PUNCAK ILMU KEJAWEN

Puncak Ilmu Kejawen

Ilmu “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah puncak Ilmu Kejawen. “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” artinya; wejangan berupa mantra sakti untuk keselamatan dari unsur-unsur kejahatan di dunia. Wejangan atau mantra tersebut dapat digunakan untuk membangkitkan gaib “Sedulur Papat” yang kemudian diikuti bangkitnya saudara “Pancer” atau sukma sejati, sehingga orang yang mendapat wejangan itu akan mendapat kesempurnaan. Secara harfiah arti dari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah sebagai berikut; Serat = ajaran, Sastrajendra = Ilmu mengenai raja. Hayuningrat = Kedamaian. Pangruwating = Memuliakan atau merubah menjadi baik. Diyu = raksasa atau lambang keburukan. Raja disini bukan harfiah raja melainkan sifat yang harus dimiliki seorang manusia mampu menguasai hawa nafsu dan pancainderanya dari kejahatan. Seorang raja harus mampu menolak atau merubah keburukan menjadi kebaikan.Pengertiannya; bahwa Serat Sastrajendra Hayuningrat adalah ajaran kebijaksanaan dan kebajikan yang harus dimiliki manusia untuk merubah keburukan mencapai kemuliaan dunia akhirat. Ilmu Sastrajendra adalah ilmu makrifat yang menekankan sifat amar ma’ruf nahi munkar, sifat memimpin dengan amanah dan mau berkorban demi kepentingan rakyat.

 

Asal-usul Sastra Jendra dan Filosofinya

          Menurut para ahli sejarah, kalimat “Sastra Jendra” tidak pernah terdapat dalam kepustakaan Jawa Kuno.  Tetapi baru terdapat pada abad ke 19 atau tepatnya 1820. Naskah dapat ditemukan dalam tulisan karya Kyai Yasadipura dan Kyai Sindusastra dalam lakon Arjuno Sastra atau Lokapala. Kutipan diambil dari kitab Arjuna Wijaya pupuh Sinom pada halaman 26;

        Selain daripada itu, sungguh heran bahwa tidak seperti permintaan anak saya wanita ini, yakni barang siapa dapat memenuhi permintaan menjabarkan “Sastra Jendra hayuningrat” sebagai ilmu rahasia dunia (esoterism) yang dirahasiakan oleh Sang Hyang Jagad Pratingkah. Dimana tidak boleh seorangpun mengucapkannya karena mendapat laknat dari Dewa Agung walaupun para pandita yang sudah bertapa dan menyepi di gunung sekalipun, kecuali kalau pandita mumpuni. Saya akan berterus terang kepada dinda Prabu, apa yang menjadi permintaan putri paduka. Adapun yang disebut Sastra Jendra Yu Ningrat adalah pangruwat segala segala sesuatu, yang dahulu kala disebut sebagai ilmu pengetahuan yang tiada duanya, sudah tercakup ke dalam kitab suci (ilmu luhung = Sastra). Sastra Jendra itu juga sebagai muara atau akhir dari segala pengetahuan. Raksasa dan Diyu, bahkan juga binatang yang berada dihutan belantara sekalipun kalau mengetahui arti Sastra Jendra akan diruwat oleh Batara, matinya nanti akan sempurna, nyawanya akan berkumpul kembali dengan manusia yang “linuwih” (mumpuni), sedang kalau manusia yang mengetahui arti dari Sastra Jendra nyawanya akan berkumpul dengan para Dewa yang mulia…

        Ajaran “Sastra Jendra hayuningrat Pangruwating Diyu” mengandung isi yang mistik, angker gaib, kalau salah menggunakan ajaran ini bisa mendapat malapetaka yang besar. Seperti pernah diungkap oleh Ki Dalang Narto Sabdo dalam lakon wayang Lahirnya Dasamuka. Kisah ceritanya sebagai berikut;

Begawan Wisrawa mempunyai seorang anak bernama Prabu Donorejo, yang ingin mengawini seorang istri bernama Dewi Sukesi yang syaratnya sangat berat, yakni;

  1. Bisa mengalahkan paman Dewi Sukesi, yaitu Jambu Mangli, seorang raksasa yang sangat sakti.
  2. Bisa menjabarkan ilmu “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu”

Prabu Donorejo tidak dapat melaksanakan maka minta bantuan ayahandanya, Begawan Wisrawa yang ternyata dapat memenuhi dua syarat tersebut. Maka Dewi Sukesi dapat diboyong Begawan Wisrawa, untuk diserahkan kepada anaknya Prabu Donorejo.

        Selama perjalanan membawa pulang Dewi Sukesi, Begawan Wisrawa jatuh hati kepada Dewi Sukesi demikian juga Dewi Sukesi hatinya terpikat kepada Begawan Wisrawa.

“Jroning peteng kang ono mung lali, jroning lali gampang nindakake kridaning priyo wanito,” kisah Ki Dalang.

        Begawan Wisrawa telah melanggar ngelmu “Sastra Jendra”, beliau tidak kuat menahan nafsu seks dengan Dewi Sukesi. Akibat dari dosa-dosanya maka lahirlah anak yang bukan manusia tetapi berupa raksasa yang menakutkan, yakni;

  1. Dosomuko
  2. Kumbokarno
  3. Sarpokenoko
  4. Gunawan Wibisono

Setelah anak pertama lahir, Begawan Wisrawa mengakui akan kesalahannya, sebagai penebus dosanya beliau bertapa atau tirakat tidak henti-hentinya siang malam. Berkat gentur tapanya, maka lahir anak kedua, ketiga dan keempat yang semakin sempurna.Laku Begawan Wisrawa yang banyak tirakat serta doa yang tiada hentinya, akhirnya Begawan Wisrawa punya anak-anak yang semakin sempurna ini menjadi simbol bahwa untuk mencapai Tuhan harus melalui empat tahapan yakni; Syariat, Tarikat, Hakekat, Makrifat.

Lakon ini mengingatkan kita bahwa untuk mengenal diri pribadinya, manusia harus melalui tahap atau tataran-tataran yakni;

1.            Syariat; dalam falsafah Jawa syariat memiliki makna sepadan dengan Sembah Rogo.

2.            Tarikat; dalam falsafah Jawa maknanya adalah Sembah Kalbu.

3.            Hakikat; dimaknai sebagai Sembah Jiwa atau ruh (ruhullah).

4.            Makrifat; merupakan tataran tertinggi yakni Sembah Rasa atau sir (sirullah).

 

Pun diceritakan dalam kisah Dewa Ruci, di mana diceritakan perjalanan Bima (mahluk Tuhan) mencari “air kehidupan” yakni sejatinya hidup. Air kehidupan atau tirta maya, dalam bahasa Arab disebut sajaratul makrifat. Bima harus melalui berbagai rintangan baru kemudia bertemu dengan Dewa Ruci (Dzat Tuhan) untuk mendapatkan “ngelmu”.

Bima yang tidak lain adalah Wrekudara/AryaBima, masuk tubuh Dewa Ruci menerima ajaran tentang Kenyataan “Segeralah kemari Wrekudara, masuklah ke dalam tubuhku”, kata Dewa Ruci. Sambil tertawa Bima bertanya :”Tuan ini bertubuh kecil, saya bertubuh besar, dari mana jalanku masuk, kelingking pun tidak mungkin masuk”. Dewa Ruci tersenyum dan berkata lirih:”besar mana dirimu dengan dunia ini, semua isi dunia, hutan dengan gunung, samudera dengan semua isinya, tak sarat masuk ke dalam tubuhku”.

Atas petunjuk Dewa Ruci, Bima masuk ke dalam tubuhnya melalui telinga kiri.

Dan tampaklah laut luas tanpa tepi, langit luas, tak tahu mana utara dan selatan, tidak tahu timur dan barat, bawah dan atas, depan dan belakang. Kemudian, terang, tampaklah Dewa Ruci, memancarkan sinar, dan diketahui lah arah, lalu matahari, nyaman rasa hati.

Ada empat macam benda yang tampak oleh Bima, yaitu hitam, merah kuning dan putih. Lalu berkatalah Dewa Ruci:”Yang pertama kau lihat cahaya, menyala tidak tahu namanya, Pancamaya itu, sesungguhnya ada di dalam hatimu, yang memimpin dirimu, maksudnya hati, disebut muka sifat, yang menuntun kepada sifat lebih, merupakan hakikat sifat itu sendiri. Lekas pulang jangan berjalan, selidikilah rupa itu jangan ragu, untuk hati tinggal, mata hati itulah, menandai pada hakikatmu, sedangkan yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih, itu adalah penghalang hati. 

Yang hitam kerjanya marah terhadap segala hal, murka, yang menghalangi dan menutupi tindakan yang baik. Yang merah menunjukkan nafsu yang baik, segala keinginan keluar dari situ, panas hati, menutupi hati yang sadar kepada kewaspadaan. Yang kuning hanya suka merusak. Sedangkan yang putih berarti nyata, hati yang tenang suci tanpa berpikiran ini dan itu, perwira dalam kedamaian. Sehingga hitam, merah dan kuning adalah penghalang pikiran dan kehendak yang abadi, persatuan Suksma Mulia.

Lalu Bima melihat, cahaya memancar berkilat, berpelangi melengkung, bentuk zat yang dicari, apakah gerangan itu ?! Menurut Dewa Ruci, itu bukan yang dicari (air suci), yang dilihat itu yang tampak berkilat cahayanya, memancar bernyala-nyala, yang menguasai segala hal, tanpa bentuk dan tanpa warna, tidak berwujud dan tidak tampak, tanpa tempat tinggal, hanya terdapat pada orang-orang yang awas, hanya berupa firasat di dunia ini, dipegang tidak dapat, adalah Pramana, yang menyatu dengan diri tetapi tidak ikut merasakan gembira dan prihatin, bertempat tinggal di tubuh, tidak ikut makan dan minum, tidak ikut merasakan sakit dan menderita, jika berpisah dari tempatnya, raga yang tinggal, badan tanpa daya. Itulah yang mampu merasakan penderitaannya, dihidupi oleh suksma, ialah yang berhak menikmati hidup, mengakui rahasia zat.

Kehidupan Pramana dihidupi oleh suksma yang menguasai segalanya, Pramana bila mati ikut lesu, namun bila hilang, kehidupan suksma ada. Sirna itulah yang ditemui, kehidupan suksma yang sesungguhnya, Pramana Anresandani.
Jika ingin mempelajari dan sudah didapatkan, jangan punya kegemaran, bersungguh-sungguh dan waspada dalam segala tingkah laku, jangan bicara gaduh, jangan bicarakan hal ini secara sembunyi-sembunyi, tapi lekaslah mengalah jika berselisih, jangan memanjakan diri, jangan lekat dengan nafsu kehidupan tapi kuasailah.

Tentang keinginan untuk mati agar tidak mengantuk dan tidak lapar, tidak mengalami hambatan dan kesulitan, tidak sakit, hanya enak dan bermanfaat, peganglah dalam pemusatan pikiran, disimpan dalam buana, keberadaannya melekat pada diri, menyatu padu dan sudah menjadi kawan akrab.
Sedangkan Suksma Sejati, ada pada diri manusia, tak dapat dipisahkan, tak berbeda dengan kedatangannya waktu dahulu, menyatu dengan kesejahteraan dunia, mendapat anugerah yang benar, persatuan manusia/kawula dan pencipta/Gusti. Manusia bagaikan wayang, Dalang yang memainkan segala gerak gerik dan berkuasa antara perpaduan kehendak, dunia merupakan panggungnya, layar yang digunakan untuk memainkan panggungnya.

Bila seseorang mempelajari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” berarti harus pula mengenal asal usul manusia dan dunia seisinya, dan haruslah dapat menguraikan tentang sejatining urip (hidup), sejatining Panembah (pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa), sampurnaning pati (kesempurnaan dalam kematian), yang secara gamblang disebut juga innalillahi wainna illaihi rojiuun, kembali ke sisi Tuhan YME dengan tata cara hidup layak untuk mencapai budi suci dan menguasai panca indera serta hawa nafsu untuk mendapatkan tuntunan Sang Guru Sejati.

Uraian tersebut dapat menjelaskan bahwa sasaran utama mengetahui “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” adalah untuk mencapai Kasampurnaning Pati, dalam istilah RNg Ronggowarsito disebut Kasidaning Parasadya atau pati prasida, bukan sekedar pati patitis atau pati pitaka. “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” seolah menjadi jalan tol menuju pati prasida.

Bagi mereka yang mengamalkan “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” dapat memetik manfaatnya berupa Pralampita atau ilham atau wangsit (wahyu) atau berupa “senjata” yang berupa rapal. Dengan rapal atau mantra orang akan memahami isi Endra Loka, yakni pintu gerbang rasa sejati, yang nilainya sama dengan sejatinya Dzat YME dan bersifat gaib. Manusia mempunyai tugas berat dalam mencari Tuhannya kemudian menyatukan diri ke dalam gelombang Dzat Yang Maha Kuasa. Ini diistilahkan sebagai wujud jumbuhing/manunggaling kawula lan Gusti, atau warangka manjing curiga. Tampak dalam kisah Dewa Ruci, pada saat bertemunya Bima dengan Dewa Ruci sebagai lambang Tuhan YME. Saat itu pula Bima menemukan segala sesuatu di dalam dirinya sendiri.

Itulah inti sari dari “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” sebagai Pungkas-pungkasaning Kawruh. Artinya, ujung dari segala ilmu pengetahuan atau tingkat setinggi-tingginya ilmu yang dapat dicapai oleh manusia atau seorang sufi. Karena ilmu yang diperoleh dari makrifat ini lebih tinggi mutunya dari pada ilmu pengetahuan yang dapat dicapai dengan akal.

Dalam dunia pewayangan lakon “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu” dimaksudkan untuk lambang membabarkan wejangan sedulur papat lima pancer. Yang menjadi tokoh atau pelaku utama dalam lakon ini adalah sbb;

Begawan Wisrawa menjadi lambang guru yang memberi wejangan ngelmu Sastrajendra kepada Dewi Sukesi. Ramawijaya sebagai penjelmaan Wisnu  (Kayun; Yang Hidup), yang memberi pengaruh kebaikan terhadap Gunawan Wibisono (nafsul mutmainah), Keduanya sebagai lambang dari wujud jiwa dan sukma yang disebut Pancer. Karena wejangan yang diberikan oleh Begawan Wisrawa kepada Dewi Sukesi ini bersifat sakral yang tidak semua orang boleh menerima, maka akhirnya mendapat kutukan Dewa kepada anak-anaknya.

 

  1. Dasamuka (raksasa) yang mempunyai perangai jahat, bengis, angkara murka, sebagai simbol dari nafsu amarah.
  2. Kumbakarna (raksasa) yang mempunyai karakter raksasa yakni bodoh, tetapi setia, namun memiliki sifat pemarah. Karakter kesetiannya membawanya pada watak kesatria yang tidak setuju dengan sifat kakaknya Dasamuka. Kumbakarno menjadi lambang dari nafsu lauwamah.
  3. Sarpokenoko (raksasa setengah manusia) memiliki karakter suka pada segala sesuatu yang enak-enak, rasa benar yang sangat besar, tetapi ia sakti dan suka bertapa. Ia menjadi simbol nafsu supiyah.
  4. Gunawan Wibisono (manusia seutuhnya); sebagai anak bungsu yang mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan semua kakaknya. Dia meninggalkan saudara-saudaranya yang dia anggap salah dan mengabdi kepada Romo untuk membela kebenaran. Ia menjadi perlambang dari nafsul mutmainah.

 

Gambaran ilmu ini adalah mampu merubah raksasa menjadi manusia. Dalam pewayangan, raksasa digambarkan sebagai mahluk yang tidak sesempurna manusia. Misal kisah prabu Salya yang malu karena memiliki ayah mertua seorang raksasa. Raden Sumantri atau dikenal dengan nama Patih Suwanda memiliki adik raksasa bajang bernama Sukrasana. Dewi Arimbi, istri Werkudara harus dirias sedemikian rupa oleh Dewi Kunti agar Werkudara mau menerima menjadi isterinya. Betari Uma disumpah menjadi raksesi oleh Betara Guru saat menolak melakukan perbuatan kurang sopan dengan Dewi Uma pada waktu yang tidak tepat. Anak hasil hubungan Betari Uma dengan Betara Guru lahir sebagai raksasa sakti mandra guna dengan nama “ Betara Kala “ (kala berarti keburukan atau kejahatan). Sedangkan Betari Uma kemudian bergelar Betari Durga menjadi pengayom kejahatan dan kenistaan di muka bumi memiliki tempat tersendiri yang disebut “ Kayangan Setragandamayit “. Wujud Betari Durga adalah raseksi yang memiliki taring dan gemar membantu terwujudnya kejahatan.

Melalui ilmu Sastrajendra maka simbol sifat sifat keburukan raksasa yang masih dimiliki manusia akan menjadi dirubah menjadi sifat sifat manusia yang berbudi luhur. Karena melalui sifat manusia ini kesempurnaan akal budi dan daya keruhanian mahluk ciptaan Tuhan diwujudkan. Dalam kitab suci disebutkan bahwa manusia adalah ciptaan paling sempurna. Bahkan ada disebutkan, Tuhan menciptakan manusia berdasar gambaran dzat-Nya. Filosof Timur Tengah Al Ghazali menyebutkan bahwa manusia seperti Tuhan kecil sehingga Tuhan sendiri memerintahkan para malaikat untuk bersujud. Sekalipun manusia terbuat dari dzat hara berbeda dengan jin atau malaikat yang diciptakan dari unsur api dan cahaya. Namun manusia memiliki sifat sifat yang mampu menjadi “ khalifah “ (wakil Tuhan di dunia).

Namun ilmu ini oleh para dewata hanya dipercayakan kepada Wisrawa seorang satria berwatak wiku yang tergolong kaum cerdik pandai dan sakti mandraguna untuk mendapat anugerah rahasia Serat Sastrajendrahayuningrat  Diyu.
Ketekunan, ketulusan dan kesabaran Begawan Wisrawa menarik perhatian dewata sehingga memberikan amanah untuk menyebarkan manfaat ajaran tersebut. Sifat ketekunan Wisrawa, keihlasan, kemampuan membaca makna di balik sesuatu yang lahir dan kegemaran berbagi ilmu. Sebelum “ madeg pandita “ ( menjadi wiku ) Wisrawa telah lengser keprabon menyerahkan tahta kerajaaan kepada sang putra Prabu Danaraja. Sejak itu sang wiku gemar bertapa mengurai kebijaksanaan dan memperbanyak ibadah menahan nafsu duniawi untuk memperoleh kelezatan ukhrawi nantinya. Kebiasaan ini membuat sang wiku tidak saja dicintai sesama namun juga para dewata.

Sifat Manusia Terpilih

Sebelum memutuskan siapa manusia yang berhak menerima anugerah Sastra Jendra, para dewata bertanya pada sang Betara Guru. “ Duh, sang Betara agung, siapa yang akan menerima Sastra Jendra, kalau boleh kami mengetahuinya. “Bethara guru menjawab “ Pilihanku adalah anak kita Wisrawa “. Serentak para dewata bertanya “ Apakah paduka tidak mengetahui akan terjadi bencana bila diserahkan pada manusia yang tidak mampu mengendalikannya. Bukankah sudah banyak kejadian yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua”
Kemudian sebagian dewata berkata “ Kenapa tidak diturunkan kepada kita saja yang lebih mulia dibanding manusia “.

Seolah menegur para dewata sang Betara Guru menjawab “Hee para dewata, akupun mengetahui hal itu, namun sudah menjadi takdir Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa ilmu rahasia hidup justru diserahkan pada manusia. Bukankah tertulis dalam kitab suci, bahwa malaikat mempertanyakan pada Tuhan mengapa manusia yang dijadikan khalifah padahal mereka ini suka menumpahkan darah“. Serentak para dewata menunduk malu “ Paduka lebih mengetahui apa yang tidak kami ketahui”. Kemudian, Betara Guru turun ke mayapada didampingi Betara Narada memberikan Serat Sastra Jendra kepada Begawan Wisrawa.

“ Duh anak Begawan Wisrawa, ketahuilah bahwa para dewata memutuskan memberi amanah Serat Sastra Jendra kepadamu untuk diajarkan kepada umat manusia”
Mendengar hal itu, menangislah Sang Begawan “ Ampun, sang Betara agung, bagaimana mungkin saya yang hina dan lemah ini mampu menerima anugerah ini “.
Betara Narada mengatakan “ Anak Begawan Wisrawa, sifat ilmu ada 2 (dua). Pertama, harus diamalkan dengan niat tulus. Kedua, ilmu memiliki sifat menjaga dan menjunjung martabat manusia. Ketiga, jangan melihat baik buruk penampilan semata karena terkadang yang baik nampak buruk dan yang buruk kelihatan sebagai sesuatu yang baik. “ Selesai menurunkan ilmu tersebut, kedua dewata kembali ke kayangan.
Setelah menerima anugerah Sastrajendra maka sejak saat itu berbondong bondong seluruh satria, pendeta, cerdik pandai mendatangi beliau untuk minta diberi wejangan ajaran tersebut. Mereka berebut mendatangi pertapaan Begawan Wisrawa melamar menjadi cantrik untuk mendapat sedikit ilmu Sastra Jendra. Tidak sedikit yang pulang dengan kecewa karena tidak mampu memperoleh ajaran yang tidak sembarang orang mampu menerimanya. Para wiku, sarjana, satria harus menerima kenyataan bahwa hanya orang-orang yang siap dan terpilih mampu menerima ajarannya.

        Demikian lah pemaparan tentang puncak ilmu kejawen yang adiluhung, tidak bersifat primordial, tetapi bersifat universal, berlaku bagi seluruh umat manusia di muka bumi, manusia sebagai mahluk ciptaan Gusti Kang Maha Wisesa, Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang Maha Tunggal. Janganlah terjebak pada simbol-simbol atau istilah yang digunakan dalam tulisan ini. Namun ambilah hikmah, hakikat, nilai yang bersifat metafisis dan universe dari ajaran-ajaran di atas. Semoga bermanfaat.

 

Semoga para pembaca yang budiman diantara orang-orang yang terpilih dan pinilih untuk meraih ilmu sejatinya hidup.

 

Salam

Sabdalangit

 

 

About SABDå

gentleman, Indonesia Raya

Posted on Oktober 12, 2008, in Puncak Ilmu Kejawen and tagged , , , . Bookmark the permalink. 292 Komentar.

  1. kulonuwun Ki Sabdo, kawulo Kejawen Sejati bade nyuwon semerep, punopo tiyang jawi meniko mboten gadah referensi sejarah ingkang asli saking Jawi piyambak ? ingkang mboten terkait kaleh kepercayaan sanesipun semisal ( Hindu,Bhuda,Islam,dll) kawulo kepengen sanget nyemurupi artikel ingkang nyariosaken sejarah/pitutur Kawruh Budi poro leluhur tanah Jawi puniko ingkang mboten ngembet kepercayaan sanesipun, amargi menawi tasih ngembet kepercayaan sanes, ndadosaken kepercayaan sanes meniko rumaos jumowo. nyuwon tanggapanipun. mugi rahayu.

  2. Assalamualaikum,,,,wr wb
    Mas/Pak/Ki Sabdo yg sya hormati,sya ingin minta bantuan panjenengan utk memecahkn teka teki sya,awal cerita sya prnh bermimpi d’tuntun seorang putri raja yg kemudian sya d’suruh duduk d’kursi raja dn d’pakaikan mahkota di dandan sprti raja,dan orang2 trdekat sya pun sma sering d’impikan sya duduk d’kursi keraton,,,
    Jujur,majapahit sangat melekat d’hati sya dn sya pun memiliki pusaka2 majapahit salah satu’a keris singo barong yg d’berikan langsung dri pelatih sya,beliau bilang ini jatah kamu
    …sya haya ingin minta bantuan’a,tolong cari taukn silsilah sya agar sya tdk ragu,,,

  3. Ketika sunan bonang menurunkan ilmu kepada sunan kalijaga.. ilmu yang sangat rahasia.. bonang memilih tempat di tengah laut.. memilih tempat yg sepi bukan tanpa dasar. Bonang memilih di tengah laut karena apabila dilakukan di tempat umum. Takutnya apabila ada orang awam mendengar atau tau takutnya menjadi sebuah salah paham dan fitnah.. ketika sedang menurunkan ilmunya di tengah laut mereka naik perahu.. perahunya bocor .. dan di tambal pakai tanah.. dan ternyata tanah itu ada cacingnya.. ternyata cacing itu (seh siti jenar). Otomatis siti jenar tau ilmu itu.. karna seh siti jenar orangnya polos jadi menerima apa mentah mentah.. alhasil menimbulkan banyak konflik.. hebatnya kalijaga beliau bisa membungkusnya dengan rapi.. sehingga bisa dit terima oleh orang awam.
    Ilmu yang rahasia itu.. sastro jendro.
    Artikel di atas sangat bagus.. dan benar.. tp papan lan panggonan kurang tepat..

  4. Blm tentu cerita itu benar.

  5. Blm tentu cerita itu benar, adalah benar. Sejarah yg ditulis oleh para Pujangga dan Ahli sejarah juga blm tentu benar, apalagi cuma cerita. Yang mempercayai cerita tanpa membuktikan kebenarannya yang nyata, perlu dikasihani dan dibantu utk mendapatkan pencerahan, jangan dijerumuskan dengan cerita dari koran bungkus terasi.

  6. BENAR BLOG INI..!!! HANYA GOBLOQ GOBLOG YG TIDAK MEMBENARKAN BLOG SABDALANGIT INI..!!! RAHMATAN LIL A’LAMIN..!!! SALAM SABDA ABADI..!!!

  7. KITA BUKAN TUHAN.. TAPI KITA ADALAH RUH NYA TUHAN DAN BUKAN ROH NYA HANTU SETAN YG SUKA BERMUSOH MUSUHAN..!!! SALAM DAMAI..!!!

  8. Pemegang Gelar Pendekar Pasrah

    awokawokawokawok

  9. toekang ngapus komen

    puncak dari ilmu kejawen,kabudhan.kajepang.kajepit,etc adalah nonton bareng reality show 4 D buah karya terbesar sang wiku begawan resi Sabdodemit ehh Sabdolangitt nyang paleng gokilll abisss
    ihikihik

  10. Suka & tidak suka ttg cerita diatas adalah wajar pro & kontra sdh biasa itulah sifat manusia, tetapi kalau sudah mecela yg punya blog ini, itu namanya kurang ajar perlu belajar lagi, ibaratnya anda semua ini (termasuk saya) adalah tamu wajib hukumnya menghargai tuan rumah bukannya malah marah-marah sok pintar, sok suci merasa paling benar sendiri kalau ga suka jangan masuk ke blog ini bikin sampah dirumah orang. Agama / keyakinan : yang benar tentunya membuat suasana nyaman, damai, bahagia, tapi kalau sebaliknya sedikit-dikit marah, haram, kafir, demo, bakar, ngbom,,,,,, dasar onta sumbu pendek.

  11. emang namanyah belon sampee..di omong-omongin ngantek ndowerr yo tetep ae durung gaduk kuping..alias masi imut-imut..
    jiahahaha
    semprul tenan bule
    beeehhhh

  12. @Pendekar Pasrah,@Bintang Palsoe:anda memang jago nulis-nulis nyang premis-premis samar penuh imajinasi fiktif.Tempat anda kasi komen-komen sungguh amat sangat keliru disiniy tempatna.Anda harusna bikin tempat sekelas Taman B.e.r.m.a.e.n Tasawuf Usia Dini.
    Disini tempat para sepuh nyang udah kasyif,tahu pasti apa nyang kan terjadiy,sana boyong skalian ama Tuhan-Tuhan loe sonoh.
    Salam JP!
    (from mbah hk/hidden knight)

  13. Sodara Donal Bebek yth,terimakasih atas penjelasan singkat tuan yang jelas gamblang lugas tanpa tedeng aling aling dan dapat dipahami oleh semua bahasa makhluk Tuhan. Baik manusia ataupun binatang sekalipun itu binatang didalam sangkar kurungan walhasil hanya bisa teriak teriak didalam kurungan lalu mengumpati Tuhannya katanya Tuhan itu pelit tidak adil dan seterusnya dan sebagainya. jika itu yang anda maksud maka beruntunglah sodara jika masih menganggap makhluk Tuhan sebab Tuhan anda termasuk golongan Tuhan yang suka ugal-ugalan maka dari itu jika Tuhan Dan Sesama Tuhan saling berebut makhluk maka gantian manusia yang menjaga dan mengatur alam semesta .
    Terimakasih semoga penjelasan hamba Tuhan ini dapat dijadikan pegangan tentu selagi anda masih hidup di web ini tentunya sebab beda kurungan beda pula komen nya.
    Salam.

  14. “Adem ati
    sungguh mudah kehidupan jika tidak memaksakan kehendak pada keadaan..tidak tergoda bunga dunia..hanya mengikuti aliran takdir seperti air meniti sungai..awan menunggang angin..
    sungguh sengsara kehidupan jika tergoda bunga dunia..memeluk mimpi dan memperkosa fakta..
    siap memangku : suka duka_sehat luka_tangis tawa_hidup maupun mati berarti siap memangku kehidupan dengan utuh sepenuhnya…sebab kekosongan adalah isi yg berguna..air mata adalah tawa..kehinaan adalah mulia..kematian adalah kehidupan..kehidupan adalah pelajaran..hingga mampu mempelajari/menyerap pelajaran demi kesucian dan kesempurnaan..

  15. Dear “Adem ati” justru pilihan anda adalah pilhan yang paling sulit dan mbahnya rumit, kecuali anda sudah mampu “mateni Bisma”. Salam sukses menjalaninya.

  16. jiahahag
    pada pernah kesonoh ?
    belum ?
    achhhh

  17. Raja Iblis sudah lama diusir dari Kahyangan oleh Ramanya
    Semua barang dibakar habis sampai jadi abu lalu debu
    Maka tamatlah riwayatmu

  18. widhiiiiihhhhh
    padah kumingsoen semuwaa
    emang padah rebutan pa an sii
    nyang masi pada kegelapan senantiasa merindukan terbitnya terang
    nyang baru ngintip dikit udah nyerocos kowar kowar nggak karuwan
    nyang udah bs nylendep nylendep malah kebablasan keasyikan
    lalu gimana guwe bs laerrr
    bego

  19. oo begitu ya kesimpulan sastro jendra wahyu ningrat pangruwatin dinyu..
    intinya adalah melawan mengendalikan hawa nafsu
    jangan sampai keserakahan kemunafikan kebejadan moral mengendalikan diri
    untuk menuju kesadaran diri
    memang kudu belajar mengkaji diri
    lalu mengkaji rasa sehingga rahsa sejati mawujud
    ..
    bagaimana guru sejati sedulur gede diri bisa muncul menyeruak melewati batas warna ?
    adalah dengan senantiasa belajar membersihkan hati,,fikiran perbuatan dan tingkah polah.
    manusia memang makhluk sempurna karena keberadaan lengkapnya anasir itu,,tetapi tidak mungkin ada manusia yang benar benar sempurna..
    karena segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik walaupun hal itu baik
    ..siapakah dan apakah tujuan dari mengkaji diri
    adalah mampu mengendalikan diri
    sehingga muncul rasa dan penyatuan diri terhadap Tuhan yme beserta seluruh makhlukNYA…
    IA bersemanyam dalam diri kita
    Ia tidak terikat ruang dan waktu
    itulah ruhul khudus
    ruh yang suci
    selapis berada di dalam lapisan warna manusia
    ,,,karena ia tertutupi warna warna itu
    maka kajian mengenal sejatining diri untuk mengenal sejatining urip seperti salah satunya mempelajari sastra jendra atau bermakrifat adalah menjadi suatu keharusan manusia
    sehingga mereka kita mampu membuka gerbang
    cahaya tuhan yang bersemayam dalam diri kita
    yang selama ini diselimuti anasir warna kodrat manusia…
    sang zat tuhan yang tertanam kokoh dalam inti ruh manusia
    tidak terikat ruang dan waktu
    sehingga benar kata sang pencari cahaya
    melihat manusia lain dan alam lain sesungguhnya kita melihat perwujudan Tuhan itu sendiri..
    kita tersenyum pada seseorang sesungguhnya kikta tersenyum pada Tuhan kita sendiri
    yang sejatinya seluruh makhluk dialam jagad raya ini sesungguhnya memiliki energi ikatan yang sama dalam nama Dzat Tuhan yang satu….

    eling tan pangling ingkang kagungan urip
    sehingga menyeruak sang ruhul khudus guru sejati
    sehingga makna adiluhung manusia tercipta
    cakra 12
    cakra ter inti sesungguhnya ada dalam inti ruhmu…
    ….

  20. teorik mulukkk,,,
    bosenn,,,
    xixixi

  21. ga usah dibaca…repot endasmu nak..

  22. ELOE PADAH MAW SABUKAN TEBU NGGAK ?!
    ENGGAK KHAN
    nah gwe milih menjadi brahmana sj dah

  23. Anak bajang menggiring angin
    Karya sindunata

  24. ~`|•√π÷×{} £¢€°^_[]™®©¶\
    =-..

  25. pencerahan yang luar biasa ,terima kasih Mas

  26. Kl bukan orang Jawa GK bakal mudeng
    Apa LG Jawa ikut2 an
    Kabeh kui apik,…sejarah jg apik
    Ada benar ya jg ada salah nya GK semua benar 100%
    Yg jelas Babakan mati
    Ada 4
    Nasap
    Nusup
    Nitis
    Kasampurnan

  27. Kl bukan orang Jawa GK bakal mudeng
    Apa LG Jawa ikut2 an
    Kabeh kui apik,…sejarah jg apik
    Ada benar ya jg ada salah nya GK semua benar 100%
    Yg jelas Babakan mati
    Ada 4
    Nasap
    Nusup
    Nitis
    Kasampurnan

    • Setahu saya Sastra Jendro bukanlah ilmu tapi hanya sebuah kitab catatan harian manusia masing2, yang harus ditemukan oleh masing2 dan dibaca serta dipahami, lantas dilaksanakan. Kalo itu dianggap ilmu ya…. silahkan

Tinggalkan Balasan ke Ngglosor Madhep Wetan Batalkan balasan