Teka-Teki Raden Jaya Sentika (seri~2)

Malam itu, kembali Eyang Raden Jayasentika hadir menyampaikan suatu kalimat pendek dalam bahasa Jawa namun sangat dalam maknanya. ,”Ngger…kamu sudah bosen dan menyerah apa belum mencari aku ? Spontan saya jawab,”Sendika dawuh saya tidak akan bosan…! Saya akan terus mencari di manakah gerangan keberadaan pusara Eyang Raden Jayasentika. Sudah beberapa kali kami mengajak tim untuk mencari, dan selama itu pula gagal. Meskipun gagal belum menemukan pusara beliau di mana persisnya, dalam setiap pencarian selalu saja ada hikmah besar. Di antaranya secara tidak sengaja mempertemukan kami dengan Sang Prabu Siliwangi. Yang lebih membuat terharu karena beliau berkenan menerima pisowanan kami, berkenan membimbing dan mengarahkan, dan yang paling menyentuh perasaan adalah statement beliau bahwa sudah tidak akan mempermasalahkan antara Pajajaran dengan Majapahit. Saya utarakan dalam posting yang pertama, bahwa tanggal 10 Nopember 2012 hari Sabtu pagi jam 05.30 wib Sang Prabu Siliwangi hadir membangunkan kami yang masih setengah tertidur. Kemudian beliau menyampaikan bahwa tidak ada konflik lagi antara Pajajaran dengan Majapahit apalagi semua itu berawal dari adanya sebuah hasutan untuk mengadu domba agar kekuatan antar kerajaan besar yang masih bersaudara itu terpecah belah.

Momentum Sangat Istimewa : Rekonsiliasi Pajajaran & Majapahit

Hari minggu tanggal 11 Nopember 2012 saya pulang ke Jogja. Kemudian pada hari Rabu dan Kamis tanggal 14-15 Nopember 2012 secara kebetulan saya menonton berita di televisi yang sedang menyiarkan proses rekonsiliasi budaya bertempat di Siti Hinggil Trowulan antara generasi kerajaan Majapahit yang diwakili oleh masyarakat Pulau Bali dengan generasi kerajaan Pakuan Pajajaran yang diwakili oleh Putri Pakuan Pajajaran dan para pengikutnya. Rekonsiliasi diisi dengan upacara-upacara yang sakral dan hikmat dari kedua generasi penerus kerajaan dan dilangsungkan selama sebulan. Dalam hati saya bertanya-tanya, kenapa kejadiannya bisa persis selaras dengan statemen yang disampaikan Sang Prabu Siliwangi pada 3 hari sebelumnya sehabis kami pisowanan ke Mbah Jepra dan Kanjeng Ratu Kencono Wungu? Saya paham, peristiwa ini bukanlah kebetulan semata. Semua itu terjadi memang sudah ada alur cerita dan timing-nya masing-masing.

Embah Dalem

Rabu pagi 24 April 2013 kami berdua bersama istri siap berangkat ke Jakarta, di bandara Sukarno-Hatta telah ditunggu sedulur-sedulur KKS Jakarta, ada Mas Gatot, Mas Irwan, Mas Antari tapi karena mas Aries tidak bisa ikut jadinya bukan kwartet tiger tapi trio~macan. Sedulur-sedulur yang lain telah menunggu kami di Bogor. Kami ada sekitar ber 17 orang dengan kendaraan masing-masing berusaha menyeruak kemacetan jalur kota Bogor. Arahnya satu tujuan yakni pasarean Mbah Dalem sesuai dengan petunjuk Eyang Raden Jayasentika. Walaupun kami semua sudah tahu di mana persisnya pasarean Embah Dalem, tapi tetap saja musti dua kali putar-putar baru ketemu dan bisa merapat. Setelah seluruh rombongan mengalami kesasar padahal ada juga sedulur yang sudah lama tinggal di Bogor, barulah bener-bener sampai di Pasarean Embah Dalem yang lokasinya sebelah kiri jalan sebelum Istana Batu Tulis kota Bogor. Rasanya belum absah jika belum muter-muter. Ini salah satu ciri khas saat kami semua menempuh laku seperti yang didawuhkan oleh Eyang Raden Jayasentika.

Seorang juru kunci masih tampak berjaga di luar ruangan makam. Pintu makam terkunci rapat. Ternyata sudah lama terjadi konflik di antara keluarga yang menjadi juru kunci pasarean Embah Dalem. Kunci hanya ada satu dan yang membawa hanya salah seorang jurukunci saja. Kalau pulang yang kunci ikut dibawa pulang juga. Sementara di situ ada 3 orang juru kunci. Maka Juru kunci yang lain tidak bisa membukakan makam Embah Dalem jika ada peziarah datang. Kami akhirnya cukup menabur bunga di luar tembok kamar. Menurut keterangan Ibu Juru Kunci, nama Embah Dalem memang misterius. Kalau mau tahu siapa Embah Dalem, pergilah ke Batu Tulis, “begitu kata Ibu Juru Kunci sambil menceritakan saat ia mendapat petunjuk itu melalui mimpi. Tak ada tanda-tanda akan kehadiran Embah Dalem di pasareannya, setelah kami tinggalkan sedekah ala kadarnya kepada juru kunci yang sedang piket, kami bergegas ke arah Batu Tulis dengan berjalan kaki.

Kilas Balik Peristiwa 3 Tahun Yll

???????????????????????????????

Saat kami berjalan kaki menembus kemacetan lalulintas menuju Istana Batu Tulis, saya teringat peristiwa tiga tahun yang lalu. Ketika itu adalah Andy seorang kawan lama dari Bandung bersama istrinya datang ke rumah di Jogja dengan moda kereta api. Dua kali kawan Andy hendak ke Jogja, dua kali pula gagal, balik lagi ke Bandung saat kereta hendak berjalan. Yang ketiga kalinya barulah berhasil. Ya, persisnya tiga tahun yang lalu. Saat itu kawan Andy secara tidak ia sadari dan tak bisa ia lawan tiba-tiba mengalami trance berat. Saat itulah hadir seorang leluhur tanah Pajajaran mengaku masih keturunan Jawa, bernama Eyang Surawisesa. Beliau mengaku masih putra Prabu Siliwangi, saudara Nyai Kentring. Bahasanya campuran Sunda halus dan kasar, untung saja saya masih bisa memahami apa artinya. Saya tak sempat bertanya secara detil mengenai dari keturunan siapa Eyang Surawisesa ada keturunan Jawa juga ? Tanda-tanya itu saya pupus karena saya merasakan ada sesuatu rahasia dan beliau tidak mau membeberkan secara gamblang. Eyang Surawisesa hanya menceritakan dua hal saja, bahwa beliau adalah saudara Nyai Kentring putri Prabu Siliwangi, dan yang kedua beliau cerita masih ada keturunan Jawa juga. Selepas Eyang Surawisesa pergi meninggalkan tanda tanya yang besar di benak saya. Keturunan dari siapa beliau, apakah Prabu Siliwangi pernah memiliki permaisuri berdarah Jawa ? Sejauh yang saya tahu selama ini dalam sejarah tidak pernah tercatat soal itu.

Saya terhenyak oleh lubang parit yang menganga di atas trotoar, persis di depan kaki saya. Mengembalikan pikiran saya dari past-moment, dari pikiran yang sempat meluncur pada kejadian 3 tahun lalu itu. Pikiran kembali konsentrasi melihat jalanan dan trotoar. Namun hati kami tergerak untuk menuju ke Prasasti Batu Tulis berada. Dengan dibantu tukang parkir, kami menemukan Ibu Jurukunci bersama cucu laki-lakinya. Sebelum masuk ke ruang prasasti kami terhenyak lagi membaca tulisan “Peninggalan Purbakala Nasional” Prasasti Batu Tulis, dibuat tahun 1533 oleh Surawisesa Putra Prabu Siliwangi. Nah, ini dia !

Lika-liku Harta Karun

Sebelum melanjutkan soal Eyang Surawisesa, saya ulas sedikit tentang situasi dan kondisi di sekitar prasasti Batu Tulis. Di dalam ruangan terdapat satu batu prasasti besar setinggi orang. Lebar sekitar 70 cm. Persis di depannya terdapat “bekas telapak kaki” yang membentuk di permukaan batu andesit berdiameter sekitar 40 cm. Di samping kiri depan terdapat lingga, lambang kemakmuran. Pengunjung boleh mencoba melingkarkan kedua tangan ke batang lingga dengan cara membelakanginya. Usahakan agar kedua ujung jari tersambung. Konon jika berhasil maka apa yang menjadi cita-cita dan harapannya mudah terwujud. Satu lagi lingga segitiga agak kecil di sebelah kiri belakang. Di luar ruangan terdapat tumpukan batu-batu yang tertata rapi di atas rumput. Di situlah dulu Menteri Agama RI pernah menggali harta karun sambil dilakukan ritual wiridan. Walaupun banyak dicemooh orang namun ia tetap saja nekad. Alhasil tidak satupun harta diketemukan.

Bukannya tidak ada. Harta itu benar ada dan banyak terdapat di sana. Namun karena cara wiridan bukanlah password untuk membuka dan mengangkat harta karun milik leluhur besar Nusantara. Apalagi di areal itu ???????????????????????????????
digali dengan tanpa ijin leluhur yang memilikinya. Akhirnya hanyalah kegagalan dan nasib malang yang ia dapatkan. Sebuah pelajaran berharga untuk kita semua. Untuk mengangkat harta karun, pertama-tama seseorang harus mendapat ijin terlebih dahulu dari leluhur yang memilikinya. Jika diperbolehkan pun kita tidak bisa mendikte mau seberapa banyak kita perlukan, sebaliknya leluhur akan memberikan sekehendaknya sendiri. Selain itu leluhur punya

???????????????????????????????
digali dengan tanpa ijin leluhur yang memilikinya. Akhirnya hanyalah kegagalan dan nasib malang yang ia dapatkan. Sebuah pelajaran berharga untuk kita semua. Untuk mengangkat harta karun, pertama-tama seseorang harus mendapat ijin terlebih dahulu dari leluhur yang memilikinya. Jika diperbolehkan pun kita tidak bisa mendikte mau seberapa banyak kita perlukan, sebaliknya leluhur akan memberikan sekehendaknya sendiri. Selain itu leluhur punya
password khusus, jika Anda diijinkan untuk memiliki hartanya maka leluhur akan membimbing Anda untuk ritual dengan syarat dan cara sesuai petunjuknya. Itupun tidak bisa sekali jadi. Biasanya dengan waktu yang tidak pasti kapan harta bisa diangkat. Bisa jadi 3 bulan, 6 bulan, 7 bulan atau bahkan beberapa tahun baru bisa diangkat. Semua ada pertimbangan waktu dan asas kepantasan. Leluhur pasti sangat bijaksana mengatur semua itu. Maka Anda janganlah mudah tergiur oleh bujukan dari konon para pemburu harta karun yang target sesungguhnya hanyalah dana operasionalnya saja. Ujung-ujungnya tentu kegagalan. Dan faktor kegagalan itu selalu diskenario oleh pelaku seolah-olah Anda lah yang bersalah dan Anda sendirilah penyebab kegagalan itu. Jadi Anda dibuat tak berkutik, tak bisa melawan dan tak kuasa menggugat para pelaku penipuan. Semua terjadi demikian cepat hanya menyisakan rasa malu dan gemas yang mendalam.ukan. Penggalian akhirnya dihentikan setelah ada korban jiwa. Malang bertubi, tak berselang lama kemudian, Menteri Agama itu pun terjerat kasus korupsi dan mendekam di “hotel-prodeo” hingga sekarang.

Siapakah Embah Dalem ?

???????????????????????????????

Malam jam 20.00 wib rombongan kami sampai di Jakarta, stay in di hotel seputar Jalan Saharjo Tebet. Saat kami bertujuh masih berbincang-bincang, tiba-tiba Embah Dalem hadir dengan cara khusus karena mungkin saking urgent-nya atau agar semua sedulur bisa mendengar dan melihat langsung Mbah Dalem. Ya, ternyata beliau tidak lain Eyang Surawisesa. Jika dikaitkan dengan mimpi Bu Jurukunci pun sudah tepat dan terdapat korelasinya. Embah Dalem memberikan nasehat satu persatu kepada kami semua. Kepada Mas Antari dan Mbak Wied diberikan nasehat harus lebih giat belajar mengobati orang. Sementara itu, kami semakin paham siapa sesungguhnya pasarean Embah Dalem yang selama ini masih terkesan misterius, sama misteriusnya dengan makam Mbah Jepra di Istana Bogor, tidak ada orang yang tahu siapa beliau sesungguhnya. Tentang rahasia pasarean Embah Dalem, beliau ingin agar membiarkan saja apa adanya seperti sekarang tetap misterius bagi warga lainnya. Kami paham kenapa Eyang Surawisesa tidak berkehendak jika dilakukan pelurusan sejarah dan silsilah Embah Dalem? Tentu saja hal itu bisa menimbulkan persoalan baru, belum tentu orang mau percaya, apalagi datanya bukan otentik dan konkrit walau sangat bisa dinalar dan dikroskan. Kami hanya berani berkontemplasi dengan mencoba menghubung-hubungkankan. Termasuk tanda tanya besar kami,”adakah hubungan darah antara Eyang Surawisesa dengan Kanjeng Ratu Kencono Wungu ?” Walau saya pribadi begitu yakin, tapi saya tidak ingin membuat suatu kesimpulan.

Sedikit mengulas tulisan terdahulu. Embah Jepra makamnya bersebelahan dengan makam kanjeng Ratu Kencono Wungu di Istana Kebun Raya Bogor. Menurut Eyang Raden Jaya Sentika, Kanjeng Ratu Kencana Wungu dulunya adalah permaisuri Prabu Brawijaya. Setelah sang Prabu Brawijaya muksa di Hargo Dalem puncak Gunung Lawu, selanjutnya Kanjeng Ratu Kencana Wungu melarikan (mengasingkan diri) dari kejaran prajurit Demak. Dan ada kejadian setelah kami ziarah ke makam Embah Jepra, paginya Sang Prabu Siliwangi hadir, berucap terimakasih sudah mau datang, dan beliau menerima kedatangan kami dan rombongan. Saya hanya menyampaikan saja kronologinya, soal kesimpulan saya serahkan sepenuhnya kepada para Pembaca yang budiman.

Raden Jaya Sentika

Jika dilihat dari namannya, berarti suatu kemenangan atau kejayaan atas peperangan agung. Raden Jaya Sentika, sejauh yang saya ketahui beliau adalah panglima perang Kerajaan Mataram pada masa Kanjeng Sultan Agung. Raden Jaya Sentika ditugaskan sebagai panglima perang untuk membawa pasukan Mataram menaklukkan pemerintahan Batavia yang dikuasai VOC pada abad 16. Walau berhasil menaklukkan Batavia, namun Raden Jaya Sentika enggan pulang ke Mataram. Beliau ingin mengabdikan sisa hidupnya untuk kebaikan masyarakat di seputar Batavia (Jakarta) sampai beliau wafat. Di manakah beliau wafat dan dimakamkan? Atau paling tidak di manakah petilasannya ? Banyak info dari saudara-saudara dan sahabat di Jakarta, Bogor dan sekitarnya. Namun sampai hari ini Eyang Raden Jaya Sentika tetaplah misterius. Mungkin bagi Eyang Raden Jaya Sentika sendiri bukanlah hal penting kami menemukan di mana makam beliau, mungkin saja lebih penting saat proses mencari makam beliau. Kami pun merasakan ada suatu hikmah besar di setiap pencarian itu. Biarlah kami tetap mengayunkan langkah kaki, dengan mengalir mengikuti aliran air. Dikantheni rasa tulus, sak tibo-tibone rak nemu begja.

Dengan demikian, semenjak akhir tahun 2012 telah tersambung pilar-pilar utama kekuatan spiritual Nusantara. Jika di awal hanya tersambung tiga kekuatan supernatural power bagaikan senjata “trisula” yakni Kutai-Majapahit-Mataram. Kini telah tersambung Pajajaran menyempurnakan sebagai tangkai senjata trisula. Kelak jika Sriwijaya telah tersambung, akan lebih menyempurnakan sebagai perisainya. Semoga, semua itu menjadi pertanda positif akan tinarbukaning gerbang kejayaan Nusantara. “The spiritual awakening for the glory of Nusantara”. Terimakasih Eyang Raden Jaya Sentika yang selalu membimbing dan mengarahkan langkah kami semua.

By sabdalangit

Suradira jayaningrat lebur dening pangastuti

About SABDå

gentleman, Indonesia Raya

Posted on Juli 16, 2013, in SEJARAH LELUHUR, Teka-teki Raden Jaya Sentika (seri~2) and tagged , , , . Bookmark the permalink. 48 Komentar.

  1. Sugeng rahayu wilujeng,

    Menawi angsal urun rembug,panjenengan sedoyo saget madosi pesareanipun Eyang Jaya Santika punika wonten Dusun Sadon(Kawedusan-Plosoklaten)kirang lebih 7km timur arah wetan (Gunung Kelud)saking pesareanipun Sri Aji Jayabaya desa Pamenang Kediri.lokasi wonten kebonan ler lepèn alit wetanipun sabin wonten pesarean jejer pageran tembok,ler sekedik wonten setunggal pesarean penduduk korban Gestok.

    Mugi mugi saget kasembadan panuwuwunipun panjenengan sedoyo.

  2. menarik sekali kisah ini,,,,
    matur nuwun Ki Sabda atas tulisannya, sudah adakah tanda tanda tersambung dengan Saudara Sriwijaya Ki ??
    Rahayu rahayu…

  3. Saya percaya tidak suatu kebetulan ,saya bisa menemukan dan tertarik dengan tulisan Ki Sabda ,terlebih khusus tentang penelusuran ” Raden Jaya Sentika ”

    Saya ingin berbagi meskipun sangat sedikit sekali pengetahuan mengenai kesamaan pemakaian nama Sentiko /Sentika dan ini mendorong saya untuk lebih bisa memahami apa hubungan dari nama nama tersebut:

    1.Suro Sentiko (Samin Suro Sentiko )
    Lahir di Blora
    Makam di Padang

    2.Projo Sentiko
    Makam di Blora , Ds Maguan

    3.Ki Renggo Prawiro Sentiko
    Di Madiun

    4.Wiro Sentiko (Ki Ranggo Wira Santika )
    Makam di Palembang Kota, Ds Talang Keranggo

    5.Mojo Sentiko
    Makam di Palembang Kota , Merah Mato

    6.Wijaya Sentika (Jaya Sentika )
    Makam di Bogor,Kec.Parung Kuda, Ds Cisaeng

    Kalau saja dari keterangan di atas bisa membantu penelusuran Ki Sabda, Semoga dalam perjalanannya selalu mendapat bimbingan dan Rahmat dari Tuhan YME

    Salam, Wahyu

  4. Maaf saya lancang, namun tak ada salahnya jika berikan ciri sejatinya keturunan Siliwangi yang masih hidup diwariskan juga peliharaan Maung, (sosok harimau) pengikut setia ini bukan sebuah ilmu aneh, mungkin ada beberapa orang yang ngelmu untuk mendapatkannya, akan ada perbedaan, tapi mungkin sudah ada perjanjian sebagai penjaga, dengan syarat yang telah diberikan kepada orang sunda turun-temurun, tapi seperti halnya nabi Sulaiman menundukan bangsa Jin, tidak lepas dari Aqidah, namun bila yang ditemui langsung sosok ghaibnya saja, butuh petualangan lain, digenerasi mana kemunculan Ratu Adil sebenarnya, tentu tahapan-tahapannya ada, bukan sosok yang bernafsu untuk menjadi seorang peminpin, selain pesan jangan melihat kebelakang, pesan 7 gunung itu, adalah 7 orang yang mencoba memerankan Ratu Adil tersebut, yang telah dimulai di bogor sendiri, Tunggul dan kalakay itu ibarat sebuah lagu, tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Ibarat lahan yang sudah mati bisa tumbuh kembali.
    Salam kenal buat semuanya. Terimakasih

  5. Coba ke ciomas serang banten,disana ada makam buyut saya namanya raden jaya santika dan nyimas cempaka

  6. Boleh saya tanya kang… Saya dapat isyarah untuk bisa bersilaturahmi ke eyang joyo sentiko,tempat dikasih tau daerah kulon/kemungkinan daerah banten/jawa barat..apakah juga betul kalau beliau punya khodam 2 burung perkutut.. Trima kasih atas balasanya saya tunggu kang… 🙏

  7. togog ucapkan selamat idul fitri maaf lahir bhatin

    mungkin yg dimaksud dgn Rd Jaya Sentika panglima Mataram itu sama dgn Tumenggung BAHUREKSA (Bupati Kendal), beliau gk mau balik ke Mataram.
    Sedangkan panglima Mataram yg kedua utusan Sultan Agung dari Cirebon (Sunda) yaitu Adipati Ukur.

    Sedangkan tentang batu tulis, sy pernah sekali, cuma pingin lihat2 aja. aku lihat batu yg ada gambar telapak kaki, lalu di bawah telapak kaki ada lubang spt segi tiga, itu pintu masuk ke gudang. “Ngger anak ku, aku titip pesen, kamu tolgin wanita yg pakai baju merah dan pendampingnya (pengawal) 2 harimaunya” kata Prabu Surawisesa

    • togog ucapkan selamat idul fitri maaf lahir bhatin

      kemudian dari batu tulis terus jalan sambil nunggu mobil rental, kataku dkm hati, itu makam siapayah? ah coba mampir sebentar, makam mbah Dalem (siapakah kah sesungguhnya nama yg dimakamkan disana?), masuk ke pintu makam aku uluk salam, karena masuk ke rumah siapapun perintah Allahu pd surah an nur 61 “maka apabila kamu memasuki rumah2 maka berilah salam atas dirimu sendiri penghormatan dari sisi Allahi diberi berkat suci, demikianlah menjelaskan Allah kpd mu ayat2 agar kamu mengerti”, berdasarkan ayat ini kita diperintahkan juga menjawab salam kita sendiri “wa’alailum salam”.
      kata mbah Dalem “saya sangat senang dgn kedatanganmu, rumah ku ini jadi terang benderang.. ”
      udah selesai ngobrol dgn beliau, pamit balik ke Bekasi.

    • togog ucapkan selamat idul fitri maaf lahir bhatin

      atau mungkin 2 org panglima mataram yg diutus bareng (yg dimaksud raden jaya sentika) bersama Tumenggung Bahureksa, tapi ke 2 tokoh tsb sudah gugur ktk bertempur di laut (al fatiah untuknya).
      Kalau di pantun Bogor ada nama tokoh yg mirip raden jasa sentika yaitu RADEN JAYA ANTEA, tokoh ini yg memiliki kunci lawang gintung (tokoh ini mirip Fatahillah, gelar raden adlh gelar trah kraton), cuma krn jaman perang strateginya dibuat nama yg memiliki nama yg mirip2 spy musuh pd bingung. Kemudian ada kepentingan penguasa yg sdg berkuasa pd era tsb shg nama tokoh pun dikaburkan. Dan pd jaman itu nama Raden Jaya Antea ada 2 tokoh, ketika itu tokoh aslinya pergi ke Malaka, ketika balik dari sana yg ini dibilang palsu orgnya. Tapi tokoh ini yg bisa membuka/menjebol kunci anunya pajajaran. Sandi rd jaya antea pd waktu itu kalau gak salah 212 spt simbolnya wiro sableng sinto gendeng he3 enakan jaman perang maksudnya berjuang di jaman perang dari pd berjuang di jaman sekarang, itukan QS al baqoroh 212, para tentara pajajaran pada lari memilih jadi siluman (yg dimaksud makhluk siluman itu makhluk ghaib yg wujudnya binatang) mrk membawa/menunggu harta pajajaran. Perang selanjutnya perebutan harta tsb (org bilang harta ghonimah) dgn jalan damai oleh 101 sbg penerus dari 212, tugasnya 101 menyempurnakan para manusia yg berwujud siluman kembali ke wujud aslinya spt dahulu kala, tugasnya mirip pasukan mahdi atau buddha maetreya menyempurnakan mrk.
      Tugas menolong sesuai QS Ibrahim 01 itu tugas mulia di akhir jaman. Ah ini cerita dari Togog yg mungkin salah persepsi sy dlm mensikapi siapakah raden jaya santika, sekedar ikut meramaikan rumahnya aki sabda langit,

  8. raden anom jaka surya 101 alias kusanto

    perjalanan menelusuri sejarah (pajajaran) yg hilang agar ditemukan kembali, hanya saja yg mencari tdk punya dasar. Sy tlh menemukan “siapakah sesungguhnya yg menulis uga wangsit siliwangi”.
    Dari beberapa literatur yg aku baca, ada yg mengatakan prabu jayadewata dan ada pula yg mengatakan prabu Nilakendra. Tapi sy justru menemukan penemuan baru penulis uws yaitu prabu Ratu Dewata putra Prabu Surawisesa. Beliau lah yg pergi meninggalkan kraton pakuan pajajaran, kemudian di ikuti 18 kerabat kraton yg tidak mau masuk islam dan menjadi penguasa kecil di daerah, yaitu 1. Tajimalela di sumedang 2. sanghyang Tubur di panembong 3. sanghyang jamsana du batulayang 4. prabu sedang lumu di selaherang 5. liman sanjaya di sunda larang 6. dalemnaya di ender 7.dalem narasinga di kejaksan 8. sanghyang sogol di maleber 9. sanghyang mayak di cilutung 10. sanghyang kertamana di limbangan 11. boros ngora di panjalu dst
    dan sy adlh keturunan prabu ratu dewata, beliau makamnya di bogor, lemah duwur (beliau memberi tanda dgn ciri makamnya itu tanahnya selalu ngunduk/meninggi spt gunungan). Beliau di situ memakai nama lain.

  9. ass. wr. wb. pak/buk mau tanya sejarah dan silsilah raden jaya sentika bisa ndak ya

  10. Mohon maaf ki…ijin bertanya adakah hubungan antara kolopaking dan raden jaya sentika?dan kalau boleh tahu bagaimana ciri2 fisik raden jaya sentika?
    🙏🙏

  11. Barusan (kebetulan) saya sowan ke pesarean Eyang Joyo Sentiko.
    Terletak di salah satu desa di Madiun.
    081 234046530

Tinggalkan komentar