Category Archives: SUATU HIKMAH II (Saat pertemuan dengan Gusdur) lanjutan

SUATU HIKMAH II (saat pertemuan dengan Gusdur) lanjutan

Saya menyadari jika dalam waktu 3 tahun terakhir ini, para leluhur besar nusantara (yang saya sebut sebagai kekuatan Supernatural Being) semakin intensif mengadakan pertemuan untuk membuat suatu rencana besar sambil melakukan suatu tindakan yang nyata untuk menyelamatkan Nusantara dari kehancuran. Tidak gampang asal mencampuri urusan manusia yang masih hidup dengan raga. Para leluhur Nusantara ini sangat bijaksana, mengerti kapan membiarkan generasi penerus bangsa ini sampai terjerembab karena ke-ndablek-an, kebodohan, keserakahan dan keceroboannya. Para leluhur juga tahu betul bilamana harus bertindak dan sampai di mana harus bertindak. Bisa saya katakan, leluhur baru akan campur tangan dalam urusan duniawi bilamana seseorang sudah menyatakan menyerah atau sudah kepentok (deadlock) tak menemukan jalan keluar lantas teriak-teriak minta tolong. Kecuali bila memang seseorang selalu menjalin komunikasi, mewujudkan rasa hormat dan terimakasih melalui berbagai cara dan tindakan yang nyata (tidak sekedar lips service). Hal ini membuat diri kita lebih dipedulikan.

SEMUA ADA TIMING-NYA
Tindakan para Supernatural Power (leluhur) dalam rangka membuat suatu rencana besar pada negeri ini semula hanya melibatkan lingkup paling kecil. Semua dimulai dari diri kita sendiri dalam kapasitasnya sebagai generasi bangsa yang peduli pada permasalahan kemanusiaan, bangsa, dan local wisdom. Dimulai dengan langkah-langkah sederhana, dengan menempuh jalan memulai “laku” prihain yang pas dan pener. Langkah kita tentu tidak akan sia-sia bila dilandasi rasa welas asih dan penuh ketulusan. Leluhur akan menilai layak atau tidak “laku” yang kita tempuh untuk kemudian memutuskan apakah perlu disupport atau tidak. Bila “laku” yang kita jalani dinilai layak Supernatural Power tidak akan tinggal diam. Langkah kita yang konsisten seterusnya akan melibakan partisipasi tidak hanya sebatas leluhur-leluhur kita sendiri. Dahulu diawali dengan leluhur – leluhur Mataram. Kemudian jalinan kian meluas hingga bergabungnya Supernatural Power dari Kutai Kertanegara, Kutai Lama,di antaranya adalah YM Sultan Aji Sulaeman, YM Sultan Aji Parikesit, hingga Datuk Muara Sakti dari Kalimantan Selatan memberikan support sepenuhnya. Semenjak tahun 2010 akhir partisipasi semakin meluas lagi hingga keterlibatan Sang Pamomong Nusantara sejak lebih dari 2500 tahun lalu Ki Sabdopalon dan Ki Noyogenggong, dilanjutkan partisipasi langsung leluhur Kerajaan Majapahit terutama Prabu Brawijaya V dan Putri Cempo yang sampai sekarang ini terhitung telah 7 kali terjadi pertemuan dengan beliau semenjak awal 2011 lalu. Seperti gayung yang bersambut partisipasi kian meluas hingga para karuhun di wilayah Jawa Barat terutama Kerajaan Sumedang Larang dan akhir-akhir ini (awal 2012) sudah terlibat pula kerajaan Galuh (Ciung Wanara) dari wilayah kekuasaan Kab Banjar Jawa Barat atas peran Ki Ageng Mangir Wonoboyo dan YM Sultan Aji Sulaeman. Semenjak pertengahan hingga akhir 2011 pun kian meluas dan melibatkan para Supernatural Being yang sudah pindah dimensi sejak lebih dari 600 tahun silam. Di antaranya Pangeran Kandang Jero dan Bethara Sanghyang Samudra di Tanah Lot, serta Empu Baradah (keturunan dari Empu Kuturan), yang berada di Ulu Watu (salah satu pancer “bahahan hawa sanga” nya pula Dewata, atau satu di antara 9 penjuru mata angin di pulau Dewata yang menjadi sentral “basecamp” Supernatural Being atau Pure Luhur. Mpu Baradah ini ternyata masih saudara sepupu Mpu Gandring (pencipta Keris Nogososro Sabuk Inten) masa Kejayaan Tunggul Ametung dan Ken Arok di Kerajaan Tumapel hingga Singosari. Sementara itu dari wilayah lain seperti Sumatera dan Sulawesi hingga Nusa Tenggara sampai hari ini memang belum terlibat. Bukan berarti tidak peduli apalagi tidak dilibatkan, melainkan semua ada timingnya masing-masing dengan segenap tugas dan tanggungjawab yang saling mengisi dan melengkapi. Sebab lainnya karena belum ada di antara masyarakat di wilayah-wilayah itu yang mau “sambat-sebut” dan menjalin komunikasi secara intensif kepada para para leluhur di wilayah tsb. Tentu saja saya tidak berani sama sekali untuk mengatur beliau-beliau terlebih hal itu di luar kewenangan. Hanya mengalir saja, yang penting proses dilalui step by step, nanti lama kelamaan juga akan sampailah ke sana. Saya percaya segala sesuatunya pasti ada timingnya. Irama alam akan mengatur sedemikian rupa dalam aras yang paling bijaksana. Masing-masing wilayah, daerah, cepat atau lambat pasti akan muncul generasi penerus yang peduli “njejegake soko guru bangsa”. Hingga menjadi satu kekuatan besar yang mempunyai komitmen untuk memulai “membuka pintu gerbang” bagi keselamatan, keutuhan dan kejayaan Nusantara tercinta di masa yang akan datang.

ROMBONGAN PERTAMA
Minuman alakadarnya terdiri teh tubruk, kopi tubruk, wedang jahe, wedang sereh tersaji di meja ruang tamu sejak pukul 19.00 malam. Hingga beranjak pukul 00.00 wib barulah tampak hadir beliau YM Sultan Aji Sulaeman seorang diri tampak ada yang ditunggu. Tak lama berselang, hadir Bung Karno, Gusti Mangkunegoro IV, kemudian menyusul Ki Ageng Mangir Wonoboyo dan Ki Jurumartani. Beliau tampak mengenakan pakaian kebesaran dan identitas masing-masing kecuali Ki Ageng Mangir yang memang kebiasaannya selalu mengenakan pakaian “wong cilik” zaman dulu dengan tak ketinggalan mengenakan iket hitam, mirip seperti cirikhas mertua beliau Panembahan Senopati. Namun kali ini Ki Ageng Mangir tidak tampak membawa pusaka Tombak Baru Klinthing-nya yang terakhir kali digunakan untuk meredam erupsi Merapi 2010 setelah dianggap cukup (dilanjutkan erupsi lebih besar dengan tanpa korban 3 tahun yad). Sementara itu Bung Karno tampak mengenakan jas warna putih dengan empat saku berkancing 5 di depan dan tidak ketinggalan beliau membawa pusaka tongkat komando. Perbincangan berlangsung agak lama sekitar 30 menit, namun padat, sangat berbobot, dan ada beberapa pesan yang boleh dibagikan kepada publik. Saat itu pula sepasang burung perkutut di ruang tamu berkicau sahut menyahut memberi sambutan, menjadi pertanda ada “tamu” yang hadir.

Pukul 00.30 wib hadir beliau Kanjeng Sultan Agung, bersama para leluhur yang lainnya, termasuk ayah saya (alm) yang telah hidup di alam kehidupan yang sejati sejak tahun 1992. Tak lama kami terlibat dalam percakapan, kemudian beliau-beliau beranjak pamit, entah akan berangkat kemana lagi saya tak berani menanyakan. Saya tahu diri jika tak diberi tahu saya tidak akan lancang bertanya-tanya. Saya memahami beliau-beliau adalah para pembesar di zamannya masing-masing. Namun YM Sultan Sulaeman & Ki Ageng Mangir Wonoboyo ternyata memberitahukan kalau rombongan akan pergi “ngidul”. “Ngidul” berarti akan bertamu kepada KRK di “Kraton Kidul”. Pasewakan agung di “kidul” dapat menjadi tengara adanya sesuatu yang bersifat urgent untuk dibahas atau akan ada suatu peristiwa besar yang akan terjadi. Pertemuan-pertemuan besar seperti ini oleh masyarakat lazim dikatakan “sedang berlangsung pesta di Laut Kidul”. Berlangsungnya “pesta di kidul” kadang menandakan akan terjadi suatu musibah atau bencana alam yang memakan banyak korban jiwa. Namun ada yang harus diluruskan. Bukan berarti lazimnya “pesta” sebagai ajang bersenang-senang, atau pesta karena bersiap akan mencari korban dalam jumlah besar. Ini anggapan yang salah kaprah. Justru sebaliknya, apa yang sering orang sebut “pesta di Laut Selatan” sebenarnya merupakan wujud upaya keprihatinan untuk membantu “membukakan jalan” bagi arwah para calon korban jiwa dari suatu musibah dan bencana. Disebut “pesta” sekedar menggambarkan berlangsungnya pertemuan besar-besaran di Kraton Kidul. “Pesta” dilakukan sebelum terjadi musibah atau bencana alam yang akan merenggut banyak korban jiwa, karena para penghuni dimensi non-fisik telah lebih dahulu mengetahui apa yang akan terjadi di alam dimensi fisik. Tidak jarang para supernatural power yang ada di dimensi non-fisik membantu meringankan suatu bencana, bahkan tidak mustahil mampu menunda suatu bencana yang akan terjadi. Dengan suatu pertimbangan bahwa tidak setiap bencana boleh atau bisa ditunda atau diringankan. Semua ada faktor pertimbangan prinsip keadilan hukum alam. Ironisnya, karena keterbatasan pengetahuan bangsa manusia, sebagian orang justru sering menyangka para supernatural power, atau para penghuni jagad halus tersebut melakukan kejahatan kepada bangsa manusia.

ROMBONGAN KEDUA
Sepeninggal beliau-beliau, saya baru sadar kok Pak Harto dan Gusdur tidak kelihatan ya? Apa mungkin saya tidak melihat mereka? Saya beranjak meninggalkan ruang tamu. Namun tak lama berselang Pukul 01.30 wib di ruang tamu terdengar sayup-sayup ada perbincangan seru. Saya kembali ke ruang tamu dan melihat ada Pak Harto dan ada pula Gusdur. Hanya sebentar saja kemudian Gusdur meninggalkan area. Di ruang tamu tinggalah Pak Harto, ayah mertua, dan beberapa leluhur yang dulu pernah menjadi tentara dan pejuang di era penjajahan Belanda dan masa perang kemerdekaan, para “tamu” keseluruhannya berjumlah 8 orang. Tampak mereka sedang asyik bernostalgia masa-masa perang kemerdekaan. Sesekali terdengar di antaranya melantunkan tembang lawas dan penuh canda tawa. Begitulah hamparan kehidupan yang letaknya tak berjarak ada di sekitar kita namun teramat luas ragamnya. Tidak sulit untuk kita saksikan dan pahami jika kita mau lebih terbuka pola pikir dan mau mengembangkan daya spiritual kita.

ALAM PANGRANTOSAN
Dalam perbincangan rombongan pertama tidak tampak keterlibatan Pak Harto dan Gusdur. Terlebih lagi berpartisipasi secara nyata sebagaimana yang dilakukan para Supernatural Power rombongan pertama. Itu disebabkan Pak Soeharto dan Gusdur belum lama wafat. Terlebih lagi Gusdur belum genap 1000 harinya. Orang yang raganya mati, sukmanya akan tinggal di rumah selama 40 hari, sebagai proses awal melanjutkan perjalanan menuju dimensi keabadian. Perjalanan dalam rangka proses perpindahan dimensi ini dalam istilah Jawa disebut sebagai “alam pangrantosan” atau alam penantian. Sebuah dimensi yang berada di antara dimensi fisik dan dimensi keabadian. Alam pangrantosan memiliki rentang waktu bertahap mulai dari 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari. Setelah 1000 hari sepertinya arwah belum tentu memasuki dimensi keabadian. Namun yang jelas semakin lama rentang waktu berjalan, si arwah akan semakin “jauh” perjalanannya menuju dimensi keabadian. Dengan kata lain arwah semakin mendekati dimensi keabadian. Entah siapa semula yang berhasil menemukan batasan waktu seperti itu dan kemudian diisi dengan kegiatan ritual selamatan arwah. Yang jelas si pembuat tahu betul dan sangat cermat mata batinnya sehingga mampu memahami fakta adanya proses perjalanan arwah yang terjadi pasca kematian raga.

Di alam pangrantosan arwah seseorang belum mampu berbuat banyak untuk membantu anak turunnya (njangkung & njampangi) orang-oramg yang masih hidup di dimensi bumi atau alam wadag. Mereka masih dalam rangka menyelesaikan “tanggungjawab”nya. Setelah 1000 hari entah ada berapa langkah lagi hingga si arwah berhasil masuk ke dimensi keabadian. Sejauh yang dapat saya ketahui dari cerita yang dikisahkan adik kandung saya yang dulu mengalami keguguran di usia kandungan baru 3 bulan, dan pernah saya saksikan sendiri ada arwah yang butuh waktu 10 tahun (waktu bumi) untuk berhasil masuk ke alam keabadian. Ada pula yang 20 tahun, bahkan 100 tahun lebih. Semua tergantung “prestasi” (amal kebaikan) masing-masing orang sewaktu hidup di dimensi wadag. Saya pernah menyaksikan sendiri di mana mertua putri saya pada saat wafat, begitu dikuburkan langsung dibawa para leluhurnya sendiri untuk berkumpul bersama keluarga besar yang lebih dahulu wafat. Sehingga mertua putri saya tidak melewati tahapan proses di alam “pangrantosan”. Penjelasan ini dapat menjawab mengapa Pak Harto dan Gusdur belum terlibat langsung sebagai Supernatural Power ikut menata dan membuat suatu rencana besa atas negeri ini, sebagaimana yag dilakukan oleh rombongan pertama yang terdiri dari leluhur-leluhur yang telah wafat selama puluhan hingga ratusan tahun silam. Ya…semua ada timingnya. Tuhan menggelar hukum alam yang akan bekerja secara otomatis, yang secara mahacermat akan menentukan seberapa lama arwah seseorang menempuh tanggungjawabnya di alam pangrantosan. Sejak di alam pangrantosan inilah arwah mulai merasakan “buah” atas apa yang selama hidupnya ia “tanam”. Setelah memasuki dimensi keabadian, artinya sampailah pada alam kamulyan atau kemuliaan. Kamulyan banyak sekali derajat atau levelnya mulai dari kamulyan hingga kamulyan sejati, dan di penghujungnya adalah kasampurnan jati. Setingkat apa level atau prestasi sang sukma ditentukan oleh dua faktor ; yakni sebesar apa prestasi kebaikan seseorang selama menjalani kehidupan di dimensi wadag dan faktor seberapa lama seseorang telah pindah ke alam keabadian. Semakin tinggi level atau derajat kemuliaan di alam keabadian, akan menentukan semakin besarnya kemampuan untuk bertindak termasuk dalam rangka njangkung dan njampangi anak turunnya atau generasi penerusnya yang terpilih dan pinilih. Seberapa lama seseorang wafat, hal itu akan menentukan pula kemampuan untuk njangkung njampangi keturunannya. Semakin besar prestasi kebaikan hidup seseorang di dimensi wadag akan mempercepat perpindahan ke alam keabadian, dan memperbesar kemampuannya melakukan suat tindakan. Bahkan kamulyan sejati membebaskan seseorang untuk memilih, apakah akan tinggal di dimensi wadag namun berlaku sebagian rumus bumi, tinggal bersama orang-orang dan keluarga yang lolos seleksi, ataukah akan tinggal di alam keabadian di mana tidak terkena rumus bumi. Hal ini menjelaskan mengapa para sedulur dan pembaca yang budiman merasakan leluhur yang mendampinginya adalah kakek, nenek, dan yang lebih lama lagi misalnya mbah buyut, mbah canggah, mbah wareng, mbah udek-udek siwur.

PESAN-PESAN
Berikut ini merupakan topik pembicaraan selama para Supernatural Being (leluhur) yang mempunyai kemampuan sebagai Supernaturan Power sedang berkumpul di ruang tamu pada Sabtu dinihari. Tentu saja hanya yang diijinkan untuk dishare secara terbuka. Terutama kepada dulur-dulur yang budiman di manapun berada. Dalam perbincangan malam itu topik yang utama adalah membahas keadaan negara. Termasuk di dalamnya adalah berbagai peristiwa alam dan politik yang akan terjadi di bulan Maret 2012. Dan perbincangan soal pemimpin nusantara hingga 2014. Terutama peristiwa yang baik justru tidak diijinkan untuk dipublikasi dengan alasan akan dapat mempengaruhi proses alamiah. Mengetahui sesuatu sebelum terjadi dapat membuat orang berbuat neko-neko, lengah, sembrono, ngenak-enak berpangku tangan malas berusaha karena sudah tahu sebelumnya toh kelak pada akhirnya akan “happy ending”. Sikap demikian lah yang justru akan membuat “blueprint” menjadi meleset terwujud. Sebaliknya jika orang mendapat bocoran akan terjadi suatu malapetaka atau bencana di waktu yang akan datang, hal itu dapat meredam paling tidak mengurangi eksesnya karena orang akan menjadi gentur tapane, bersikap lebih hati-hati, tidak sembrono, eling dan waspada. Baiklah, adapun beberapa hasil perbincangan malam itu yang dijinkan untuk publikasi adalah sebagai berikut ;

1)

Sejauh yang saya saksikan, hingga sore hari rombongan pertama Supernatural Being yang pergi ke “kidul” belum pulang juga. Saya tahu dari informasi yang disampaikan oleh “adik” kandung saya yang ikut rombongan pertama ke “kidul” pulang agak sore mengatakan kalau rombongannya sampai saat ini masih berada di sana belum pada kundur (pulang). Ini artinya beliau-beliau membicarakan sesuatu yang sangat penting dan mendesak berhubungan dengan suatu peristiwa besar yang akan terjadi dan soal nasib bangsa ini yag berkaitan dengan situasi politik, malapetaka, maupun bencana alam. Terlebih lagi sejak hari Sabtu 25 Februari 2012 hingga hari Minggu tampak fenomena tanda-tanda alam yang tidak baik.

2)

Soal bencana alam, beberapa waktu lalu kami mencoba berusaha semampunya agar ancaman gelombang besar yang membahayakan penduduk pesisir selatan Jawa Barat dapat dianulir pada Februari-Maret tahun ini setidaknya dapat berkurang kualitasnya, sukur-sukur dapat dianulir atau batal terjadi. Tentunya harapan itu selalu ada dalam hati walaupun jika melihat tanda-tandanya ada pula rasa pesimistis. Namun demikian setidaknya pernah muncul secercah harapan manakala bulan Januari-Februari lalu kita menyaksikan laut pesisir selatan dari Pameungpeuk hingga Sukabumi diterjang gelombang setinggi 7 meter hingga penduduknya mengungsi untuk beberapa hari. Dalam hati, semoga gelombang itu sudah cukup untuk menggantikan yang sesunggunnya. Maklum saja, pertimbangan manusia terkadang berbeda dengan pertimbangan hukum kebijaksanaan alam semesta. Secara jujur dalam hati, kita selalu berharap agar suatu bencana tidak terjadi. Akan tetapi bagi pertimbangan alam sendiri, bencana alam bisa jadi merupakan suatu koreksi atau “setting ulang” atas hukum keselarasan dan keseimbangan alam semesta untuk mengembalikan alam kepada titik harmoni. Jika ada korban, tentu saja alam tak bisa disalahkan. Manusialah yang seharusnya mengevaluasi diri, kenapa musti merusak tatanan alam, kenapa manusia sekarang sudah kebangeten, keterlaluan ndableknya hingga tidak mau tahu dan enggan membaca segenap bahasa alam. Padahal alam sudah bermain secara fairplay. Alam selalu membuat peringatan dini melalui berbagai pertanda yang selalu muncul sebelum terjadi suatu bencana. Bahasa alam itu bermanfaat menjadi bahasa simbol adanya peringatan dini, agar supaya seluruh makhluk dapat mengambil tindakan penyelamatan diri. Saking kebangeten-nya orang yang jelas-jelas ditunjukkan bukti dan fakta, bahkan dengan mudahnya membaca pertanda bahasa alam, malah menolaknya dengan suatu alasan yang sangat primitif. Adalah kenyataan, bahwa bangsa manusia akhirnya harus jujur mengakui telah kalah dengan bangsa binatang (yang dianggap hina oleh sebagian bangsa manusia). Binatang tahu persis bilamana akan terjadi banjir besar, gunung meletus, gempa bumi, badai dsb. Sebagai contoh, faktanya kita sulit menemukan bangkai burung setelah terjadi badai besar melanda suatu kawasan. Burung yang akrab dengan angkasa, pepohonan tinggi, angin, begitu paham bilamana akan terjadi badai besar. Burung-burung mampu berlindung di suatu tempat paling aman manakala badai besar menyapu daratan dan angkasa. Coba saja diamati apakah ada burung yang terjebak dalam pusaran angin beliung atau badai topan? Jika hendak belajar maka cukup cermati tabiat sang burung. Jadikan burung sebagai salah satu guru kita. Jangan pernah meragukan kredibilitasnya, sebab burung pasti mampu lebih jujur dan polos ketimbang bangsa manusia yang suka macem-macem. Kita semua masih harus lebih waspada akan bencana alam dan musibah yang akan terus mengintai uat manusia kapan saja. Bahkan bencana alam yang saling kontradiktif. Banjir bersamaan dengan kebakaran. Hujan badai seiring dengan kekeringan. Kemarau bersanding dengan banjir besar. Jangan mengira jika musim hujan akan lebih aman dari kebakaran, atau kemarau akan menutup kemungkinan terjadinya banjir. Siapa lengah celakalah dia.

3)

Soal kepemimpinan nasional. Faktanya saat ink para leluhur tidak ada lagi yang memberikan restu kepada penguasa nomer satu (dan dua) di Indonesia saat ini. Jika ada penguasa number one biarlah mundur dengan alasan kesehatannya terganggu, bukan karena chaos politik yang sangat berbahaya. Malam itu leluhur justru memberikan “tugas” yang cukup berat agar menyangga RI-1 supaya bisa bertahan hingga tongkat kekuasaan diestafet kepada RNKPC alias Condronegoro alias IN yang akan memulai peranannya sebagai SP Pambukaning Gapura setelah duduk di dampar keprabon RI-2 yang akan ditinggalkan pemiliknya. Kami tetap memohon kepada seluruh leluhur bumiputra bangsa khususnya yang hadir malam itu agar supaya tetap berkenan memberikan restu kepada RNKPC alias “Rajanaga” alias Condronegoro, supaya tetap kuat & mampu menjalani “laku” yang musti ditempuh sebagai prasyarat untuk memainkan perannya sebagai SP-PG . Restu memang sudah diperolehnya, manakala ia dipinjami wahyu keprabon sebagai pertanda diperolehnya legitimasi untuk memimpin bangsa. Namun semua itu belumlah cukup karena masih harus menempuh “laku”, jika gagal berarti batal pula untuk berperan sebagai pemimpin yang membawa berkah bagi rakyat dan bumi pertiwi. Tentunya untuk kesuksesan ini juga sangat membutuhkan dukungan moril dari para pembaca yang budiman. Ternyata tidaklah ringan menyangga sekaligus menjaganya agar beliau tetap teguh dan disiplin dalam menjalani “laku”. Agar setyo tuhu kepada para leluhur bangsa. Dan tetap terjagalah alur kepemimpinan dalam aras NOTONAGORO. SukarNO, SoeharTO, kemudian SP Sumela Atur yang tidak dimasukkan dalam akronim (Habibie, Gusdur, Megawati). Dilanjutkan oleh SBYudonoNO (Jawa: YudayaNA). Di era dan di penghujung NA berlangsung GORO-GORO atau geger besar karena hiruk-pikuknya kecamuk angkara para “Durna” (media massa, lawyer, politisi, calo politik, legislatif, eksekutif, yudikatif) yang saling mengumbar angkara, mengumbar mulut melakukan provokasi, menciptakan konflik antar para durjana dan pengkhianat bangsa. Goro berarti pula jatuh pada CondroneGORO. Jadi ada dua kemungkinan, pertama; jika calon SP PG gagal menjalani prasyarat, yang akan terjadi adalah goro-goro besar dilanjutkan dengan hancur-leburnya nusantara yang sangat sulit untuk bangkit kembali, sehingga menyelamatkan nusantara menjadi pekerjaan yang teramat berat bagi siapapun. Dalam kondisi seperti ini Indonesia bisa saja menjadi bancakan kekuatan-kekuatan asing yang memang berharap akan kehancuran Nusantara agar lebih mudah menguasai resources ekonominya. Kemungkinan kedua ; jika RNKPC alias Rajanaga berhasil menjalani prasyarat “laku”, itu artinya beliau menjadi NOGOPOSO (nagapasa) yo rojonogo (rajanaga). Naga yang berhasil menjalani “laku” prihatin akan menjadi Raja Naga. Rajanaga alias CondroneGORO. Memang bukan pekerjaan mudah, kian hari semakin terasa berat mengingat kondisi politik nasional yang semakin runyam dan dipenuhi ulah para durjana. Serangan jahat saban hari terjadi secara bertubi yang dilakukan oleh dukun-dukun ampuh pengabdi uang yang menjadi beking para durjana berkuasa dan pengincar kekuasaan. Hal itu menjadi salah satu alasan kenapa seorang calon pemimpin atau negarawan sejati harus berwatak nyatrio dan kuat menjalani “laku” yang piningit agar supaya terhindar dari hiruk pikuknya angkara para Durna dan durjana. Lebih baik tapa ngrame (giat bekerja tanpa pamrih kepentingan individu dan parpol), ketimbang mulut yang rame dan penuh pamrih kepentingan pribadi. Jangan sampai calon SP keluar dalam daftar jajak pendapat bursa Capres dan Cawapres RI. Kalau calon SPPG sampai keluar dalam daftar apalagi urutan pertama, dijamin justru akan gagal menjadi SP, karena tidak lagi piningit melainkan sudah go public. Menjadi badar ngelmune. Malam itu tak ada pembicaraan khusus soal RI-1 untuk periode 2014. Bung Karno belum ada pilihan secara pasti. Sementaa Kanjeng Sultan Agung pernah memberikan kesempatan kepada PS jika beliau mampu menempuh syarat “laku” maka akan mendapat kesempatan mengisi kursi keprabon RI-1. Namun sampai saat ini beliau belum juga memulainya. Pasca pemerintahan SBY akan terjadi perubahan formasi kekuatan spirit di mana kursi RI-1 akan menjadi simbol saja, sementara itu letak kesakralannya ada di RI-2. Paling tidak untuk 1,5 periode ke depan setelah Nusantara mengalami “format ulang”.

4)

Soal politik. Begitu tabu untuk dibicarakan secara lugas. Banyak yang musti disensor termasuk soal penyebutan nama tokoh atau aktor politik. Banyak skandal terungkap bagaimana yang sesungguhnya dan sejujurnya. Dalam dimensi ini tak ada yang bisa berbohong dan tak ada yang dapat ditutup-tutupi lagi. Siapa saja yang salah dan siapa yang tak bersalah sangat jelas terlihat. Mayoritas kesaksian para saksi adalah bohong besar. Semua demi menutupi aktor utama yang jika diungkap di sini tentu para pembaca yang budiman….tidaklah kaget. Sudah disinyalir jikalau au, as, iwk, am terlibat dan memainkan perannya masing-masing (berkolusi). Mereka selain menjadi pemain juga berperan sebagai isolator aktor lain yang lebih penting untuk ditutupi. Sementara itu, KPK yang tampak memberi sebersit harapan baru setelah terpilihnya ketua baru, namun di dalamnya sengaja ditaruh dua orang “burisrawa” yang berperan untuk pengurung kebebasan si ketua dalam tugasnya menindak para pelaku mega koruptor khususnya au. Dua orang itu sebut saja bm dan bw. Hal itu bukan hal yang mengejutkan publik terlebih lagi jika para pembaca yang budiman lebih mengoptimalkan daya batin untuk mengamati situasi politik saat ini. Begitupula kisah seorang ketua yang fenomenal namun kontroversial, di satu sisi mendapat dukungan untuk tetap bertahan, di sisi lain didesak untuk mundur. Ternyata dibeck-up dari para sepuh di wilayah Jatim, dan dipandegani sesepuh k.h.n sebagai satu-satunya yang mampu meraga sukma di antara para sesepuh di sana. Alot sekali mereka bertahan dengan mengerahkan segala kemampuannya lahir dan batinnya. Tapi toh yang salah tetap harus seleh. Tak boleh dilindungi. Kita semua tahu bahwa kebenaran akan selalu memenangi setiap pertarungan. Proses kemenangan kebenaran tak bisa dicegah. Walau perlahan namun pasti kebenaran selalu mereduksi yang tidak bener. Sehingga sehebat apapun kemampuan untuk melindungi sang aktor, tetap lah mudah dipatahkan dan dibongkar. Tak perlu heran dan kaget bila tidak lama lagi sang aktor kontroversial akan lengser dari kursinya. Apalagi di tahun ini masih terjadi percepatan mekanisme hukum sebab akibat. Sing sopo salah bakal seleh. Tak bisa lagi ditutup-tutupi dengan uang dan kekuasaan. Seleh atau menerima hukum sebab akibat atas kesalahan yang dilakukannya tidak harus identik dengan penjara. Bisa berupa nasib buruk, dipermalukan di muka publik, atau tertimpa musibah dan seterusnya. Jika sampai meletus huru-hara besar, itu bukan murni konflik horisontal antar kekuatan massa. Bukan karena harga bbm naik. Juga bukan people power seperti era reformasi. Tetapi lebih sebagai akibat dari permainan para elit politik yang bertabiat durno dan durjana. Dan para “pemain” yang memiliki dana besar untuk melakukan mobilisasi massa serta akrobat politik. Goro-goro sebagai akibat dari pertarungan para durjana yang diprovokasi oleh si durno. Goro-goro dimaksud sebagai bagian dari proses “format ulang” terhadap “perangkat keras dan lunak” Nusantara yang telah terjangkit virus secara akut. Jika dilihat masih ada kesempatan tentunya “format ulang” diupayakan berlangsung secara lunak dan damai. Apa boleh buat jika hukum alam menghendaki terjadi dengan cara keras. Siapa menabur angin akan menuai badai. Kekerasan dan kejahatan di negeri ini sudah bersifat sistemik dan mendarah daging dalam sendi kehidupan masyarakat. Baik yang berkedok kepentingan ideologi, politik, maupun religi. Moralitas bangsa yang notabene terkesan sok agamis ini kenyataannya sudah carut-marut dan bangkrut. Seolah tak mungkin lagi untuk diperbaiki kecuali dengan kehancuran itu sendiri. Jika manusia sudah tidak mampu lagi, biarlah hukum alam menata dirinya sendiri, para Supernatural Power turut menata Nusantara secara lebih bijaksana dan powerfull. Nusantara sedang menghadapi persoalan yang sangat kompleks dan akut. Bagai bola liar meluncur ke dasar jurang dengan derasnya. Bola liar itu tidak akan memantul kembali ke atas apabila belum menyentuh dasar jurang sebagai titik baliknya. Bila hukum alam harus memberlakukan terjadi goro-goro tentunya akan menjadi mekanisme titik balik itu. Bola akan kembali memantul ke atas. Nusantara kembali bangkit setelah terpuruk di dasar jurang. Musibah yang menjadi anugrah. Yang diupayakan para Supernatural Power tinggalah meminimkan korban jiwa terutama dari kalangan wong cilik atau civil society. Yang penting kita semua sebagai generasi penerus bangsa jangan sampai merasa pesimis, apatis terlebih lagi frustasi, karena banyak kisah baik yang akan terjadi, banyak pula harapan besar terhampar di depan sana. Kita songsong dengan semangat dan usaha yang nyata. Jika kita sulit menemukan orang-orang baik di pusat kekuasaan sana, jika kita sulit berharap kepada orang lain untuk menjadi baik, maka jadikan saja diri kita sendiri orang baik yang masih bisa kita temukan saat ini. Menjadi orang baik adalah yang selalu mensukuri hidup dengan menjadikan diri kita sebagai orang yang mau dan mampu memberikan kehidupan untuk seluruh makhluk, menjadi orang yang selalu berterimakasih kepada alam yang telah memberi kehidupan untuk kita, dengan cara menjaga kelestarian lingkungan alam. Prinsip hidup seperti itu akan membawa kita pada kesadaan kosmologis, yakni menjadi individu (mikrokosmos) yang selaras dan harmonis dengan irama alam (makrokosmos). Mengimplementasikan kesadaran itu dalam kehidupan sehari-hari akan membuat hidup kita selalu menemukan ketenteraman, keberuntungan, kebahagiaan, kesejahteraan, dan menjadi pribadi yang memiliki kekuatan dan kesaktian yang sangat dahsyat.

SANG PRABU

Malam sebelum saya menyelesaikan tulisan ini, pagi buta pukul 05.00 wib rawuh beliau Prabu Brawijaya V dan Ki Ageng Giring memberikan suatu perintah untuk segera dilaksanakan pada hari Rabu Pon 29 Februari 2012. Berkaitan dengan konstelasi politik nasional dan demi nasib yang lebih baik bangsa ini. Cukup berat, berat tenaga berat beaya, belum lagi masih harus meluangkan waktu di antara kesibukan mencari nafkah dan urusan publik serta domestik. Tetapi biasanya menjalankan titah supernatural power hanya berat di awal, jika sudah tiba saatnya untuk dijalankan, segalanya menjadi mudah & ringan. Barangkali para pembaca yang budiman muncul pertanyaan mengapa Supernatural Power tidak langsung menjalankan sendiri segala daya upaya dan rencananya? Jawabannya adalah agar manusia yang masih hidup dengan raga tidak malas bekerja dan keenakan berpangku tangan menunggu hasil. Yang demikian ini namanya manusia melawan kodrat alias bertentangan dengan hukum alam. Biarlah manusia berusaha secara nyata untuk merubah nasibnya sendiri sampai batas maksimal kemampuannya. Leluhur akan menyimak dengan cermat, jika keliru maka ditegurlah kita. Jika manusia berusaha maksimal namun belum juga berhasil, maka Supernatural Power barulah turun tangan langsung. Namun pabila manusia terlalu ndablek dan bebal, Supernatural Power akan membiarkan manusia jatuh terjerembab ke dasar jurang agar ia sadar dengan sendirinya. Mungkin ada yang berfikir bagaimana agar kita diperhatikan oleh para leluhur ? Caranya mudah. Jadilah orang yang peduli kepada leluhur, para leluhur bumiputra perintis bangsa, para leluhur kita sendiri. Peduli kepada nasib bangsa. Dan jadilah orang yang selalu topo ngrame, mensyukuri kehidupan sebagaimana telah saya kemukakan di atas. Sebaliknya jika kita cuek atau malah menganggap leluhur sebagai dedemit, hal itu akan membuat leluhur ogah untuk menghampiri atau mempedulikan nasib kita. Semakin kita sukses menghayati nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari, selaras dan harmonis sebagai manusia dengan kesadaran kosmologis. Hal itu menjadikan leluhur semakin peduli dengan diri kita. Semakin bagus kualitas dan kuantitasnya akan semakin memperluas tingkat kepedulian para Supernatural Power terhadap diri Anda. Anda akan semakin mendapat kepercayaan oleh para leluhur untuk mengemban suatu tugas. Anda menjadi generasi penerus yang pinilih (berkualitas tinggi) dan terpilih. Pada level ini jangan khawatir soal rejeki, karena akan selalu ada jalan kemudahan yang selalu mengiringi sepanjang perjalanan hidup Anda. Alam semesta akan selalu mencukupi rejeki bagi Anda yang menjadi pribadi berkesadaran kosmologis. Bahkan akan mencapai pada level di mana Anda bukan mencari uang lagi tetapi dicari oleh uang. Kuncinya sederhana berbuatlah secara konkrit terlebih dahulu barulah kemudian mendapatkannya. Tanamlah pohon, kemudian rawatlah sebaik-baiknya, esok hari akan mendapatkan buahnya, tak perlu menunggu setelah pindah dimensi.
Peristiwa-peristiwa seperti di atas sangat saya sukuri karena banyak sekali pelajaran berharga yang tidak diketemukan di rak buku perpustakaan. Semakin kita sukuri dan kita terima sebagai hikmah kehidupan akan semakin sering kita alami berbagai peristiwa yang penuh dengan makna. memang terkadang ada rasa ingin tahu atas berbagai dugaan kesalahan di masa hidupnya, lantas kita ingin sekali mengorek keterangan dari para leluhur untuk mengetahui kebenarannya. Namun dengan kerendahan hati, saya tak berani mengusik ketentraman para Supernatural Being yang tampaknya sudah nyaman di alam yang abadi. Saya tak ada keberanian untuk mengorek masalah pribadi atau suatu kesalahan yang sekiranya dilakukannya di masa hidupnya. Walau sekedar untuk crosscheck. Apalah diri saya di hadapan beliau-beliau. Saya masih berpegang pada asas manfaat dan kepantasan. Jika beliau merasa berkenan dan penting untuk disampaikan biasanya tanpa diminta pun leluhur sudah tahu apa isi hati dan pikiran kita. Jikalau memang ada kesalahan biarlah hukum alam semesta sendiri yang memberikan sanksi atas segala kesalahan di masa lalunya. Toh beliau-beliau telah melewati proses pengadilan selama di alam pangrantosan. Jika kita sudah percaya bahwa seorang hakim adalah jujur dan adil, maka kita tak perlu menanyakan kepada seorang narapidana apakah benar dia melakukan pelanggaran hukum. Jika kita percaya hukum alam (tuhan) bersifat maha adil maka kita tak perlu menanyakan lagi apakah putusan hakim alam semesta sudah berlaku adil kepada para leluhur. Ini sekedar share soal etika manakala kita mendapat kesempatan untuk melanglang jagad ke dimensi lain. Etika ini juga menjadi salah satu syarat agar supaya seseorang mampu meraga sukma. Pelurusan sejarah memang sangat penting dilakukan, terutama fitnah yang sudah menjadi kekeliruan sejarah. Sejarah yang diluruskan pun haruslah signifikan dengan asas manfaat terutama perubahan nasib bangsa di masa yang akan datang. Karena kehancuran suatu bangsa akan dimulai apabila generasi mudanya sudah salah kaprah memahami sejarah dan tidak mau tahu dengan sejarah bangsanya sendiri. Sebagaimana seorang dokter melakukan kesalahan saat mendiagnosa penyakit, obat yang diberikan tentu akan salah pula. Untuk hal ini leluhur jauh lebih tahu mana saja fitnah dan sejarah yang harus duluruskan. Mana pula hal-hal tabu yang tak perlu lagi dikuak. Leluhur juga lebih waskita memilah mana saja peristiwa futuristik yang harus dikoreksi, mana pula yang harus dibiarkan berjalan sebagaimana mestinya. Semua tetap pada asas kepantasan dan manfaatnya yang berprinsip pada keselarasan dan harmonika alam semesta. Semoga bermanfaat, salam karaharjan