan kita juga para sedulur kang dahat luhuring budhi…
    ” membangun Nusantara dengan budhi pekerti luhur” mari para kadhang kita mulai dari diri kita, keluarga dst…, sesuai pada dunia pakeliran maya kita… ” Pasebanipun Kangmas SABDALANGIT ” nuwun..

    rahayu..

    salam sejati.
    ============================

    Mas Hadi Wirojati dan mas Tommy Yth
    Memang, saya tidak berharap sesuatu untuk kepentingan pribadi. Semua demi kebaikan bersama, membangun kesadaran persaudaraan, dimulai dari diri kita masing-masing, lingkungan keluarga, masyarakat dan suatu saat saya optimis akan terwujud nusantara jaya dengan landasan budi pekerti luhur, dgn mengambil nilai-nilai universal dan positif dari seluruh komponen sistem religi dan budaya yang ada di tanah air. Semua itu diawali dengan membangun kesadaran tinggi (rasa sejati/high consciuousness) sehingga kita semua mampu memahami hidup yg sejati. Hidup yang berada dalam scope hakekat.

    salam sejati
    rahayu

  6. Setuju Kang Mas Sabda langkah awal kita adalah masuk kedalam diri sendiri temukan ketenangan jiwa kita masing masing… bukan shallat khusuk atau sekedar semedi khusuk tetapi temukanlah hidup khusuk dalam ketenangan cipta rasa dan karsa…. karena dari situlah baru akan muncul keikhlasan dan ketulusan dalam berbudi pekerti dan berlaku sehari hari….. hidup yang selalu ajeg ingat tanpa lupa karo Gustinya karena penyaksian oleh kesadaran,,,,….

  7. Betul adimas Boed. Itulah keselarasan antara jagad kecil dgn jagad besar. Menjadi ketenangan dalam hidup kita. Keselarasan hanya bisa dibangun jika kita sdh mempunyai kesadaran. Btw..di sms kok nggak masuk ya ? 🙂

  8. Mas Sabda langit,

    Saya setuju dengan konteks “siapa yg menabur, maka akan menuai” tetapi dalam kondisi ditaburi, apakah tidak berhak utk melakukan reaksi?
    memang memaafkan adalah hal terbaik tetapi tidak memberikan pembelajaran terhadap si penabur.

    Hanya saja, jika si penabur diberikan reaksi kalo menurut saya maka akan terjadi perang yg tidak berkesudahan.

    Gmn mas kira2x ?

    ==================
    Mas Anton Yth
    Ada pepatah mengatakan ; “diam itu emas” namun jangan dipahami sebagai kemutlakan. Artinya ada batas tertentu yg standarnya harus ditetapkan secara adil dan bijaksana. Jika tidak ada batasan, akan menjadi “diam itu tertindas” 😳

    Rahayu

  9. Terima kasih mbak Rahayu atas tanggapannya 🙂

  10. Mas ada artikel laennya yg membahas dewi gandari ga? Hehehe tertarik bgt coz namaku juga gandarini, so sweet…
    =============
    @Kadek Yth
    Nanti kalau sdh sempat saya ulas ya mbak. Nama yg bagus dan tidak pernah lapuk, tak pernah ketinggalan trend. 🙂

  11. saya akan membahas skripsi mengenai konsep ngunduh wohing pakarti,kira2 naskah/lakon apa yang cocok!!!
    ada yang dapat memberitahu saya tidak,lakon wayang yang ada sengkuni itu apa saja???

    • Thya Yth
      Banyak sekali lakon wayang, hampir semuanya terdapat hukum sebab akibat, yakni ngunduh wohing pakarti. Hukum sebab akibat sebagai wujud adanya hisab, namun tak perlu menunggu kiamat datang, hari hisab pada dasarnya setiap hari terjadi, apa yg kita alami hari ini merupakan unduh-unduhane atas apa yg kita tanam pada saat yang lalu.

      salam karaharjan

  12. Assalamualaikum Wr Wb
    Ada bebrapa hal yang belum jelas bagi saya. mohon bantuanya.
    1. Resi secara penjelasan sederhanya apa pak ???
    2. Tolong disebutkan ada berapa banyak dewa / bathara di khahyangan dalam cerita pewayangan??
    3. Boleh apa tidak bila saya sebut “dewa itu adalah nama lain dari bathara”??
    terimakasih

  13. Setahu saya dalam sejarah wayang, gak ada hubungannya perang baratayuda dengan Drupada dan Dorna. Pencipta perang baratayuda justru Dewabrata alias Bisma. Karena keangkuhan , “kekakuan” (mbeguguk/tidak luwes) dan tidak bijak-nya Dewabrata , maka terjadilah perang bratayuda. Dengan tewasnya Bisma maka baratayuda dapat selesai dengan baik. Dari sini dapat diambil pelajaran bahwa sumpah Dewabrata yang bersifat pribadi dan dilaksanakan dengan tidak luwes (egois) bisa mengorbankan kepentingan umum (bangsa & negara) yang lebih besar, padahal Durghandini sudah melepas/mencabut tuntutannya dengan rela. Sifat Dewabrata ini juga ada dalam setiap diri manusia, setia tapi membabibuta, takut kuwalat (kumusuci-suci) akhirnya mengorbankan orang banyak termasuk dirinya sendiri yang gak dapat apa-2 dari sumpahnya (getun deh….).
    Mohon di-sorry ya ini hanya pandangan pribadi (nafsir), belum tentu benar he..he…he….

  14. Mas Ngadio yth. Salam kenal. Mohon maaf saya begitu lancang menanggapi tulisannya. Berkali kali saya mengunyah dan mencerna “cerita bharatayudha” kesimpulannya persis seperti kesimpulan mas Ngadio. Akhirnya saya pupus bahwa ini adalah karya sastra yang memberi piwulang asor luhur, bener luput, utang nyaur, janji dan pemenuhan, ujar lan luwar ujar oleh pangripta kepada siapa saja yang membacanya. Gambaran karakter manusia sebagian didiskripsikan dengan baik sehingga menjadi menarik bagi banyak orang, termasuk kita. Sebaiknya kita nikmati saja, kita ambil sisi sisi positipnya untuk memperhalus budhi pekerti. Harjuna atau Kresna kurang klicatan bagaimana, toh saya menokohkan keduanya. Bima yang ngikut Durna tanpa perhitungan tapi oleh pangriptanya di sudahi dengan keberhasilannya yang gemilang tentang patitising panembah. Apalagi Yudistira, sungguh orang super egois kadang kadang, tapi dianggap suci sampai darahnya putih. Mudah mudahan kita ini bukan korban pintarnya Wiyasa sama pak dalang menceritakan. Sampun duko mas nggih, mangga kita nikmati kemawon citarasa mahabharata punika. Menawi Bisma menerima pemutihan janji dan sumpahnya harak kirang seru ngaten. Nyuwun dipun komentari mas, aku dadi kangen. Salam

  15. Salam kenal juga mas Mulyo dan saudara-2 lainnya, ini kan cuma cerita wayang kok serius banget nanggapinya. Namanya saja wayang, kata tetangga saya didesa “iku wewayangane wong urip ana ing alam ndonya”, entah benar atau tidak saya gak tahu. Saya kenal wayang setelah membaca buku komik (yang saya paling suka buatannya Pak Kosasih) ditambah kadang-2 nonton wayang ketika tetangga punya gawe, oleh karena itu pengetahuan wayang saya sangat terbatas, mohon dimaafkan. Menurut buku komik yang pernah saya baca, perang Bharatayuda itu gambaran bagaimana proses “Pangruwating Diyu” hingga tuntas….tas…tas…tas… untuk menggapai “hayuning-rat”. Maaf ini versi komik bukan versi Sastra Jendra nya Begawan Wisrawa. Seperti yang digambarkan dalam buku komik dan pak dalang, begitu hebatnya perang Bharatayuda (katanya pergelarannya sampai 7 hari 7 malam, apa betul ?) melibatkan dan mengorbankan semua negara didunia wayang, kalau didunia manusia mungkin kayak perang dunia ke-2 gitu. Dalam perang ini Bisma (sebagai simbol “Sang Ego yang Angkuh”) harus “dimusnahkan” lebih dulu baru kemudian anak-cucunya yang memakan waktu lama……… energi yang bua….nyak, mengorbankan “donya sak isine”. Apa saya mampu ???? wong dunia masih indah kok ! he…he….he….
    Mas Mulyo dan Yth Ki Ageng Sabdalangit kalau boleh saya usulkan judul trit ini dirubah menjadi PERANG BHARATAYUDA, AJANG MELEBUR NAFSU SAMPAI TUNTAS.
    Maaf ya, saya ini devotee-nya buku komik, gak kenal karya sastra adiluhung karangannya para pujangga, apalagi kitab suci, baca aja gak bisa, maklum orang desa pendidikannya lulusan SD jadi ya… agak cengengesan model bocah ndeso. Maaf beribu maaf.
    Nuwun

  16. aku ini wong deso…pedes roso ne…hi hi hi…

  17. Bharata Yudha,
    Perang keluarga Bharata…

    Perang memperebutkan pepesan kosong… bagi yg kalah!
    Yg menang… dpt pepesan bandeng presto…!
    he he he….

  18. wah sedoyo sampun ngendikan kados ngaten, nggih jeru nanging sampun angsal ( keleleken ) banyu nopo tasik ciblon kemawon njih…..

  19. Masih ciblon dipantai Waikiki, tapi merasa sudah mengarungi dan menyelami tujuh samudra tanpa tepi he… he… he… biasa…… kelakuan !

  20. Salam sejahtra.
    Sangat menarik dan sangat seru jika membaca perang bharata yudha. Ini hanya bagian dari mahabharata. Ada pesan yang terselip pada bagian awal dari bharaya yudha yaitu pada saat Arjuna memeriksa pasukan didampingi Kresna. Pesan ini disebut Bhagawad Gita. Bagian ini sangat jarang diceriterakan oleh Ki Dalang. Sangat sederhana,kenali jati dirimu sehingga bisa berperan positif dalam kkehidupan ini. Ambilah peran sesuai bakat dan kemampuan. Jadi aprat hukum harus tegas menghukum yang bersalah tidak memandang saudara,teman atau guru seperti Pandawa yang bertempur membela kebenaran. Tidak seperti sekarang ini, teman,sanak saudara,satu golongan jika bersalah dibela habis-habisan.
    Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan dihati
    Terima kasih

    • Rahayu, Rahayu, Rahayu….
      Saya ucapkan selamat kepada Saudara Sangut yang dengan khusuk mengikuti wejangan Bhagawad Gita, mudah2an sudah katam dan siap menghadapi perang Bharata Yuda. Memang Bhagawad Gita digelar sebelum Bharata Yuda, karena wejangannya diperuntukkan bagi para kesatria dan itulah tugas kesatria. Setelah katam melaksanakan Bhagawad Gita barulah kesatria menjadi Kesatria-Pinandita seperti Puntadewa (darahhnya sdh tidak merah) dan siap menghadapi dan menyelesaikan perang Bharata Yuda. Sesungguhnya Perang Bharata Yuda bukanlah perang phisik seperti yang dibayangkan banyak orang, tetapi perang dalam diri sendiri melebur nafsu angkara murka (pangruwating Diyu). Perangnya memakan waktu sangat…….sangat…..lama, jangankan semasa hidup ( one life time) berjuta “life time” juga belum tentu. Setelah menyelesaikan perang Bharata Yuda, bukan berarti perjalanan sudah selesai, justru “perjalanan” mendaki menuju puncak “Mahameru” baru saja dimulai. Selamat jalan………….. dan, hanya “Puntadewa” lah yang mampu mecapainya.

  21. Bhikkhu Dhammaraja

    Namanya itu bukan perang baratayuda tapi perang barata, atau perang kurusetra tepatnya.
    Beberapa menit yang lalu ada lagi orang yang marah pada Pandawa. Kakek saya yang Resi Drona asli berkata ia masih marah anaknya Aswatama ditipu, ternyata gajah bernama Aswatama.
    Jika prabu siliwangi yang bhisma marah karena soal siasat krisna, maka kakek saya marah soal itu.
    Sebagai balasannya penduduk indonesia kami tipu. dulu kami angkat-angkat sp indonesia. adik saya saja dikadali prabu siliwangi III. apalagi kalian.
    sekarang tidak lagi menjelang perubahan wujud saya, kami akan buat kalian semua kecele.

    • Bhikkhu Dhammaraja

      Siapa tahu sultan herucakra yang kelak tampil di sampul komik berdiri mengacungkan pedang, dengan judul, “Berdirinya Srilanka Baru.”

  22. Bhikkhu Dhammaraja

    Semua siasat, siasat, dan siasat.
    Bhisma itu tak terkalahkan. Drona tak terkalahkan, karna tak terkalahkan.
    Tapi untuk kalahkan mereka ini, kalau gak ditipu gak bisa.
    Keterlaluan sekali, kalau gak dibalas jaman ini kapanlagi.

  23. Bhikkhu Dhammaraja

    Bhisma kalah dari srilakandhi bukan karena srikandhi itu hebat dan bukan karena srikandi inkarnasi (ditumpangi, beda dengan rebirth) amba, amba kan gak bisa apa-apa.

    Karena segan pada Amba, bhisma membuka kekebalannya. terbukti sampai berhari-hari bhisma gak mati-mati meski sudah banyak panah ditubuhnya.

    kelak bhisma hidup bahagia bersama amba sebagai anglingdharma dan istrinya.
    saya sebagai keturunan prabu siliwangi III telah diwariskan kesaktian tersebut.

    • Bhikkhu Dhammaraja

      Karna seorang pemanah ulung. tapi karena buangan Kunthi ia tidak dianggap. Akhirnya temannya cuma para Kurawa.

    • satria pharameswara

      sebelum dewi amba tewas di tangan bisma dia bersumpah bahwa kelak bisma akan tewas oleh seorang prajurit wanita yaitu srikandi ( titisan dari dewi amba )

  24. Bhikkhu Dhammaraja

    Senjata Kunta itu memiliki kelebihan ia tidak berhenti sebelum mencapai sasarannya. Dalam hal ini sasaran senjata Kunta itu Arjuna.
    Meskipun fisik dari senjata Kunta telah hancur (tentusaja orang bisa buat kunta palsu lalu dimaharkan, sama seperti baju antakusumo palsu) tapi zatnya masih ada, yang disebut Satujuta Gatotkaca.
    Sudah takdir dari Arjuna bahwa ia akan menerima hantaman demi hantaman Ilmu Satujuta Gatotkaca dari Karna yang masih hidup.

  25. Hanya ingin mengkritik tidak selamanya raksasa itu BURUK? apalagi diperlihatkan bertaring dan sebagainya… padahal ada yang kinyis kinyis alim… monggo dipun waos:

    Raksasa Bernama Bagaspati

    Prabu Salya yang rela mati demi janjinya kepada Resi Bagaspati

    Waktu kecil Prabu salya itu bernama Narasoma. Dia adalah putra mahkota kerajaan. Ketika telah remaja maka ayahnya hendak mengangkat dia menjadi raja. Namun dia merasa tidak mampu, karena belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk menjadi raja. Di samping itu dia anak manja, yang sangat sayang dengan ibunya. Karena itulah, ketika dia ditanya, pasangan yang diinginkan, dia berkata bahwa dia ingin memiliki istri mirip ibunya. Karena kata-katanya seperti itu maka muncullah salah paham, dikira Sang Narasoma itu ingin mempersunting ibunya sendiri, juga dia dianggap menentang kehendak ayahnya untuk menjadikannya seorang raja. Karena itulah dia diusir dari kerajaannya.

    Akhirnya dia terlunta-lunta, pergi dari kerajaan, sampai pada akhirnya tiba di tengah hutan yang lebat sekali. Karena tanpa tujuan, maka dia menembus hutan yang angker itu. Di tengah hutan, tiba-tiba dia melihat pedepokan yang asri, di mana di depan pedepokan itu dia lihat seorang gadis cantik mirip sekali dengan ibunya. Namun sekejap saja anak gadis itu hilang dari pandangnnya. Maka masuklah Narasoma ke padepokan itu dan melihat seorang Raksasa dengan muka merah menyala bertanya “Apa yang engkau cari di sini anak muda ?”.

    Gadis yang tadi itu adalah anak dari Resi Bagaspati sang raksasa. Dia mengintip dari jendela dan terkesiap, inilah pemuda pujaan yang sering dia lihat dalam mimpi. Berkali-kali dia ceritakan hal itu kepada ayahnya, namun ayahnya selalu berkata, sabarlah … jika dia adalah jodohmu, tentu kamu akan bertemu dengan pemuda pujaanmu itu. Dan kini, pemuda itu ada dihadapannya. Dengan hati berbunga-bunga dia mencuri dengar pembicaraan antara sang pemuda dan ayahnya. Seraya berdoa dan berharap agar ayahnya dapat menerima narasoma di padepokannya.

    Resi Bagaspati yang sakti mandraguna tentu sudah tahu dengan jalan nasib seperti ini, maka diterimalah sang narasoma sebagai muridnya di padepokan itu. Diajarkan segala ilmu tentang sastra, pemerintahan dan kanuragan kepada sang murid tersayang. Dan Dewi Setyawati dengan setia dan berbunga-bunga melayani segala keperluan ayahnya dan juga pemuda pujaannya. Walaupun hatinya berbunga-bunga, namun dewi setiawati tetap menjaga perilaku dihadapan ayah dan pemuda pujaannya itu.

    Setelah lama belajar di padepokan, di sore yang cerah, Rsi Bagaspati yang berwajah raksasa namun terkenal baik hati dan ber”darah putih” itu dan narasoma anak raja dengan wajahnya yang tampan tampak bercakap-cakap dengan akrab. Di pewayangan konon ada 3 orang yang memiliki darah putih, artinya orang yang sangat setia dan baik hati yaitu Rsi Bagaspati, Subali (Ramayana) dan Sang Yudistira.

    Rsi Bagaspati bertanya kapan saatnya kembali ke kerajaan untuk melaksanakan tugas utama seorang putra mahkota yaitu melaksanakan tugas mengelola kerajaan dengan baik. Namun Narasoma terlihat enggan dengan topik pembicaraan itu, dan pada akhirnya berkata, bahwa dia belum merasa memiliki kesaktian yang cukup untuk memerintah kerajaan yang begitu besar. Lalu Rsi Bagaspati berkata akan menurunkan Aji Chandra Birawa yang amat sakti sehingga yang memiliki ajian tersebut, tidak dapat terbunuh oleh senjata apapun.

    Dengan gembira Narasoma menyambut baik tawaran Rsi Bagaspati. Rsi Bagaspati memberi syarat agar Narasoma mau menjaga Dewi Setyawati, anak perempuan satu-satunya yang ia sangat sayangi. Karena memang pada dasarnya Narasoma sudah jatuh cinta dengan Dewi Setyawati maka dia segera mengiyakannya. Lalu dipanggillah Dewi Setyawati oleh Rsi Bagaspati, dan mengutarakan maksudnya agar Dewi Satyawati mau dinikahkan dengan Narasoma. Gayung bersambut, bunga-bunga cinta kedua insan ini, seperti mendapat jalan untuk segera mekar bersemi.

    Syarat berikutnya yang dilontarkan oleh Rsi Bagaspati adalah Ajian Chandra Birawa harus diserahkan lagi kepada orang berdarah putih, apabila Narasoma menemukannya. Mendengar akan diturunkannya ajian Chandra Birawa, maka meledaklah tangis Dewi Setyawati, karena dia mengetahui apabila ayahnya menurunkan Ajian tersebut kepada seseorang, maka saat itulah ajal akan menjemputnya.

    Narasoma yang tidak mengetahui informasi tentang hal ini, sangat terkejut, dan segera memeluk kaki Sang Rsi agar mengurungkan niat untuk menurunkan ilmu yang mahadahsyat tersebut. Narasoma berkata bahwa dia ingin menghapus keinginan untuk menjadi raja, apabila itu harus ditukar dengan nyawa guru yang sangat dia hormati. Namun tekad Rsi Bagaspati sudah bulat, bahwa dia ingin mengakhiri hidupnya dengan cara menyerahkan ajian tersebut ke Narasoma.

    Dengan rasa bersedih, Narasoma akhirnya mau menerima Ajian Chandra Birawa tersebut, dan berjanji akan menjaga Dewi Setyawati dan juga akan melepas Ajian Chandra Birawa ini, jika suatu saat dia menemukan orang yang ber-darah putih juga. Akhirnya Rsi Bagaspati meninggal, lalu kedua insan yang saling jatuh cinta itu, kembali ke kerajaan untuk segera diangkat menjadi raja dan permaisuri.

    Kedua insan tersebut, saling mencintai dan tidak pernah saling menyakiti. Kerajaan Mandaraka menjadi besar ketika dipimpin oleh Narasoma yang juga disebut Prabu Salya. Sampai akhirnya perang Bharata Yudha dimulai … Prabu Salya menemukan Ksatriya ber darah putih yaitu Yudistira … dan saat itulah perpisahaan kedua insan yang saling mencintai itu harus terjadi … Dewi Setyawati kembali harus kehilangan orang yang dia cintai …

  26. Prabu Salya atau Sutasoma ternyata tidak mati… karena dia punya banyak kesaktian lain… dan Dewi Setyawati tak perlu kehilangan sosok yang dia cintai itu… dan tak perlu pula kejadian sejarah berulang PERANG.. atau BHARATA YUDHA itu… itu hanyalah sejarah… 🙂

    • Kenapa Dewi tak perlu sedih? Narasoma itu karena kesaktiannya mampu berubah menjadi Sotasoma…
      Begini ceritanya Narasoma yang ternyata menjelma menjadi Sutasoma 🙂

      Calon Buddha (Bodhisattva) dilahirkan kembali sebagai Sutasoma, putra Raja Hastinapura, prabu Mahaketu. Setelah dewasa Sutasoma sangat rajin beribadah, cinta akan agama Buddha. Ia tidak senang akan dinikahkan dan dinobatkan menjadi raja. Maka pada suatu malam, sang Sutasoma melarikan diri dari negara Hastina.

      Maka setelah kepergian sang pangeran diketahui, timbullah huru-hara di istana, sang raja beserta sang permaisuri sangat sedih, lalu dihibur oleh orang banyak.
      Setibanya di hutan, sang pangeran bersembahyang dalam sebuah kuil. Maka datanglah dewi Widyukarali yang bersabda bahwa sembahyang sang pangeran telah diterima dan dikabulkan. Kemudian sang pangeran mendaki pegunungan Himalaya diantarkan oleh beberapa orang pendeta. Sesampainya di sebuah pertapaan, maka sang pangeran mendengarkan riwayat cerita seorang raja, reinkarnasi seorang raksasa yang senang makan manusia.

      Alkisah adalah seorang raja bernama Purusada atau Kalmasapada. Syahdan pada suatu waktu daging persediaan santapan sang prabu, hilang habis dimakan anjing dan babi. Lalu si juru masak bingung dan tergesa-gesa mencari daging pengganti, tetapi tidak dapat. Lalu ia pergi ke sebuah pekuburan dan memotong paha seorang mayat dan menyajikannya kepada sang raja. Sang raja sungguh senang karena merasa sangat sedap masakannya, karena beliau memang reinkarnasi raksasa. Kemudian beliau bertanya kepada sang juru masak, tadi daging apa. Karena si juru masak diancam, maka iapun mengaku bahwa tadi itu adalah daging manusia.

      Semenjak saat itu beliaupun gemar makan daging manusia. Rakyatnyapun sudah habis semua; baik dimakan maupun melarikan diri. Lalu sang raja mendapat luka di kakinya yang tak bisa sembuh lagi dan iapun menjadi raksasa dan tinggal di hutan.
      Sang raja memiliki kaul akan mempersembahkan 100 raja kepada batara Kala jika beliau bisa sembuh dari penyakitnya ini.

      Sang Sutasoma diminta oleh para pendeta untuk membunuh raja ini tetapi ia tidak mau, sampai-sampai dewi Pretiwi keluar dan memohonnya. Tetapi tetap saja ia tidak mau, ingin bertapa saja.

      Maka berjalanlah ia lagi. Di tengah jalan syahdan ia berjumpa dengan seorang raksasa ganas berkepala gajah yang memangsa manusia. Sang Sutasoma hendak dijadikan mangsanya. Tetapi ia melawan dan si raksasa terjatuh di tanah, tertimpa Sutasoma. Terasa seakan-akan tertimpa gunung. Si raksasa menyerah dan ia mendapat khotbah dari Sutasoma tentang agama Buddha bahwa orang tidak boleh membunuh sesama makhluk hidup. Lalu si raksasa menjadi muridnya.

      Lalu sang pangeran berjalan lagi dan bertemu dengan seekor naga. Naga ini lalu dikalahkannya dan menjadi muridnya pula.
      Maka akhirnya sang pangeran menjumpai seekor harimau betina yang lapar. Harimau ini memangsa anaknya sendiri. Tetapi hal ini dicegah oleh sang Sutasoma dan diberinya alasan-alasan. Tetapi sang harimau tetap saja bersikeras. Akhirnya Sutasoma menawarkan dirinya saja untuk dimakan. Lalu iapun diterkamnya dan dihisap darahnya. Sungguh segar dan nikmat rasanya. Tetapi setelah itu si harimau betina sadar akan perbuatan buruknya dan iapun menangis, menyesal. Lalu datanglah batara Indra dan Sutasoma dihidupkan lagi. Lalu harimaupun menjadi pengikutnya pula. Maka berjalanlah mereka lagi.

      Hatta tatkala itu, sedang berperanglah sang Kalmasapada melawan raja Dasabahu, masih sepupu Sutasoma. Secara tidak sengaja ia menjumpai Sutasoma dan diajaknya pulang, ia akan dikawinkan dengan anaknya. Lalu iapun berkawinlah dan pulang ke Hastina. Ia mempunyai anak dan dinobatkan menjadi prabu Sutasoma.

      Maka diceritakanlah lagi sang Purusada. Ia sudah mengumpulkan 100 raja untuk dipersembahkan kepada batara Kala, tetapi batara Kala tidak mau memakan mereka. Ia ingin menyantap prabu Sutasoma. Lalu Purusada memeranginya dan karena Sutasoma tidak melawan, maka beliau berhasil ditangkap.
      Setelah itu beliau dipersembahkan kepada batara Kala. Sutasoma bersedia dimakan asal ke 100 raja itu semua dilepaskan. Purusada menjadi terharu mendengarkannya dan iapun bertobat. Semua raja dilepaskan.

  27. Kalau ditanya siapa satria terkuat kurusetra, orang pasti berkata Arjuna. Tapi menurut saya Karna (diri saya sendiri), kenapa demikian karena senjata Kunta miliknya bisa bunuh siapa saja kecuali Shri Khrisna yang avatar.

    Brahmananda milik Asvatama dan Arjuna bisa ditarik kembali, tapi Kunta tidak bisa.
    Hahaha hahaha.

  28. andai tidak ada perang, semua makhluk bahagia dan akhirnya sering pesta dan selanjutnya semua makhluk pada GENDUT… kira kira gambarnya seperti ini…

    • Ungkapan JAWA adalah yang paling cuocok adalah.. urip mung mampir ngombe… sak dermo wae.. atau dalam bahasa asingnya.. yang BIASA saja… TIDAK BERLEBIHAN.. anane yo wis mung ngono kuwi saka asale yo ditrimo lan dilakoni wae… 🙂

    • Nah ini dia gambaran perang yang SAK DERMO jangan sampai perang baratayuda yang mematikan.. saat perangnya sakit sih tapi hasil perangnya kok rasanya uenak tenan… kira kira begini caranya…

    • Daripada konsen berpikir perang, mending konsentrasi berharap semua MAKHLUK ALLAH kembali CERIA DAMAI SALING KASIH MENGASIHI tak terkecuali… dimanapun bumi dipijak… semoga BERBAHAGIA SELALU TAK ADA BENCANA..

      Semoga Gusti Allah MARINGI KAWELASAN kagem sedoyo hamba dan makhlukNYA…

  29. satria pharameswara

    kenapa ya prabu krisna harus merubah kitab jitabsara dengan menyamar menjadi nyamuk pada saat sang hyang penyarikan membuat kitab jatabsara, apa karena di situ tertulis bahwa kakanda prabu kirsna yaitu prabu baladewa berpihak di kurawa dan akan mati di tangan raden antareja. pada hal perang bharata yudha sudah takdir kenapa demi saudara harus rela mengubah kitab jitabsara.

  1. Ping-balik: PERANG BHARATAYUDHA; Nafsu Paling Menghancurkan | KAWRUH BASA JAWA

Tinggalkan Balasan ke anto Batalkan balasan