Category Archives: JAVANESE TRADITION

Selamat Datang Sura Binuka

Bulan Sura kali ini adalah Sura Binuka jatuh pada 1 Sura hari Kemis Pon tahun 1954 tahun Jimakir. Kamis Pon mempunyai jumlah neptu 15 dalam hitungan Saptawara (jumlah hari berdasarkan sistem penanggalan Masehi) dan Pancawara (jumlah hari dalam penanggalan Jawa) maka hitungannya jatuh pati. Sedangkan tahun 1954 dalam hitungan siklus windu atau 8 tahunan, jatuhnya pada tahun Jimakir atau Wasana artinya suwung (kosong). Bulan sura kali ini bertepatan juga dengan kalender Hijriyah 1 Muharam 1442 H. Biasanya sistem penanggalan Jawa terdapat selisih 1 atau 2 hari dengan sistem penanggalan Hijriyah. Namun demikian sistem kalender Jawa usianya sudah lebih tua selama 512 tahun jika dibandingkan dengan kalender Hijriyah. Artinya pada saat kalender Hijriyah mulai dibuat, saat itu sistem kalender Jawa sudah mencatat waktu selama 512 tahun.

Sura Binuka, seperti siklus bulan Sura sebelumnya, kita kenal antara lain dengan istilah Sura Duraka, Sura Moncer, Sura WIradat. Masing-masing mempunya makna secara khusus yang menggambarkan bagaimana keadaan yang akan terjadi selama kurun waktu satu tahun ke depan di mulai sejak tanggal 1 Sura. Misalnya tahun 2019 lalu, bulan Sura dimulai pada 1 September 2019 neptu Minggu Wage jumlah 9 atau jatuhnya sakit, tahun Wawu. Artinya selama setahun ke depan yang dimulai pada tanggal 1 September 2019 memasuki fase kelara-lara, banyak penyakit dan tahun wawu sendiri mempunyai karakter kering banyak debu atau banyak abu akibat dari letusan-letusan gunung api. Seperti kita sudah saksikan sendiri, memang selama fase Sura Wiradat jatuh sakit dan tahun wawu, banyak terjadi gunung api meletus disertai dengan akeh lelara atau banyak penyakit tentu saja seperti kita saksikan sendiri dengan adanya wabah penyakit.

Nah, bulan Sura yang akan datang merupakan Sura Binuka, artinya terbuka. Apanya yang terbuka ? Dalam pandangan mata batin saya, yang terbuka meliputi berbagai sektor kehidupan. Di antaranya adalah sektor ekonomi, sektor sosial dan budaya, bahkan sektor spiritual masyarakat. Itu artinya akan ada perubahan besar pada tatanan kehidupan manusia. Bukan saja terjadi pada lingkup Nusantara namun juga meliputi masyarakat seluruh dunia. Perubahan besar ini secara ekstrim dapat disebut sebagai era wolak-waliking zaman. Zaman yang akan serba terbalik. Namun demikian terbaliknya zaman ini bukan dari sesuatu yang baik menjadi kehancuran atau kejahatan. Saya melihat yang akan terjadi justru sebaliknya. Yakni fase zaman edan atau zaman kegelapan seperti yang saat ini masih berlangsung yang akan berangsur sirna. Selanjutnya akan berganti denga fase menuju pada zaman pencerahan. Kita melihat bagaimana sepak terjang zaman edan selama ini, di mana kebenaran dianggap kesesatan, kegelapan dianggap cahaya petunjuk, kencono katon wingko atau emas dianggap pecahan genteng atau sesuatu yang tidak ada harganya. Masih sebagai tanda-tanda zaman edan di mana para penjahat disangka sebagai orang suci, tuhan yang sesungguhnay dianggap berhala, sedangkan berhala justru dianggap tuhan sejati. Sumber-sumber kebenaran justru dianggap sebagai kesesatan. Tuan rumah dianggap tamu, sedangkan tamu malah menjadi penjarah tuan rumahnya. Banyak orang mengidap mental 3G (golek benere dewe, golek menange dewe, golek butuhe dewe). Banyak orang saling berebut mau menangnya sendiri, banyak orang mau benarnya sendiri, serta egoisme oportunisme menjadi prinsip dasar dalam menjali kehidupan sehari-hari. Akibatnya, suasana tatanan kehidupan manusia menjadi sangat runyam. Perang atas nama kebenaran menurut kelompok dan golongan terjadi di mana-mana, kerusakan alam begitu masif dan merajalela, kebinasaan manusia sekala besar terjadi oleh karena sebab-sebab yang sangat konyol.
Namun memasuki era Sura Binuka, artinya kekuatan alam melakukan koreksi dalam sekala besar atas kekeliruan bangsa manusia dalam memandang kehidupan ini. Sehingga Sura Binuka merupakan babak baru, dimulainya zaman pencerahan Nusantara maupun dunia. Sesuatu yang tadinya dianggap tidak mungkin terjadi, namun ternyata benar-benar terjadi. Dalam serat Jongko Joyoboyo dikiaskan dalam bentuk kalimat kumambange watu item, sileme prahu gabus.

Sura Binuka Neptu Jatuh Pati
Itulah secercah harapan yang akan dan sedang terjadi dalam tatanan kehidupan bangsa manusia, di Nusantara maupun dunia. Namun demikian, saya himbau kepada seluruh pemirsa yang budiman, yang kebetulan menonton video atau membaca konten ini jangan sampai lengah. Karena untuk mencapai fase itu, ada perjuangan berat, yang bisa diumpamakan antara hidup atau mati, mati atau mukti. Perjuangan antara hidup dan mati, antara mati atau mukti, termasuk pada saat ini warga dunia termasuk Indonesia sedang melewati masa pandemi atau pagebluk. Meskipun pagebluk kali ini tidak seganas pagebluk yang pernah terjadi melanda dunia misalnya wabah black dead, flu spanyol, yang telah membunuh antara 50 juta hingga 500 juta umat manusia penduduk planet bumi, atau pagebluk penyakit pes yang pernah terjadi di awal abad 19 melanda Nusantara. Saking ganasnya pagebluk hingga dikiaskan isuk lara sore mati, sore lara isuk mati. Namun pagebluk kali ini meskipun tidak seganas pagebluk zaman dahulu, ada hal yang tak kalah mematikan yakni matinya sektor ekonomi dunia. Sehingga dunia saat ini terancam mengalami resesi ekonomi. Selain pagebluk, kita harus mewaspadai fator gejolak alam yang sangat potensial akan terjadi mulai dari letusan gunung api, gempa bumi, banjir, angin dan lainnya. Selain resiko secara langsung, berbagai fenomena di atas juga dapat menimbulkan efek sekunder berupa penyakit, kemiskinan dan kelaparan. Ujung-ujungnya juga berupa kematian secara perlahan.
Di sini saya hanya akan menyampaikan bahwa, meskipun secercah harapan baik sudah mulai muncul, namun perjuangan belum selesai. Justru kewaspadaan harus ditingkatkan agar kita semua mampu melewati segala resiko terburuk berupa kematian seperti tersirat dalam karakter Sura Binuka tibo pati.

Bagaimana Cara Menghindari Resiko Sura Binuka Tiba Pati
Untuk meminimalisir segala resiko dan sebaliknya dapat meraih kesuksesan dan kemuliaan hidup, hendaklah kita selalu eling dan waspada. Jangan mengumbar nafsu angkara murka baik dalam bentuk tindakan maupun ucapan yang dilakukan dalam dunia nyata maupun dunia maya. Tibo pati atu jatuhnya pati atau kepati-pati artinya hidup dalam penderitaan yang berat hingga tertimpa kematian. Itu bukanlah harga mati. Saya ulangi lagi, hidup terlunta hingga kebinasaan itu bukanlah harga mati, melainkan sesuatu yang bisa kita hindari dengan cara sikap eling dan waspada. Perbanyaklah berdharma, tebarkan rasa welas asih kepada seluruh makhluk hidup, rapatkan diri Anda kepada leluhur.
Kemudian bukalah pikiran dan wawasan Anda seluas-luasnya. Bukalah mata, bukalah hati, jelajahilah ilmu pengetahuan seluas jagad raya ini agar mengetahu apa sejatinya hidup ini. Buanglah pola pikir puritan, pola pikir primordial, pola pikir yang dipenuhi fanatisme dan sentimen SARA. Karena pola pikir demikian itu hanya akan menjadi penjara yang mengurung kesadaran spiritual Anda. jika Anda terus memeliharanya, maka Anda akan menjalani hidup ini seperti di dalam goa. Anda menyangka semua yang ada di dalam goa itulah sejatinya hidup. Pada saat Anda berhasil keluar goa, betapa kagetnya menerima kenyataan bahwa sesungguhnya hidup ini jauh lebih indah dari yang anda sangka dan duga sebelumnya.

Tahun 1954 Jimakir atau Wasana (Kosong)
Untuk memaknai Bulan Sura yang jatuhnya pada siklus Windu Jimakir ini, saya melihat dari makna Jimakir itu sendiri yang artinya Wasana atau kosong. Apanya yang kosong ? Dalam padangan spiritual saya kosong ini saya artikan sebagai makna kekosongan atau suwung atau tidak ada apa-apa. Namun dalam spiritual Jawa, justru sajroning suwung itu kita dapat menemukan kesejatian hidup. Hal ini sebagaimana dalam konteks meditasi atau olah semedi cara Jawa yang berdasarkan prinsip duwe rasa ora duwe rasa duwe. Atau punya rasa, tidak punya rasa punya. Dalam makna yang lebih dalam lagi, artinya tidak berbeda dengan babahan hawa sanga, atau kosongkan sembilan lubang hawa nafsu. Kendalikan dan hanya berikan porsi yang proporsional, artinya Anda memenuhi suatu keinginan dan kebutuhan secara proporsional atau tidak berlebihan. Dalam falsafah Jawa ditamsilkan dengan kalimat “ngono yo ngono ning ojo ngono”. Jangan melebihi porsi yang seharusnya, karena justru akan menumbangkan pola keseimbangan hidup. Artinya Anda justru akan merusak tata hukum keseimbangan alam. Makan, minum, sex, hiburan lainnya jangan lah dilakukan secara berlebihan, karena akan merusak diri Anda. Seperti halnya yang terjadi dengan dunia saat ini. Kekuatan alam sedang memaksa umat manusia apapun suka bangsa dan agamanya untuk mengosongkan diri. Untuk refleksi dan evaluasi diri kekeliruan apa yang telah dilakukan selama ini. Manusia dipaksa oleh wabah, agar menyadari apa sesungguhnya ritual agama, bagaimana sesungguh berdarma atau beramal kebaikan itu dilakukan. Hanya orang-orang yang eling dan waspada, serta berhasil memahami Wasana atau kekosongan ini yang akan berhasil meminimalisir resiko Sura Binuka Tibo Pati, dan kemudian meraih anugerah yang agung.
Demikian dapat yang saya sampaikan kepada para pembaca yang budiman

Rahayu sagung titah dumadi, jaya-jaya wijayanti

Read the rest of this entry

Bubur Sengkala Di Saat Berlangsungnya Pagebluk

Kamis Pahing 16 April 2020
Dawuh Kanjeng Ratu Kidul, untuk membuat bubur sengkala. Antara malam ini 16 April 2020 dan atau sebelum tanggal 21 April. Kanjeng Ratu Kidul adalah entitas bidadari yang menjadi ratu (beliau bukan bangsa jin), beliau mempunyai tugas atau peran yakni ikut serta menjaga tata keseimbangan alam khsususnya di wilayah Jawa dan Nusantara pada umumnya.
Dawuh atau perintah tersebut kemudian diperjelas dan dipertegas oleh Nyi Ageng Nis. Nyi Ageng Nis adalah garwa Ki Ageng Nis. Atau Ibu dari Ki Ageng Pemanahan, atau Eyang Putri Kanjeng Panembahan Senopati.
Perintah supaya membuat bubur sengkala. Cara membuatya pun sederhana sekali. Bubur putih (dengan ditambahkan santan kelapa) dan bubur merah selain santan kelapa ditambahkan juga gula merah atau gula jawa. Keduanya ditambahkan sedikit garam. Kemudian disajikan seperti dalam gambar.
Bubur sengkala ini tujuannya adalah ;

Read the rest of this entry

SELAMAT DATANG SURA WIRADAT

Sugeng Warsa Enggal Tahun 1 Suro 1953 Taun Wawu

Bubur Suran

Bubur Suran

Bulan Sura tahun 1953 wawu ini secara kebetulan siklusnya berbarengan dengan tahun baru Hijriyah (1441 H), yakni tanggal 1 September 2019, neptu Minggu Wage (jumlah 9 jatuhnya lara atau sakit).
Seperti biasa, Ki Ageng Mangir Selalu memberikan petunjuk setiap datangnya bulan Sura. Kali ini, bulan Sura-nya adalah Sura Wiradat. Sekalipun bulan Sura tahun ini secara kodrat jatuh pada Minggu Wage, jika dihitung neptu hari jatuhnya kelara-lara atau (sakit/sakit-sakitan) tetapi semua itu masih diberikan kesempatan besar bagi siapapun untuk mewiradat, yakni memohon dispensasi atau keringanan, bahkan merubah kodrat yang kurang baik menjadi baik, atau yang berat menjadi ringan.

Tiba Lara & Tahun Wawu
Sura dengan neptu tiba lara, yang dimulai pada 1 September 2019, masih banyak orang yang akan merasakan kelara-lara. Kelara-lara hatinya, perasaannya atau fisiknya. Sedangkan Tahun Wawu, artinya tahun yang banyak abu. Abu bisa disebabkan oleh dua hal. Yakni karena kekeringan atau kemarau panjang. Atau disebabkan oleh banyaknya gunung api yang meletus. Tahun 1953 warsa wawu ini, bisa jadi Gunung Merapi dan Gunung Agung meletus dalam waktu yang hampir bersamaan. Tetapi saya yakin letusannya tidak akan sangat dahsyat seperti letusan Merapi pada tahun 2010 atau letusan Gunung Agung tahun 1963. Karena saya menyaksikan sendiri banyak leluhur bersama para Dewa Jawata sering melakukan ritual di Gunung Agung dan Gunung Merapi. Sehingga Gunung Agung yang sempat berada pada status awas, sebelum berakhir dengan letusan besar seperti perhitungan ilmiah, yang terjadi justru sebaliknya status Gunung Agung makin menurun hingga ke level II (waspada) dan berubah menjadi letusan sporadik, terjadi secara berkala namun dengan skala letusan yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Begitupun dengan Gunung Merapi yang tadinya Desember 2018 dapat meletus dahsyat sekali setelah siklus 4-5 tahunan nihil letusan. Terhitung sudah satu tahun lebih, hingga saat ini Merapi berada pada status level II atau Waspada (note ; level I aktif normal, level II waspada, level III siaga, level IV awas). Namun Merapi selalu mengeluarkan lelehan lava pijar dengan intensitas guguran lava pijar yang cukup, sehingga jika suatu waktu benar-benar meletus, kemungkinan besar tidak akan seperti letusan Merapi tahun 2010.

Bagaimana Cara Mewiradat Sura Kelara-Lara ?

(lebih…)

Malam Satu Sura 2018

Sura Pinunjul

Pada Rabu Kliwon 12 September 2018 akan memasuki fase Sura Pinunjul. Punjul artinya lebih, pinunjul artinya banyak kelebihannya. Tapi jatuhnya pada hari Rabu (7) Kliwon (8) dengan jumlah Neptu 15 yang berarti tibo pati. Sejauh yang bisa saya lihat, tahun 2018-2019 akan diwarnai pertaruhan dan pertarungan antara hidup dan mati, pada aras kehidupan pribadi orang per orang maupun dunia politik. Ada dua pilihan, mau memilih mukti atau memilih mati. Mukti memiliki makna sebagai suatu kehormatan, kemuliaan, kesuksesan, keselamatan dan kesejahteraan. Mati sebagai bentuk kiasan dari nasib buruk, kegagalan, celaka, kesengsaraan, bahkan benar-benar kematian secara fisik.

Read the rest of this entry

Daya Kekuatan Sedulur Papat

Jumpa lagi sedulur para pemirsa sabdalangit.wordpress.com dan SuryaKKS YT Channel yg budiman di seluruh Nusantara bahkan di manapun Anda berada, salam sejahtera, salam kebajikan, salam karaharjan, om swastiastu namo budaya. Karahayon, katentreman mugi kajiwa kasira dumateng kula panjenengan sedaya.
Semoga kita semua dalam keadaan sehat bregas waras, ayom ayem tentrem, lancar rejekinya, tansah pinaringan sih wilasa saking ngersaning Gusti Maha Agung…

Para pemirsa yg budiman…di dalam diri kita ini secara inheren dan merupakan bawaan lahir terdapat suatu kekuatan yang sifatnya alami. Kekuatan atau daya itu bersumber dari sedulur papat atau kekuatan yang berasal dari 4 elemen yang ada dalam tubuh kita. Yakni elemen air, api, tanah dan udara. Nah..uniknya..daya kekuatan yang berasal dari “sedulur papat” mempunyai semacam spesifikasi sumber daya untuk mwnarik atau mendapatkan rejeki, sandang dan pangan.
Daya kekuatan “sedulur papat keblat” inilah yang turut andil besar membuka dan menarik jalannya rejeki.
Langsung saja kita pada pokok pembahasan tentang bagaimana Pemberdayaan Kekuatan SeduIur Papat Keblat.
Untuk itu, penting kiranya kita membahas teknik empowerment kekuatan “sedulur papat keblat”. Sebagai sarana untuk mendayagunakan kekuatan “sedulur papat keblat”. Dalam tradisi Jawa ada banyak cara atau teknik ritual bagaimana caranya mendayagunakan atau mengefektifkan keluatan sedulur papat keblat ini. Setidaknya ada dua cara ritual yakni dengan melakukan sesirik atau mencegah melakukan suatu hal yang dinilai sebagai upaya menahan hawa nafsu dan teknik lainnya yakni dengan melalukan “tapa kungkum”.

Sekarang saya akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan Sesirik. Sesirik artinya mencegah, mengendalikan atau puasa. Sesirik di sini justru mengendalikan rahsaning karep, misalnya ora mangan sega sajroning 7-dina. Tidak makan nasi selama 7 hari berturut-turut. Bisa ditempuh dengan cara puasa ngrowot yakni hanya makan buah dan sayuran serba mentah (tanpa dimasak) serta minum air bening saja (artinya airnya boleh direbus). Selain puasa ngrowot bisa juga dengan menjalani puasa mutih. Puasa mutih jauh lebih berat dibanding puasa ngrowot apalagi dibandingkan dengan puasa standar yang tidak makan minum selama 12-14 jam. Puasa mutih tidak makan selain hanya nasi putih dan air bening saja. Jadwal makan minum hanya dilakukan satu kali saja selama 24 jam. Artinya anda melakukan puasa selama rentang waktu 24. Puasa mutih paling sedikit dilakukan 3 hari berturut. Untuk menentukan kapan san jam berapa puasa mutih dilakukan sesungguhnya tidak ada ketentuan khusus. Ini artinya bebas menentukan jam berapa saat puasa mutih dimulai. Meskipun demikian bukan berarti tidak ada aturannya. Menjalani puasa mutih yang penting rentang waktunya dilakukan selama 24 jam sekali. Untuk menentukan hasil yang maksimal, pada saat berbuka puasa pun ada tekniknya. Misalnya makan nasi cukup satu kepalan tangan kita. Atau dengan cara yang lebih berat misalnya Anda merencanakan melalukan puasa mutih selama 7 hari berturut. Hari pertama makan nasi 7 kepal. Jadi nasinya bisa dikepal² tetapi usahakan kepalan nasinya jangan terlalu besar, cukup makan nasi hanya sesuai porsi kita saja. Intinya jangan kebanyakan ambil nasi atau berlebihan. Kemudian minum secukupnya saja. Karena pada dasarnya puasa adalah teknik untuk mengendalikan hawa nafsu. Puasa ngrowot dan mutih adalah sarana untuk melatih ketabahan dan kesabaran. Tetap lebih berat ketimbang hanya puasa yang seperti memindah jadwal makan. Langkah selanjutnya yang anda lakukan selama menjalani laku prihatin setiap waktu telah melewati jam 12 malam, keluarlah dari dalam rumah menuju halaman depan. Kemudian melakukan teknik atau patrap hening cipta untuk mengundang kekuatan sedulur papat keblat.

Posisi pertama

Pertama-tama Anda berdiri tegap menghadap ke timur. Mengapa harus menghadap ke timur ? Timur adalah Purwa atau permulaan yakni permulaan hidup atau Purwaning Dumadi, sebagai simbol kakang kawah, warna yang melambangkannya adalah kuning. Yang disebut kakang kawah ini tidak lain merupakan esensi dari air ketuban kita. Air ketuban keluar lebih dulu sebelum janin. Maka air ketuban lebih tua dari janin sehingga dipanggilnya kakang atau kakak.
Nah..setelah panjenengan dalam posisi tegap menghadap ke timur, kemudian kaki atau tumit 3 kali dihentakkan ke bumi. Lalu mengucapkan mantera :

Sir rahsaku kabeh sedulurku sing agal apadene alus kang ono ing keblat Wetan, aku ewangono anekak-na rejeki sandang pangan lan papan kang saka Wetan. Selesai !!

Kemudian pindah posisi kedua

Yakni Posisi menghadap ke selatan. Selatan atau Kidul adalah Sangkaning Dumadi. Sangkaning dumadi artinya asal muasal hidup kita. Selatan dimaknai debagai papane rah atau tempatnya darah. Oleh karena itu Kidul dilambangkan dengan warna merah. Dalam Posisi eneng ening Anda menghadap ke selatan kemudian hentakkan kaki atau tumit sebanyak 3 kali ke bumi. Selanjutnya mengucapkan mantera sebagai herikut :
Dat sejatiku sedulurku sing agal apadene alus kang ana ing Kidul, aku rewangana anekakake rejeki, pangan, sandang lan papan kang saka Kidul”. Selesai !!

Kemudian pindah posisi ketiga

Posisi menghadap ke Barat. Barat adalah Paraning Dumadi. Paraning dumadi artinya tempat tujuan hidup. Tempatnya kakak sulung atau kakang sulung. Dalam raga kita letaknya ada di pusar. Untuk arah Barat ini dilambangkan warna hijau. Ambil posisi berdiri tegap lalu hentakkan kaki atau tumit ke bumi sebanyak 3 kali lalu ucapannya adalah sebagai berikut:
Dat sipatku, sedulurku kang ana ing Kulon sing agal apadene alus, aku rewangana anekakake rejeki kang saka Kulon. Selesai !!

Kemudian pindah ke posisi keempat

Posisi menghadap ke Utara. Atau madep ngalor. Utara melambangkan Tataraning Dumadi. Atau level kehidupan kita. Utara adalah tempatnya “adi ari-ari” yang dilambangkan dengan warna hitam. Adi Ari-ari atau plasenta. Plasenta ini dipanggil sebagai adi atau adik. Karena plasenta keluar setelah janin sehingga lebih muda dari janin. Dari pemahaman seperti itu lah kemudian plasenta atau ari-ari dipanggilnya adi atau adik.
Setelah kaki 3 kali menghentak bumi lanjutkan mengucapkan mantera sbb :
Hong wilaheng sedulurku kang ana ing Lor sing agal apadene alus, rewangana aku nekakake rejeki kang saka Lor“. Selesai !!

Kemudian ambil posisi terakhir atau kelima

Panjenengan dalam posisi berdiri tegak (bebas menghadap kemana saja tetapi idealnya menghadap ke Selatan). Dalam keadaan berdiri tegap, tengadahkan wajah dan kepala Anda menghadap ke angkasa (Bapa Akasa). Ngadek tumeka ing akasa atau berdiri tengadah, mata menatap ke langit sambil mengucapkan : Hong wilaheng pancerku kang ana ing ngisor langit, ewangana aku ngetokake rejeki kang isih aneng akasa.
Lanjutkan dengan posisi wajah dan kepala menunduk ke arah ibu bumi atau tanah. Sambil mengucapkan :

Hong wilaheng pancerku kang ana ing nduwur bumi, angidinana apa kang dadi pangajabku.

Kiranya mudah ya untuk dipraktekkan?!

Agar supaya teknik ini efektif atau memberikan manfaat maksimal, ada hal yang perlu diperhatikan. Hal ini menyangkut kesadaran dalam memahami kehidupan ini. Kesadaran ini menyangkut pola pikir Anda dalam memahami suatu fakta atau kasunyatan dalam kehidupan ini. Jika Anda memiliki mind set atau pola oikir yang salah kaprah dalam memahami kehidupan inj, maka hasilnya akan sangat kurang atau bisa dikatakan gagal. Untuk itu perlu diperhatikan pemahaman seperti di bawah ini.

Konsep “sedulur papat keblat” tidak hanya mencakup diri pribadi manusia sebagai dimensi “jagad kecil” tetapi juga meliputi kehidupan di semesta sebagai bagian dari jagad besar. Pada posisi menghadap 4 keblat atau 4 penjuru mata angin, pelaku tirakat memanggil atau mengucapkan kalimat ikrar (declare) yang mengakui seluruh makhluk hidup yang bersifat fisik maupun halus yang berada di empat penjuru. Pengakuan sebagai sedulur merupakan kalimat sederhana tetapi mempunyai efek yang luar biasa. Demikian pula sebaliknya. Maka hati-hatilah jika anda telah menebar kebencian kepada makhluk (halus) yang notabene belum Anda kenal. Itu sama halnya Panjenengan menabur ranjau di jalan yang akan Panjenengan lewati. Semakin sering menebar kebencian kepada makluk hidup termasuk bangsa halus, maka akibat negatif akan menimpa Anda, karena akan semakin banyak pula makhluk hidup yang memusuhi Anda. Itu artinya Anda gagal mendayagunakan “Sedulur Papat Keblat” dalam hubungannya dengan sinergi dan harmonisasi dengan jagad agung (makrokosmos) dan segala isinya. Perlu dijadikan pedoman dalam upaya mendayagunakan kekuatan “sedulur papat”, bahwa menanamkan sikap welas asih kepada seluruh makhluk harus selalu menjadi landasan utama. Tanpa sikap welas asih ini maka percuma Anda melakukan tirakat sesirik dan tapa kungkum.

Tapa Kungkum

Selain teknis yang telah saya sampaikan di atas, Panjenengan bisa juga dengan melakukan tirakat atau ritual Tapa Kungkum. Tapa kungkum artinya melakukan semedi sambil membenamkan tubuh ke dalam air, lazimnya air setinggi leher atau dagu. Bisa dengan posisi duduk bersila atau berdiri. Tapa kungkum paling ideal dilakukan di tempuran atau muara sungai. Karena muara sungai memiliki energi yang sangat besar dan bagus karena energinya bersifat dinamis. Namun Anda harus hati-hati menentukan di mana tapa kungkum dilakukan. Saran saya, jangan memilih air dengan arus yang deras atau kuat. Tapi carilah air yang arusnya sangat lambat untuk menghindari hanyut terseret arus. Selain itu carilah di tempat paling aman dari gangguan hewan buas dan berbisa untuk meminimalisir resiko. Walau biasanya binatang buas dan berbisa akan menjauh saat kita lalukan tapa kungkum. Pada intinya jangan menantang perkara dan jangan mentang-mentang. Bersikaplah andap asor atau rendah hati kepada seluruh makhluk hidup. Selain memilih dua lokasi tersebut, juga perlu menghindari lokasi dengan air yang dalam. Misal kedalamannlebih dari sebahu. Saya pribadi lebih suka melakukan tapa kungkum di air dengan kedalaman sebatas dagu dengan posisi duduk bersila. Tapa kungkum bisa dilakukan selama 1 sampai dengan 2 jam lamanya atau lebih jika mau, bahkan ada yang melakukannya hingga selama 24 jam.
Sebelum melakukan Tapa kungkum ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Pertama, sebelum panjenengan kungkum terlebih dulu dilakukan larung sesaji berupa kembang telon yang terdiri dari bunga mawar putih, bunga kantil dan bunga melati (serba putih warnanya). Boleh ditambah kinang/ganten dan rokok kretek. Jangan lupa bunga telon ditambah boreh atau parutan dlingo dan bengle, ini bida dibeli di penjual bunga. Jika situasi dan kondisi anda dan lingkungan alam memungkinkan, tapa kungkum dijalani setiap malam hingga mendapat wewengan atau semacam petunjuk/pertanda gaib (risalah).
Saat hatur pisungsung, mengucapkan kalimat sebagai berikut.

Pertanda gaib saat tapa kungkum sangat beragam, bisa berupa melihat cahaya melesat, mendengar ayam jantan berkokok, swara tanpa rupa dan fenomena-fenomena lainnya. Tetapi beberapa pengalaman, pelaku tirakat tapa kungkum swlama melaksanakan kungkum tidak mendengar dan melihat apapun, tetapi setelah beberapa bulan berselang ke depan merasakan perubahan positif secara signifikan dalam kehidupan ekonomi.

Pada saat bertapa kungkum panjenengan bisa mengucapkan suatu niat atau permohonan sebagai berikut.

Hong Wilaheng, jagad dewa Bathara, dang kama brigila ribang bumi ribang nyawa, sedulur ku papat keblat sira pada metuwa, ana parigawe ……… Gusti sang Hyang Wenang ngabulna ingkang dados kajat niyat kawula.

Titik-titik di atas boleh diisi dengan kalimat yang berisi harapan dan tujuan melakukan “tapa kungkum”. Misalnya ingin menjadi pribadi yang sugih ati, sugih ngelmu, sugih bandha. Orang yang berbudi bawaleksana dan kajen keringan lan mukti wibowo.

Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata

Jika dicermati, pemberdayaan kekuatan “sedulur papat keblat” ditempuh dengan cara mensinergikan antara potensi diri dengan kekuatan alam. 0leh sebab itu sangat bisa dipahami kenapa beberapa teknik yang biasa dilakukan begitu erat dengan alam misalnya tapa kungkum. Tapa kungkum tidak lain merupakan penyatuan antara diri manusia sebagai jagad kecil (mikrokosmos) dengan air yang merepresentasikan jagad besar (makrokosmos).

Teknik yang bergaya naturalisme

Menurut pengalaman saya pribadi, saya paling suka bwrtapa kungkum di muara sungai!! Ada apa dengan muara? Sejauh yang bisa saya pahami, di muara terdapat beberapa unsur alam di antaranya air (air sungai dan air laut), angin atau udara, dasar sungai sebagai unsur bumi atau tanah. Air sungai di level permukaan yang terasa hangat dapat mewakili unsur api. Sebagai penduduk wilayah Nusantara yang mempunyai basis maritim dan agraris tentunya akrab dengan karakter lingkungan alam yang banyak terdapat sungai, laut dan tanah yang subur. Tentu saja karakter alam sedemikian itu memiliki andil besar membentuk karakter masyarakat, pola-pola budaya, tradisi dan spiritualisme. Sebagai contoh tradisi tapa kungkum hanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di suatu wilayah di mana terdapat banyak sungai dan pantai. Tapa kungkum hampir mustahil dimiliki oleh masyarakat di timur tengah atau masyarakat yang tinggal di wilayah gurun..
Swdangkan tradisi bertapa atau menyepi di dalam goa merupakan hal biasa dilakukan oleh masyarakat Nusantara karena di sini memang tidak sulit menemukan goa, seperti juga masyarakat di negara Arab mengenal tradisi bertapa di dalam goa untuk memperoleh wisik. Sama halnya dengan muara, goa merupakan bagian dari universe dan di sana terdapat energi yang berbeda dibanding dengan lingkungan alam pada umumnya. Tuhan telah menabur energi yang berlimpah di planet Bumi ini tetapi menjadi tugas manusia untuk mengexplorasinya. Akhir kata, manfaatkan energi alam yang berlimpah ini untuk sesuatu yang positif.

Untuk meningkatkan daya kekuatan “sedulur papat keblat” sangat mungkin terdapat perbedaan cara dan tradisi untuk masing-masing wilayah dan daerah di Indonesia. Apalagi jika dibandingkan dengan tradisi negara lain. Perbedaan itu hendaknya bukan untuk diperselisihkan tetapi juru untuk menambah referensi dan memperkaya ilmu.

Kepada sedulur-sedulur para pemirsa yang budiman dipersilahkan untuk memberikan masukan dan berbagi pengalaman yang berbeda pada kolom komentar. Hal itu sungguh besar manfaatnya untuk kita semua.

Demikian yang saya bisa sampaikan kepada sedulur semua pada kesempatan kali ini, semoga ada manfaat, dan dapat memberikan konstribusi bagi sedulur semua yang ingin belajar seputar spiritual Jawa. Sebagai penutup saya sampaikan terimakasih atas segala atensinya, jangan patah arang, makin semangat, hari esok semakin sukses, jumbuh kang ginayuh, kasembadan kang sinedya, dadi kang pinuji. Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan begja kang teka, saking kersaning Gusti. Suradira jayaningrat lebur dening pangastuti. Jaya-jaya wijayanti. Rahayu rahayu sagung titah dumadi