Category Archives: Sura Bregegah 22 September 2017

MENTARI DI UFUK TIMUR

Hari ini, Kamis Wage 21 September 2017. Bertepatan dengan malam satu Suro yang akan jatuh pada hari Jumat Kliwon 22 September 2017. Acara Kirab Agung Tapa Bisu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat akan dilaksanakan pada hari Kamis 21 September 2017 mulai pukul 20.00 wib dengan pembacaan Macapat di Bangsal Pancaniti Kraton Mataram Jogjakarta. Selanjutnya kirab budaya agung tapa bisu akan dimulai antara pukul 23.00 – 23.30 wib. atau malam Jumat Kliwon di halaman Pasewakan Agung. Dimulai dengan doa bersama, upacara pemberangkatan kemudian dilanjutkan dengan kirab Agung Tapa Bisu memutari benteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Start Kirab Agung sendiri dimulai sekitar jam 23.30 atau 00.00 wib dari gerbang barat atau sebelah kiri Keraton Jogjakarta, dan akan berlangsung selama kurang lebih 2 jam sampai kembali di alun-alun Utara Keraton Yogyakarta.

Tulisan saya kali ini bukan untuk membahas makna atau hakekat Kirab Agung Tapa Bisu karena telah saya ulas pada postingan terdahulu. Tetapi pada tulisan ini saya akan mengulas tentang kelanjutan fase Sura Menthek tahun 2016.

Sura Mbregegah
Tulisan saya kali ini bukan untuk membahas tentang makna kirab agung tapa bisu mubeng benteng Keraton. Karena mengenai pembahasan itu sudah saya uraikan pada postingan terdahulu.
Sura Mbregegah adalah fase atau satuan siklus Jawa yang terjadi selama satu d tahun kalender Jawa atau Saka. Mbregegah makna kiasan atau lebih tepatnya analogi yang menggambarkan dimulainya kebangkitan semangat, greget, atau mulai bersinarnya harapan hidup. Terutama berkaitan dengan sektor ekonomi masyarakat, serta dalam skala nasional pada umumnya. Seperti sudah kita ketahui sebelumnya bahwa selama fase Sura Nyalawadi hingga fase Sura Menthek. Pada saat berlangsung fase Sura Nyalawadi, keadaan ekonomi maupun politik penuh teka-teki, apa yang kita lihat tidak seperti yang sesungguhnya terjadi. Dunia penuh tipu muslihat, kebohongan dan kepalsuan. Musang berbulu onta berkeliaran di mana-mana menebar fitnah. Yang tidak eling dan waspada pasti termakan hasutan. Bidang usaha atau bisnis hanya diwarnai keluh kesah, derita kerugian, hingga derita kebangkrutan. Perusahaan finance mengahadapi banyaknya kredit macet, marketing banyak yang gagal memenuhi target, banyak terjadi pemecatan karyawan secara diam-diam, perbankan kesulitan mengucurkan modalnya, karena biarpun ada modal tetapi orang pada bingung hendak melakukan usaha apa. Semua bidang kehidupan tampak lesu dan sepi. Wong cilik tidak terdengar lagi suaranya karena saking kuatnya dihimpit oleh kesulitan hidup. Sementara itu dunia politik dihebohkan oleh kelakuan para politisi kotor, banyak orang-orang bobrok tampil menghebohkan panggung sandiwara politik.
Sedangkan fase Sura Menthek keadaan ekonomi masih terasa sangat canggung. Banyak usaha yang hampir berhasil tapi pada akhirnya tidak sesuai dengan harapan. Atau hasilnya masih tertunda-tunda sehingga belum bisa segera dinikmati. Pada fase Sura Menthek, dunia politik saatnya merasakan instan karma. Setelah semua yang bobrok, rusak, dan kotor tampil menguasai panggung politik pada gilirannya mereka digulung, ditenggelamkan dan dihancurkan oleh kekuatan alam. Akan tetapi orang-orang baik yang tersingkir selama Sura Nyalawadi dan Sura Menthek, masih harus diam di tempat menunggu saat yang tepat, yakni datangnya fase Sura Mbregegah untuk kembali ke panggung politik, bersama-sama elemen kekuatan rakyat menyelamatkan Nusantara dari upaya penghancuran secara sistemik.
Sura Mbregegah akan segera berlangsung terhitung mulai tanggal 1 Sura 1951 tahun dal Jugrug. Atau jatuh pada hari Jumat Kliwon tanggal 22 September 2017. Fase berlangsung selama satu tahun dalam hitungan kalender Jawa atau tahun Saka. Inilah saatnya starting point kebangkitan Nusantara dalam dimensi ekonomi, politik, dan kesadaran spiritual. Sungguh berat untuk mencapai fase Sura Mbregegah ini. Hanya yang lolos seleksi alam pada fase sebekumnya saja yang akan segera menuai hasilnya. Yang tidak lolos, mulai saat ini bersiaplah untuk menanggung karma. (lebih…)