Kekuatan Gaib Yang Melindungi Yogya & Bali Dari Pagebluk Yang Brutal

BALI DAN JOGJA YANG FENOMENAL DALAM MENGHADAPI WABAH

Pada saat tulisan ini saya buat, Yogyakarta mencatat ada 226 orang kasus positif Covid-19, dengan 122 orang sembuh dan 8 meninggal. Sedangkan di Bali lebih bagus lagi, tercatat 394 kasus positif, 293 orang sembuh, dan hanya 4 orang yang meninggal, salah satunya adalah WNA. Tingkat kesembuhan di Yogyakarta sampai dengan tanggal 24 Mei 2020 mencapai angka 55% sedangkan kematian sekitar 3.5 %. Sedangkan di Propinsi Bali sampai dengan tanggal 24 Mei 2020 mencapai 74 %, sedangkan kematian atau fataliti hanya 1 % saja. Satu hal yang penting kita catat bahwa kedua kota itu, yakni Yogyakarta dan Bali belum pernah menerapkan PSBB untuk menghambat laju penyebaran wabah ini. Jika kita bandingkan dengan kasus yang terjadi di propinsi atau kota-kota besar lainnya, Yogyakarta dan Bali bahkan direkomendasikan sebagai percontohan dalam keberhasilannya menangani wabah.
Bagi Anda yang tinggal di kota lain, mungkin membayangkan situasi Yogyakarta sama seperti kota-kota besar lainnya yang menerapkan PSBB atau “lokdon” a la Indonesia. Namun demikian, Anda dapat menyaksikan sendiri, situasi jalanan di kota yang sunyi, pusat-pusat belanja yang sepi, itu hampir tidak pernah terjadi. Di awal bulan April memang sempat terjadi suasana yang sepi, tapi hanya berlangsung 2 pekan saja. Setelah itu seperti kembali normal, namun tidak sepadat dan macet seperti sebelum pagebluk berlangsung. Yang membedakan dengan situasi sebelum wabah adalah tempat anak-anak muda nongkrong, dan tempat-tempat pariwisata serta hiburan tampak sepi tak ada pengunjung. Itu artinya warga masyarakat Yogyakarta tetap mengindahkan himbauan Pemerintah untuk tidak melakukan kegiatan yang sifatnya tidak urgen, tidak penting. Hanya kegiatan penting dan darurat saja yang boleh dilakukan. Meskipun demikian, saya melihat beberapa tempat kuliner masih dijejali anak-anak muda yang menikmati kuliner di tempat, artinya tidak take away atau dibungkus saja. Bahkan menjelang lebaran, toko-toko bahan roti, pasar tradisional dan mall diserbu pengunjung. Namun sampai tanggal 24 Mei, belum tampak ada peningkatan kasus secara signifikan. Pada tanggal 24 Mei 2020 hanya tercatat ada 1 penambahan kasus positif Covid-19, dan zero fatality.

Saya melihat faktor utama yang menentukan keberhasilan dua Propinsi itu berhasil menanggulangi penyebaran wabah dan menekan angka kematian adalah berupa kesadaran spiritual warga masyarakatnya. Kesadaran spiritual ini akan menentukan pola pikir dan tindakan konkrit apa yang mesti dilakukan. Saya melihat dan menyaksikan sendiri sekaligus juga sebagai pelaku dalam proses itu. Sehingga saya bisa menjadi saksi mata, serta melihat lebih cermat lagi apa yang sesungguhnya terjadi apa Propinsi Yogyakarta dan Bali. Kesadaran spiritual dapat dengan mudah kita lihat dalam beberapa hal berikut ini yang secara signifikan menentukan keadaan wabah di Yogya dan Bali yang kurvanya relatif landai dan tingkat fataliti yang rendah sekali.

1. Tingkat ketaaan warga masyarakat Yogya dan Bali yang masih ngugemi atau memegang teguh serta menerapkan nilai-nilai kearifan lokal atau local wisdom dalam bentuk tradisi, ritual, dan olah batin.
2. Warga Yogyakarta dan Bali masih banyak yang mempercayai adanya petunjuk gaib, yang bisa menjadi penuntun dan pedoman langkah apa yang harus dilakukan untuk menghadapi pagebluk ini. Di antaranya adalah ; sebelum wabah melanda Negeri ini, banyak warga Yogya yang membuat sayur lodeh 7 rupa. Bahkan saya secara pribadi perlu menyampaikan terimakasih kepada sedulur-sedulur semua terutama yang sempat melaksanakan apa yang menjadi dawuh atau perintah leluhur untuk membuat ; bubur merah-putih, jenang candil atau jenang grendul, atau biasa juga disebut jenang biji salak. Selain itu adanya dawuh untuk labuh atau ritual larungan, ke Merapi dan laut selatan juga bisa dilaksanakan oleh sebagian warga Yogyakarta yang masih peduli.
3. Warga Yogya telah terlatih atau terbiasa menghadapi situasi dan kondisi paling sulit, karena warga Yogyakarta akrab dengan becana alam berupa letusan gunung dan gempa bumi. Pada saat akan menghadapi pagebluk saya menyaksikan tidak ada kepanikan di warga Yogyakarta sehingga terjadi panic buying. Itu tidak terjadi. Malah sebaliknya semua terlihat biasa saja seperti biasanya. Saya kira masyarakat Jogja bisa legowo, tenang, tidak kagetan (mudah terkejut) dan gumunan (suka heran). Saya melihat ketenangan itu memproyeksikan keadaan batin dan spiritualitas masyarakat yang lebih matang. Sehingga tetap tenang saat menghadapi datangnya pagebluk. Ketenangan ini merupakan cara paling efektif mengelola stress. Manfaatnya sangat besar untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap berbagai serangan penyakit. Oleh sebab itu, suatu penelitian menemukan bahwa masyarakat Yogyakarta memiliki tingkat harapan hidup paling tinggi di banding di tempat lainnya.
4. Saya melihat adanya kewibawaan Keraton Yogyakarta turut memberikan andil besar dalam meredam penyebaran wabah ini.
5. Saya menyaksikan sendiri betapa para leluhur agung Raja-Raja Jawa, Raja Keraton Mataram bahkan (Kanjeng Ratu Kidul sebagai entitas widodari yang jumeneng ratu) secara intensif memberikan petunjuk, dawuh, dan secara langsung turun tangan melindungi warga Yogyakarta. Untuk itu saya sampaikan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada Ki Ageng Tarub, Ki Ageng Getas Pandawa, Ki Ageng Sela, Ki Ageng Nis, Nyi Ageng Nis, Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Giring, Eyang Panembahan Romo, Kangmas Arya Menggala, Romo Panembahan Bodo, Ki Ageng Mangir Wonoboyo, Kanjeng Panembahan Senopati, Ki Juru Martani, Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyakrakusuma, Kanjeng Ratu Batang. Bahkan hingga Pangeran Kandang Jro dan Sinuhun Ida batara Mahadewa dari Pulau Dewata, Prabu Siliwangi dari bumi Para Hyangan serta YM Sultan Suleman dari Kutai Kertanegara. Semoga semua petunjuk dan perintah yang diberikan kami orang-orang yang masih hidup dengan raga di bumi, menjadi dharma yang selalu menempatkan beliau-beliau pada level kemuliannya masing-masing. Melalui media ini saya juga secara khusus ingin menyampaikan sembah pangabekti, ngaturaken agunging panuwun kepada Ngerso Dalem Sampean Dalem Sri Sultan HB VI yang telah memberikan warning jauh hari sebelum wabah melanda Tiongkok dan kemudian menyebar ke seluruh dunia fana ini. Dan kepada Kanjeng Ratu Kidul yang secara aktif melindungi warga Yogya dan sekitarnya dengan menebarkan hawa panas dari laut selatan selama 5 hari dari tanggal 20-25 Mei 2020 untuk melemahkan pagebluk, serta warning agar tidak keluar rumah selama 10 hari mulai tanggal 20-30 Mei 2020.
6. Secara khusus pula saya sampaikan rasa hormat dan terimakasih setingginya kepad Pangeran Kandag Jero. Bulan Desember hingga Januari, Pangeran Kandang Jro, secara intensif memerintahkan supaya mengambil air dari Pura Jro Kandang untuk kemudian dituangkan di laut selatan Jawa. Agar supaya kelak wabah yang melanda tidak menjadi brutal. Khususnya di wilayah Yogyakarta. Pura Jro Kandang andalah Pura yang spesifik, memiliki energi yang berfungsi untuk mengurung hama atau penyakit. Baik hama tanaman, hama hewan ternak, maupun wabah bagi umat manusia.
7. Tak lupa pula saya sampaikan terimakasih kepada sedulur-sedulur semua yang dalam beberapa kesempatan telah ikut serta melaksanakan dawuh leluhur, seperti yang telah saya share melalui komunitas (Youtube Community) YouTube SuryaKKS. Saya sungguh tidak menyangka ternyata banyak sekali sedulur-sedulur yang sangat antusias ikut melaksanakan dawuh leluhur, walaupun panjenengan tinggal di daerah lain bahkan ada yang dari Malaysia dan Taiwan. Saya yakin, setidaknya apa yang Anda lakukan sangat bermanfaat minimal untuk panjenengan pribadi dan keluarga.

APA YANG TERJADI DI BALI ?
Sedangkan untuk Propinsi Bali saya menyaksikan sendiri dan percaya, bahwa seluruh entitas gaib yang ada di Pulau Bali, turun tangan dalam meredam pagebluk ini. Mulai dari level Kadewatan, leluhur, hingga lelembut semua sinergis dalam upaya meredam wabah dan melindungi masyarakat Bali. Setidaknya saya menyaksikan sendiri beberapa peristiwa berikut ini ;

1. Andil besar Para entitas gaib yang ada di Pulau Dewata, di antaranya dari Pura-Pura yang ada di komplek Pura Tanah Lot. Di sana ada Pangeran Kandang Jro, Sang Hyang batara Samudera. Kemudian Sinuhun Ida batara Mahadewa yang bersemayam di Puncak Kedaton Gunung Batukaru. Di sana terdapat Pura Pucak Kedaton dan Pura Batukau. Saya juga menyaksikan sendiri manakala pada bulan Januari akhir, tahun 2020 melaksanakan perintah untuk ritual di Nusa Penida. Kami mengunjungi Putri Goa Giri dan beberapa Pura lainnya di Nusa Penida. kami menyaksikan secara langsung bagaimana Putri Goa Giri melindungi warga Bali bahkan kami yang di Yogyakarta. Sehingga beliau berkenan rawuh atau kunjung ke Yogyakarta, 5 hari setelah kami pulang dari Nusa Penida.
2. Pagebluk yang melanda Bali relatif sangat terkendali. Bahkan lebih bagus dari Yogyakarta. Saya melihat warga Bali lebih banyak yang menjunjung tinggi nilai kearifan lokal. Lebih banyak warga yang percaya dan bisa mengetahui bahwa leluhur memang masih selalu andil dalam kehidupan anak turunya. Dengan tujuan untuk melindungi dan menuntun anak-keturunannya. Warga Bali begitu taat menjalankan tradisi, apalagi perintah yang diberikan para leluhur dan para Dewata di sana. Bahkan kita bisa melihat berita di media jika warga Bali melakukan pengobatan pada pasien Covid dengan menggunakan air suci. Para tenaga medis melakukan nunas tirta atau memohon air suci dari Pura Lempuyang Luhur, serta beberapa lainnya Pura seperti Pura Besakih, dan Pura Batukau. Saya pribadi salut sekali, karena yang melakukan pemercikan air bukan dilakukan oleh rohaniawan atau Jro Mangku, melainkan kesadaran dari para tenaga medis Rumah Sakit yang merawat pasien. Al hasil, pasien covid tidak perlu 14 hari atau lebih dirawat di RS. Setelah dipercik air, 4-6 hari kemudian dilakukan 2 kali swab dan dinyatakan negatif. Kesadaran spiritual warga masyarakat inilah yang menjadi prioritas para entitas gaib untuk mengulurkan tangannya membantu dan melindungi warga Bali. Jika orang semakin cuek bahkan tidak percaya akan adanya andil dari para leluhur, yang terjadi adalah tidak adanya petunjuk gaib yang didapatkan. Karena gagal memahami sepiritualitas sejati, akhirnya melahirkan sikap tidak mau mempercayai andil dan peran para leluhur, justru akan membuat orang menjadi buta mata batinnya. Orang seperti itu tidak akan mampu menangkap sasmita gaib.
3. Saya menyaksikan Karya Agung Pangurip Bumi, yang dilangsungkan pada akhir Januari 2020. Tujuan dari Upacara Karya Agung Pangurip Bumi adalah membasuh dan membersihkan bumi. Tidak hanya bumi Bali, namun juga bumi Nusantara, bahkan planet bumi ini. Sinuhun Ida Batara Mahadewa dari Pura Pucak Kedaton dan Pura Batukau, berjalan kaki menuju Tanah Lot untuk melangsungan pelukatan, yakni penyucian diri dengan tirta samudera yang ada di Pura Tanah Lot. Sepanjang perjalanan beliau diiringi oleh puluhan ribu warga Bali. Perjalanan kaki pulang pergi menemuh waktu sekitar 5 hari dan jarak lebih dari 100 km. Ini merupakan siklus setiap 26 tahun sekali.
4. Sekitar pekan ke 3 bulan Maret 2020, tengara bahaya berupa suara Kul-Kul telah berbunyi sendiri. Disebutkan bahwa kulkul atau kentongan di Puri Agung, Klungkung, berbunyi sendiri tengah malam tanpa ada yang memukulnya. Nah bagi masyarakat Pulau Dewata, peristiwa ini sebagai pertanda atau sinyal bakal datang marabahaya besar. Kulkul itu dikabarkan terdengar oleh warga. Namun bukan oleh warga Klungkung sendiri. Suara kulkul di dengar dalam beberapa hari terakhir ini. Menurut kepercayaan masyarakat Bali, untuk menangkal marabahaya yang akan datang itu, warga biasanya menyiapkan bawang putih, cabe merah yang diikatkan di ujung daun pandan. Berikut ini foto yang diunggah di Twiiter oleh akun @Carrisateh atau Carrisa Tehputri yang berada di Abu Dhabi.

Sumber Twitter @Carrisateh (Carrisa Tehputri)

Semua ini sebuah fakta, bukan mitos atau mitologi atau dongeng. Bukan sekedar yakin, tetapi merupakan kenyataan yang sungguh terjadi (benar). Semua sudah terbukti, dan bisa disaksikan oleh mata visual. Semoga tulisan ini menjadikan kita semua untuk tidak lelah belajar hidup, belajar memahami apa sejatining urip iki. Saya pribadi menjadikannya pelajaran berharga sebagai ilmu urip bagaimana saat melewati situasi dan kondisi yang paling sulit.

TUTORIAL MEMBUAT JENANG GRENDUL ATAU CANDIL

VIDEO FENOMENA PAGEBLUK YOGYA DAN BALI

About SABDå

gentleman, Indonesia Raya

Posted on Mei 27, 2020, in HIKMAH SPIRITUAL, Kekuatan Gaib Yang Melindungi Yogya & Bali Dari Pagebluk Yang Brutal. Bookmark the permalink. 6 Komentar.

  1. Adhitya Hatmawan

    Rahayu Ki Sabda

    • Om Swastyastu Ki Sabda..dumogi rahayu
      Saya sebagai orang bali yang masi menjalani tradisi ajaran leluhur sangat yakin dan percaya dengan bantuan2 dari leluhur maupun entitas2 yg lainnya..matur nuwun atas ulasan Ki Sabda selama ini yang selalu memberikan pencerahan dan ulasan2 yang luar biasa..om santi santi santi

  2. Sugeng ndalu…menawi badhe konsultasi ngaten dateng pundi nggih Ki?

  3. maturnuwun pakdhe atas ilmu2 nya

  4. Rani Nariswari

    Matur nuwun…🙏🙏🙏

  5. Dalang kehancuran negeri ini adalah ibu Megawati Soekarno Putri beliau secara tidak langsung punya kuasa menyalahgunakan kekuasaannya mengintervensi presiden sebagai bonekanya. Kalo ada masalah apapun beliau bebas bisa cuci tangan dari biang kerok merusak NKRI karena politik balas dendam kepada rakyat tidak terpilih menjadi presiden selama 2 periode di era SBY dan pak Prabowo pun ikut dendam juga kepada rakyat sengaja menghancurkan rakyat di masa pandemi covid19 karena sudah 2x gagal menjadi presiden. Demi kekuasaan mereka rela menghancurkan rakyat tanpa belas kasih. Memang nafsu brutal sedang menjangkiti penguasa negeri ini

Tinggalkan komentar