Hidup Di Rumah Paling Berhantu

Prawicara

Rumah hantu 6Tulisan ini bukan bertujuan untuk menciptakan suasana permusuhan dan membuat kegaduhan suasana. Semata~mata ini sebagai bentuk kepedulian kami sebagai rakyat jelata yang mencintai NKRI. Apa yang saya tulis, apa yang saya lihat dan pahami. Marilah kita semua rakyat Indonesia baik kalangan pejabat, birokrat, penguasa, kelompok kepentingan, golongan, maupun rakyat jelata untuk berani jujur, bersikap netral, dan berfikir jernih. Yang sedang memegang kekuasaan jangan asal emosi, tapi berbesar hati dan oba koreksi diri. Kekuatan oposisi jangan asal ngomong, dan mengumbar kebencian. Yang sedang tidak berkuasa atau sudah pensiun juga jangan suka menyalah-nyalahkan, sebaiknya sebelum bicara terlebih dulu mengevaluasi apa yang dulu bisa sampean kerjakan untuk rakyat dan negara ini. Semua pihak hendaknya tetap bersikap kritis, bijak, bersikap dewasa dan cool. Jangan utamakan emosi dan kepentingan pribadi atau kelompok. Kami tidak rela NKRI dijadikan seperti hidangan di meja makan. Yang diacak~acak oleh orang~orang penuh nafsu keserakahan dan pola hidup hedonisme. Setelah “hidangan” dihabiskan, bekasnya berserakan dan meninggalkan gelas piring yang kotor dan pecah. Tak ingat lagi kepada anak cucu yang kelak giliran butuh makan dan ruang bersih untuk hidup di Nusantara. Mari kita semua instropeksi diri, terutama para pribadi yang berkuasa dan bertugas mengelola negera. Baik yang ada pada lembaga Yudikatif, Eksekutif, lebih~lebih Legislatif. Kaum pengusaha, wiraswasta, pegawai negeri sipil, militer, aparat penegak hukum, pengayom rakyat. Serta untuk rakyat Indonesia, maupun semua warga yang hidup dan mencari makan di Indonesia. Kita junjung tinggi kedaulatan hukum, kedaulatan rakyat dan kedaulatan negara. Demi terwujudnya negeri yang gemah ripah loh jinawi, adil makmur, tata~titi tentrem kerta raharja.



Semar Mbangun Kahyangan

SBKLakon Semar mBangun Kahyangan, selanjutnya saya singkat menjadi SBK. Merupakan lakon kategori carangan, artinya merupakan gubahan dari lakon-lakon pakem atau yang diambil dari kitab-kitab kuna seperti Kakawin Mahabarata, Kakawin Ramayana, Pustaka Raja Purwa dan Serat Purwakandha yang sudah menjadi pakem utama dalam dunia pedalangan. Lakon carangan itu mengambil dari lakon pakem yang mendapat tambahan cerita lainnya. Dari lakon carangan itu selanjutnya melahirkan berbagai macam gagrag yang selalu berbeda pada setiap dalang. Peragaan wayang juga menjadi semakin beragam. Namun adakalanya membuat bingung, karena bisa jadi lakon yang sama tetapi jalan ceritanya berbeda. Sedangkan lakon sempalan berbeda lagi, karena sudah menjadi lakon hasil gubahan dari carangan, karena dhalang bebas melakukan improvisasi dengan gagrag yang baru sesuai selera dan kreativitas masing-masing dhalang. Di situlah apa yang dimaksud dengan kalimat ; dhalang ora kurang lakon, yakni dhalang mempunyai kebebasan untuk membuat carangan baru, serta sempalan maupun gagrag yang baru.

Sebagai contoh, lakon SBK versi gagrak Ki Hadi Sugito memperagakan tiga macam pusaka yakni tumbak korowelang, payung songsong tunggul nogo, dan serat jamus kalimosodo. Sedangkan gagrak Ki Seno Nugroho memperagakan satu pusaka yakni serat jamus kalimosodo. Pada diri dhalang futurolog, atau dhalang yang memiliki kemampuan melihat masa depan atau prediksi futuristik, seringkali melahirkan lakon sempalan dan gagrak baru, karena lakon yang dibawakan merupakan gambaran dari dinamika sosial-politik yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Dalang futurolog memainkan lakon di sekitar carangan, sempalan dan gagrak. Justru di situlah daya tariknya, sebab terkadang lakon yang sama tetapi pada saat dipentaskan muncul sempalan maupun gagrak baru. Itu yang harus dicermati oleh penonton yang hendak mengetahui kabar masa depan, melalui berbagai kalimat-kalimat dan kata-kata spontan yang terucapkan oleh dhalang. Anehnya seringkali dhalang tidak menyadari apa yang telah diucapkannya tadi. Itu sekaligus menjadi indikasi di mana saat-saat wingit dan sakral tengah berlangsung.

Pusaka

Dalam lakon atau lampahan SBK terdapat tiga macam pusaka yang menjadi fokus cerita yakni tumbak korowelang, payung songsong tunggul nogo, dan serat jamus kalimosodo. Masing-masing pusaka mempunyai nilai intrinsik sebagai kristalisasi filsafat Jawa tentang perilaku dan sikap hidup manusia Jawa.

  1. Jamus Kalimasada

Pendawa lima yang jujur. Menjalankan ajaran dalam serat Jamus Kalimasada yang isinya pedoman hidup yang bersifat esensial yakni pertama ; suci artinya jujur dan setia. Kedua, sentosa artinya adil paramarta dan tanggungjawab. Ketiga, benar artinya sabar, welas asih, rendah hati. Keempat, pandai. Maksudnya kaya akan ilmu pengetahuan dan kaya hati. Juga pandai menciptakan ketentraman dan kebahagiaan dalam kehidupan bermasyarakat.  Kelima, susila. Maksudnya bersikap santun, sopan, teguh mentaati dan menegakkan tata-krama atau paugeran, atau hukum yang berlaku. Jamus Kalimasada merupakan ajaran tentang sikap dan perilaku hidup untuk mencapai pribadi nawung krida, bèrbudi bawaleksana. Yakni pribadi yang mencapai kesadaran kosmologis.

  1. Tumbak Korowelang

Korowelang adalah tumbak pusaka. Secara intrinsik mengandung arti landeping driya para kesatria Pandawa. Merupakan petunjuk untuk membangun kepribadian manusia Jawa secara ideal. Ketajaman indera, yang meliputi panca indera maupun indera batin (six-sense). Sebagai kesatria, belumlah lengkap apabila belum memiliki ketajaman pada seluruh inderanya. Ketajaman itu menjadi kelengkapan senjata untuk menegakkan keadilan dan tak gentar membela yang benar. Dalam sejarah, konon Bung Karno sempat dipinjami tumbak Korowelang oleh Sri Narpati Prabu Brawijaya 5, sebagai sipat kandel untuk menyatukan Nusantara. Membangun interitas bangsa Indonesia.

  1. Songsong Tunggul Naga

Priyagung dadi pangayomane para kawula. Maksudnya, para kesatria harus mempunyai pusaka berupa payung atau songsong yang bernama tunggul naga. Payung merupakan lambang kebesaran, sekaligus kekuatan untuk melindungi. Para kesatria haruslah orang yang perkasa, agar mampu memikul beban dan tanggungjawab untuk melindungi yang lemah serta mengayomi rakyatnya.

Koreksi Pola Pikir ; Pusaka Kok Musrik

Kita genarasi penerus bangsa yang hidup di zaman modern hendaknya sudah mulai merasa malu sekali jika tanpa sadar seringkali merasa benar dan pintar, padahal sesungguhnya bertindak bodoh. Dengan sembarangan dan asal ucapkan teriakan yang tidak mutu, bahwa pusaka adalah musrik dan sirik. Semua pusaka itu tidak hanya diartikan sebagai senjata untuk berperang atau barang berharga yang menjadi sipat kandel. Lebih dari itu dapat diambil nilai filosofinya. Khususnya orang Jawa, memang sering menggunakan simbol untuk mengganti bahasa dan kalimat yang panjang untuk menjelaskan suatu pandangan, maksud dan tujuan. Simbolisasi itu tujuannya untuk meringkas suatu makna dan filsosofi hidup ke dalam bentuk benda fisik. Dengan kata lain, pusaka adalah alat komunikasi non-verbal. Bagi yang sudah memahami makna intrinsik dari sebuah simbol, maka simbolisasi itu sangatlah efektif sebagai bahasa komunikasi dan publikasi. Termasuk isi atau tujuan suatu doa, seringkali dilambangkan dalam bentuk uborampe, atau syarat-syarat perlengkapan dalam. Sebuah ritual dan upacara. Demikian pula bendera, merupakan lambang yang mengandung informasi, nilai-nilai filosofi, maksud dan tujuan tertentu. Simbol bisa berarti identitas diri pribadi maupun identitas diri suatu bangsa dan negara. Menghormati pusaka bukan hanya berarti tunduk pada benda. Melainkan menghargai dan menghormati akan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.

Mengkoneksi Dengan Kekuatan Alam

            Pagelaran wayang kulit dibagi dalam tiga sekuel besar (utama) dibedakan melalui pathetan gamelan, yakni pathet 6, pathet 9 dan terakhir pathet manyura. Ketiganya menunjukkan perjalanan hidup manusia dalam mengarungi tiga dimensi alam yang berbeda. Yakni dimensi alam kandungan, dimensi planet bumi, dan dimensi alam kelanggengan. Setiap memasuki pathet diawali dengan adegan membaca mantera-mantera yang dilakukan oleh dhalang dan sesekali diimbangi oleh waranggana (vokalis). Mantera itu merupakan doa-doa yang dikemas dalam bahasa Jawa, Kawi, dan Sansekerta. Bahkan beberapa mantera berfungsi untuk membuka gerbang yang menjadi sekat antara dunia fisik dan gaib. Di antaranya adalah serat Wedatama Pupuh Pangkur pada 13. Mantra-mantra yang dilantunkan dalam gaya suluk, kidung dan tembang, merupakan harmonisasi atau penyelarasan antara jagad alit (diri si dhalang) dengan jagad agung, ngalam sakalir, yakni alam semesta dengan segala isinya. Menyamakan frekuensi itu dengan tujuan untuk mengkoneksikan diri dengan energi tata keseimbangan alam. Energy yang telah tersambung tak ubahnya seperti hologram, yang kemudian dapat terkoneksi dengan setiap partikel sekecil dan sebesar apapun yang ada di jagad raya. Energi kita akan lebur menyatu dan manunggal dengan energi alam semesta yang melimputi bapa akasa dan ibu bumi. Di situlah letak kekuatan mantra, sehingga membuat doa dan harapan menjadi lebih tijab. Ucapan dhalang menjadi powerfull, laiknya idu geni, apa yang diucapkan, itulah fakta yang sesungguhnya dan apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu, teruama dhalang futurolog laku-prihatinnya lebih berat. Sebisa mungkin tindakannya selalu bersinergis dan harmonis dengan hukum tata keseimbangan alam semesta.

Siapa Tokoh Ki Dalang Panjang Mas ?

            Sebelum saya uraikan tentang tokoh kita Eyang Dhalang Panjang Mas, pada kesempatan ini saya ingin meluruskan sebagian pendapat orang yang menyangka antara Ki Dalang Panjang Mas dan Ki Dalang Soponyono adalah tokoh yang sama. Saya tegaskan bahwa beliau berdua bukan satu tokoh yang sama, beliau berbeda orang. Ki Dalang Soponyono lebih senior, beliau hidup semasa Kerajaan Mataram di bawah kepemimpinan Kanjeng Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo yang dimakamkan di Pasarean Agung (Pajimatan) Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Makam Ki Dalang Soponyono berada tepat di bawah makam Kanjeng Sultan Agung. Sedangkan Ki Dalang Panjang Mas hidup semasa putra Kanjeng Sultan Agung yakni Sunan Amangkurat I.

IMG_20150722_172349Ki Dalang Panjang Mas dimakamkan di komplek Antaka Pura, Gunung Sentono, desa Gunung Kelir, Pleret Bantul. Saya masih bisa menyaksikan bahwa Ki Dhalang Panjang Mas adalah sosok lelaki yang gagah, wajahnya terhitung tampan untuk zamannya, bertubuh tegap tinggi sekitar 175cm, rambutnya panjang agak lurus, kulit terang atau kuning langsat, mengenakan iket dan pakaian hitam khas Jawa kuno. Ki Dalang Panjang Mas adalah sosok yang sakti, hal itu bisa dibuktikan dari kotak tempat menyimpan wayang yang terbuat dari batu hitam, dinamakan Watu Jonggol. Watu jonggol mempunyai ukuran cukup besar, panjang sekitar 150 cm, lebar 50 cm, tebal 50 cm. Pada zaman dulu, kotak wayang itu beliau angkat sendiri. Saya yakin orang zaman sekarang sekedar membuka tutupnya saja tidak akan kuat jika sendirian. Wayang kulit juga terbuat dari kulit manusia, bukan dari hasil mencelakai orang tanpa kesalahan. Zaman dulu selain peperangan, juga sering terjadi pembegalan, kecu, garong dsb. Nah, bagi yang berani melawan tentu saja terjadi pergulatan sengit antara korban dengan pelaku penjahat. Wayang kulit Ki Dalang Panjang Mas dibuat dari kulit orang-orang jahat yang dikalahkan oleh Ki Dalang Panjang Mas. Sedangkan istrinya adalah Nyi Mas Malang, seorang wanita yang tidak begitu cantik tetapi sangat anggun dan kharismatik, terdapat tembong (tahi lalat besar di pipi sebelah kiri), beliau berperan sebagai waranggono atau sinden (vokalis). Nyi Mas Malang memiliki suara yang lembut namun powerful, cengkok tembangnya juga khas, terasa indah sekali. Orang laki-laki bisa jatuh cinta melalui suara yang beliau miliki, serta keanggunan dan kharisma (inner-beauty) yang sangat kuat memancar.

Ki dalang Panjang Mas yang hidup sebagai dalang futurolog kondang pada masa kerajaan Mataram di bawah kekuasaan Sunan Amangkurat I, raja keempat Kerajaan Mataram Islam yang bertahta pada tahun 1646-1677. Sunan Amangkurat I berencana memindahkan kraton dari Kerta ke Pleret tepatnya di puncak Gunung Sentana, desa Gunung Kelir, Plered, Bantul, Yogyakarta. Untuk itu, Sunan Amangkurat I memerintahkan kepada Ki Dalang Panjang Mas untuk mementaskan pagelaran wayang kulit. Lakonnya yang berhubungan dengan seputar rencana pemindahan keraton. Sebagai dhalang yang memiliki kemampuan melihat masa depan, secara spontan dalam pementasan wayang kulit tersurat kisah bahwa Sunan Amangkurat I gagal memindahkan keraton dari Plered ke puncak Gunung Sentono bahkan berakhir dengan kisah yang menyedihkan.

IMG_20150722_172412Walaupun Ki Dalang Panjang Mas menyadari bagaimana resikonya membawakan lakon spontanitas seperti itu di hadapan sang raja. Tetapi peristiwa di bawah kekuatan scenario alam itu sulit dihindari. Meskipun itu kenyataan yang akan terjadi, tetapi karena lakon yang dibawakan oleh Ki Dalang Panjang Mas telah memupus harapan sang Raja untuk membangun kraton di Gunung Sentana. Raja tidak mau kalah, kemudian ia juga menunjukkan kekuatannya mengeluarkan sabdapandita ratu untuk menyingkirkan Ki Dalang Panjang Mas dari dimensi bumi.  Sebagai konsekuensinya Ki Dalang Panjang Mas “diusir” oleh sang Raja meninggalkan dimensi bumi karena bikin bau seperti kotoran ayam. Begitulah ucapan sang Raja. Setelah Ki Dalang Panjang Mas berpamitan untuk meninggalkan istri tercintanya Nyi Mas Malang (Kanjeng Ratu Mas Malang), segeralah Ki Dalang Panjang Mas melepasakan tirtamaya, seketika lepaslah sukma meninggalkan raga untuk selamanya. Setelah itu Nyi Mas Malang dipersunting sebagai permaisuri sang raja. Itulah sebabnya mengapa kehadiran Eyang Dalang Panjang Mas selalu ditandai dengan bau kotoran ayam. Kenapa bau kotoran itu masih melekat sampai sekarang? Itulah kekuatan sabdapandita ratu. Selain itu, bau kotoran ayam itu juga untuk mengingatkan kepada generasi penerus akan peristiwa kelam di masa lalu yang dialami oleh Ki Dalang Panjang Mas. Sekaligus menjadi bukti gigihnya perjuangan, tabahnya penderitaan, dan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh Ki Dalang Panjang Mas dan Nyi Mas Malang di zaman dulu. Di dalamnya terdapat nilai bagaimana seseorang berani menempuh resiko demi menegakkan kebenaran dan keadilan. Demi kehidupan generasi berikutnya yang lebih baik. Di balik aroma kotoran ayam itu sungguh terdapat pelajaran hidup yang sangat dalam. Matur sembah nuwun Eyang Dalang Panjang Mas, kami masih selalu percaya dan tetap setya tuhu. Para pembaca yang budiman, itulah sekelumit rahasia yang tidak pernah terungkap sebelumnya, hingga beberapa tahun lalu beliau sendiri pernah mengisahkan kronologi peristiwa masa lalunya yang penuh pendritaan. Sepeninggal Ki Dalang Panjang Mas, sebagai tanda kesetiaannya tak lama kemudian Nyi Mas Malang pun menyusul. Sementara itu, Sunan Amangkurat I menjadikan kerajaan yang mangkrak setengah jadi itu sebagai pasarean Ki Dalang Panjang Mas dan Ratu Mas Malang, disebutnya sebagai Antakapura atau istana kematian. Kubur Ki dalang Panjang Mas ditanam pohon beringin sampai saat ini pohon itu sudah tumbuh besar dan mengapit batu nisan Ki Dalang Panjang Mas. Sedangkan Ratu Mas Malang berada di posisi tengah-tengah Antakapura.

IMG-20150904-WA0010Sepeninggal Ki Dalang Panjang Mas dan Kanjeng Ratu Mas Malang, mereka bersatu kembali sebagai suami-istri. Pada saat hidup di mercapada, beliau berdua belum tuntas menghabiskan quota usia. Tetapi di tengah perjalanan hidupnya dipaksa meninggalkan dunia oleh yang sedang memegang tampuk kekuasaan. Tentu saja semua amal kebaikan semasa hidupnya menjadikannya meraih kamulyan sejati. “Jembar kubure lan lepas parane”. Belau hingga saat ini intensif membimbing dan mengarahkan orang-orang yang setia mengunjungi Antaka Pura. Barang siapa yang setya tuhu kepada leluhur, leluhur pun akan setia membimbing dan mengarahkan hidupnya. Begitu pesan yang beliau sampaikan belum lama ini. Itu menjadikan sesulit apapun situasi dan kondisi ekonomi-politik Nasional, menjadi terasa ringan untuk dilalui dan hidup kita selalu mendapatkan kabegjan.

Termasuk pagelaran wayang kulit yang bersambung ini, tercatat sudah 5 kali di gelar. Ki Seno Nugroho sebanyak 4 kali, dan Ki Geter Pramuji Widodo sekali. Pagelaran pertama Ki Seno Nugroho yang ditanggap oleh KKS sebagai “pemanasan” atau prolog dilaksanakan pada 21 April 2013 berbarengan dengan acara Ruwatan Murwakala yang diadakan oleh KKS~EO (kadangkadeyan sabdalangit event organizer) di halaman pasarean agung Kotagede Mataram. Kemudian yang ke dua kalinya dilanjutkan oleh Ki Geter Pramuji Widodo pada 16 Agustus 2013 dengan lampahan Sumilaking Pedut Widoro Kandang. Pada 4 Mei 2014 pagelaran ke 3, kami mendaulat kembali Ki Seno Nugroho untuk menggelar wayang kulit dengan lakon Satria Piningit. Hanya berselang sepekan, kami mendapatkan dawuh untuk menggelar wayang kulit dengan lakon Satria Piningit Pambukaning Gapura (SPPG), pagelaran kami laksanakan pada tanggal 18 Mei 2014,. Yang ke lima, kami kembali mendaulat Ki Seno Nugroho untuk melanjutkan lakon-lakon terdahulu. Pagelaran wayang kulit kembali digelar dengan lakon Semar Mbangun Kahyangan. Empat lakon terdahulu sudah terbukti, bahkan saya berani katakan alur dan esensi lakon mempunyai akurasi 99% dengan situasi dan kondisi sosial, ekonomi, dan politik saat ini.

Peran Eyang Dalang Panjang Mas

…..Suara itu sebenarnya derap kaki kuda Ki Dalang Panjang Mas. Ia tetap setia datang untuk membangunkan teman-teman sejawat buat berjaga di setiap zaman yang gelap dan pengap.

Paragraf yang saya kutip di atas merupakan sequel dari cerita pendek berjudul “Temuilah Aku di Bukit Itu” karya cerpenis Indra Tranggono yang dimuat di Harian Jawa Pos, edisi 15 Mei 2005. Meskipun tidak semua alur ceritanya sesuai fakta sejarah yang belum terungkap waktu itu, tetapi sastrawan dari Yogyakarta ini mampu menyentuh perasaan saat membeberkan sebuah tragedi berdarah yang bersimpul dengan cinta, nafsu, dan kekuasaan.

Saya sepakat dengan isi paragraph di atas. Derap langkah itu tidak sekedar kaki kuda Eyang Dalang Panjang Mas, melainkan derap langkah yang menggambarkan semangat yang diiringi oleh kekuatan besar untuk membangkitkan kesadaran para generasi penerus bangsa  untuk bersiaga, selalu berjaga, mengawal Nusantara yang sedang gelap dan pengap ini.  Itu terbukti bukan secara simbolik saja. Artinya beliau Ki Dalang Panjang Mas dan Kanjeng Ratu Mas Malang benar-benar menuntun, membimbing dan mengarahkan derap langkah para generasi penerus bangsa yang sadar hanetepi ing reh kasatrianipun. Para pembaca yang budiman, cobalah simak kutipan dari pupuh Sinom Serat Wedatama Karya KGPAA MN IV sebagai berikut :

“Mangkono janma utama | Tuman tumanêm ing sêpi | Ing sabên rikala mangsa | Masah amêmasuh budi | Lairé anêtêpi | Ing rèh kasatriyanipun | Susilo anor raga | Wignya mêt tyasing sêsama | Yeku aran wong barèk bêrag agama |

Demikianlah manusia berperilaku utama | Gemar membenamkan diri dalam keheningan batin agar memperoleh kesadaran tinggi | berusaha di setiap waktu | Mempertajam dan membersihkan akal budi dari hawa nafsu | sebagai bekal untuk memenuhi tugasnya menjadi kesatria bangsa | menjaga perilaku yang sopan dan santun serta bersikap rendah hati | pandai menciptakan suasana tentram pada sesama | itulah sebenarnya yang disebut sudah menghayati agama |

Masuk ke dalam komplek Antaka Pura atau istana kematian, kita akan merasakan hanyut ke alam yang suwung, rahsaning karep benar-benar mati. Yang ada tinggalah rahsa jati, roh sejati yang membawa kita ke dalam suasana aman, nyaman,   tenteram, ayom, ayem,  jenjem-jinem. Yang mati bukan raga kita, tetapi karep atau nafsu angkara kita. Pikiran kita seolah dibawa oleh mesin waktu meluncur jauh ke belakang berada di zaman kuno. Pada malam hari suasana jauh lebih sunyi, bahkan di luar areal benteng Antaka Pura kita butuh nyali besar karena di sana terkenal angker, banyak mahluk halus seperti wedon, pocongan, genderuwo, wewe, banas pati, glundung pringis, lur prog, kemamang, keblak, bajang-kerik, buto dan jenis lainnya. Tetapi jika anda melihat monyet berwarna abu-abu (kethek), jangan coba-coba menganggunya, ia adalah binatang piaraan Ki Dalang Panjang Mas. Biarkan saja ia tak akan menganggu anda. Jika anda beruntung akan melihat ular seperti naga tapi tanpa tanduk, tubuh berwarna kuning kecoklatan dengan ukuran sebesar batang pohon kelapa. Ular sering melintas mengelilingi komplek Antaka Pura.

Di tempat sunyi seperti itu lebih cocok bagi yang gemar membenamkan diri dalam keheningan batin untuk memperoleh kesadaran yang tinggi, mempertajam serta  membersihkan akal budi dari pencemaran hawa nafsu. Kesadaran tinggi itu kesadaran kosmologis, yang berguna untuk memahami apa sejatinya hidup ini, dan mengetahui berbagai rahasia alam yang tidak diketahui oleh orang pada umumnya. Itu penting sebagai bekal untuk memenuhi tugas kita menjadi kesatria bangsa. Kita menjadi mudah mendiaknosa suatu persoalan, kemudian dengan tepat dan cepat dapat menentukan apa obatnya.

Eyang Dalang Panjang Mas dan Kanjeng Ratu Mas Malang akan memberikan support yang besar bagi siapapun yang berniat nenepi di sana, terlebih lagi bagi muda-mudi generasi penerus bangsa yang hendak anêtêpi ing rèh kasatriyanipun. Memenuhi tugas dan kewajibannya njejegake soko-guru bangsa, yakni kewajiban bela Negara, membela kebenaran dan keadilan. Bela Negara bukanlah latah, bukan pula pekerjaan yang menyita waktu, membuang-buang kesempatan kerja. Dilakukan sewajarnya, tetapi serius dan paham betul framework-nya. Bagi yang non-PNS dan militer, bukan pejabat pula, tak perlu khawatir waktu Anda akan tersita untuk kegiatan seperti itu sehingga menggusur porsi waktu mencari nafkah. Faktanya tidak serumit yang dibayangkan, rejeki akan selalu menghampiri melalui cara yang wajar dan terhormat. Pekerjaan sehari-hari tetap berjalan lancar, sedangkan tanggungjawab terhadap bangsa dan Negara tetap terpenuhi dengan baik. Jika anda berpihak kepada alam semesta, maka alam pun akan selalu berpihak kepada anda. Saya mengutip pesan yang pernah disampaikan oleh Kanjeng Ratu Mas Malang kira-kira dua pekan sebelum pagelaran wayang kulit lakon SBK 16 Agustus 2015 berlangsung. Berikut kalimat yang masih bisa saya ingat, biarpun kalimat dan bahasanya tidak sama persis tetapi yang penting esensinya sesuai dengan inti nasehat beliau :

Apabila kita setia kepada para leluhur, maka leluhur pun akan membukakan jalan rejeki bagi kita melalui cara yang konkrit dan masuk akal serta dengan cara-cara yang terhormat. Bukan jalan pintas yang nista, atau merampas hak orang lain laiknya cara kerjanya  pesugihan, perampok, dan koruptor.

Kenapa Lakon Semar mBangun Kahyangan ?

            Kenapa, apa sebab lakon itu yang muncul sudah saya ulas pada posting terdahulu tentang Pagelaran Wayang Kulit Negarané Wis Suméndé. Inti cerita, Ki Lurah Semar Badranaya menggugat para kesatria di kraton Hastina. Tak luput para Pandawa yang dianggap lalai memegang amanat pusaka Jamus Kalimasada sebagai tuntunan budi pekerti para kesatria Pandawa, pusaka tombak korowelang sebagai simbol tajamnya indera masing-masing kesatria Pandawa. Dan pusaka songsong tunggul naga, sebagai simbul sifat mengayomi rakyat, pihak yang lemah atau wong cilik yang dimiliki oleh para kesatria Pandawa. Semar akan mengambil ketiga pusaka itu sebagai syarat untuk membangun Kahyangan. Kahyangan dimaksud tidak lain adalah kahyangan yang ada dalam diri kita sendiri. Yakni pribadi yang bérbudi-bawalêksana, memiliki budi pekerti luhur, berwatak kesatria, seorang negarawan sejati, mengayomi rakyat, menegakkan kebenaran, bersikap arif dan bijaksana.

            Namun pada kenyataannya, niat Ki Lurah Semar Badranaya membangun (kembali) kahyangan yang sudah sumende dalam diri kesatria Pandawa itu justru menimbulkan kesalahpahaman pada para kesatria kerajaan Hastinapura, Ngamarta dan bahkan Kraton Dwarawati. Tak luput pula salah paham hingga melanda wong agung Dwarawati Prabu Kresna, dan adiknya Prabu Baladewa, hingga para putra dan cucu Pandawa ikut marah kepada Ki Lurah Semar. Sudah bisa ditebak, Ki Lurah Petruk dan Ki Lurah Bagong yang diutus ayahnya Ki Lurah Semar untuk meminjam ketiga pusaka itu justru menjadi bulan-bulanan pihak-pihak yang salah paham. Namun berkat adanya  salah satu keturunan Pandawa yang mampu memahami niat dan tujuan tersembunyi Ki Lurah Semar Badranaya, ia kemudian diam-diam melindungi Ki Lurah Petruk dan Bagong, maka selamatlah Petruk dan Bagong dari amukan pihak-pihak yang salah paham. Sekalipun Petruk menghadapi para pembesar yang terkenal dengan kedigjayaannya, tetapi Petruk mengemban misi suci membawa amanat Bapaknya Ki Lurah Semar Badranaya.

            Namun di antara garis besar cerita itu terdapat banyak kalimat yang menunjukkan sinyalemen penting. Tidak semua bisa saya  tulis di sini. Di antaranya, pesan langsung bahwa permainan politik akan lebih halus dan licik, walaupun benturannya sangat keras. Banyak politisi, penguasa, dan orang-orang pelaku bisnis melakukan kamuflase untuk menyembunyikan identitas dan kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Bahkan di era yang akan datang ini semakin sulit membedakan mana kawan mana lawan. Sikap orang berubah-ubah tidak konsisten, diumpamakan pepatah isuk dele sore tempe, paginya kedelai, sorenya sudah berubah menjadi tempe. Orang serba saling curiga, saling menjatuhkan. Bagi pihak yang sebenarnya tidak jahat pun mereka dilanda kesalahpahaman hingga menimbulkan kerusakan di mana-mana. Situasi dan kondisi politik belum menjamin iklim yang kondusif bagi kegiatan perekonomian secara umum. Rakyat kecil masih menjadi korban sebagaimana digambarkan oleh Ki Lurah Petruk dan Bagong yang dihajar di mana-mana. Meskipun demikian, kebenaran ada pada rakyat kecil yang meronta. Alam semesta pun berpihak kepada kawula alit. Karena di antara kawula alit, ada banyak “ki lurah semar-ki lurah semar” yang teguh melakukan tapa-ngrame, untuk membangun “kahyangan” di Nusantara. Dari kuatnya laku tapa-ngrame itu, sebagaimana tersirat dalam suluk pathet 9 berikut ini :

…..datan pegat ing panuwun. Panyipta tansah amandeng ponang sorot kang dumunung ana nduwuring padepokan Karangkabolotan. Ing ngriku kekuwuhing padepokan Karangkabolotan kadosdene, ana wahyu kang dumunung ana ngersanira Kyai Semar Bodronoyo. Mapan senajan to kulun sipating titah mercapada, iku sejatine dewa. Rinten pancowati tansah cupla~cupli mberno sandi mangesti marang daya panguwasaning gaib harsa angudi kasampurnaning kebatosan tumuju marang tata rahayuning nagri ing Nuswantara. Pramila den rencangi, anggagang aking nyegah dahar klawan nendra. Saka bantering panekung mapan nyata gede panguwasane, bisa nimbulaken ponang goro~goro ingkang langkung ageng.

Suméndé

Jika mau jujur mengakui, tidak berlebihan dan bukan pandangan pesimis bahwa  Negara ini sesungguhnya sudah suméndé.  Suméndé artinya sudah ambruk karena pilar-pilar penyangganya sendiri sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hanya saja dikatakan masih suméndé karena Negara tidak dalam posisi benar-benar roboh karena masih tertopang atau tertahan pilar-pilar di luar kemampuan yang dimiliki negara. Tampak seolah Negara ini masih berdiri, itu disebabkan adanya kekuatan yang dimiliki oleh wong cilik, dan sebagian “pembesar” yang masih memiliki hati nurani. Tetapi tidak cukup hanya jeritan hati nurani sang pembesar, melainkan aksi nyata dalam bentuk usaha mengumpulkan energi-energi penopang yang masih tersisa dan berserakan di mana-mana sekalipun itu dilakukan oleh para punakawan (wong cilik). Oleh karena itu, Semar yang melambangkan punakawan atau wong cilik yang hendak membangun kahyangan, tetapi dianggap lancang oleh para pembesar yang salah memahami apa kehendak Semar yang sebenarnya. Walaupun Semar melambangkan wong cilik, namun ia sesungguhnya di mercapada bertugas sebagai pamomong para pembesar. Oleh sebab itu bila para pembesar lupa diri, Semar akan mengingatkan dengan caranya sendiri yang kadang tak mampu dipahami oleh para pembesar yang sedang mabuk kekuasaan.

Pagelaran wayang kulit ini merupakan tindakan yang sesuai dengan ajaran Serat Wedatama pupuh sinom padha 15 gatra terakhir yakni amemangun kinarya karyenak tyas ing sesama. Yakni selalu berbuat untuk menentramkan dan menggembirakan hati orang lain dalam arti yang positif. Maka pada esensinya pagelaran wayang kulit merupakan sedekah. Sedekah termasuk gawe urubing titah kang urip, atau menyalakan obor untuk makhluk hidup. Maksudnya adalah tindakan yang memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup beragam makhluk. Gawe urubing titah kang urip adalah cara untuk merangkai energi-energi penopang mungging jejege Negara yang masih tersisa. Itu tindakan yang sinergis dengan hukum tata keseimbangan alam (baca : takwa kepada Tuhan). Dalam kacamata spiritual Jawa, pagelaran wayang kulit merupakan sedekah yang lebih besar nilainya dibanding dengan mahesa lawung. Sebab pagelaran wayang  kulit ini merupakan sedekah yang bersifat multi dimensi meliputi makhluk penghuni jagad agal dan jagad alus. Jangkauannya lebih luas, mampu melampaui lintas bangsa, yakni bangsa manusia, tumbuhan, binatang, dan lelembut. Semua pihak yang kita hargai, kita sayangi dan kita suguhi hiburan, akan bergembira hati sehingga timbul tekad bersinergi dengan niat dan tujuan kita. Yakni  bersinergi (bahu-membahu) untuk mensubstitusi pilar-pilar NKRI yang telah rapuh dan disfungsi.

Merenovasi Rumah Reyot

Rumah hantu 7Masih teringat dengan jelas apa yang disampaikan oleh Nyai Sugih beberapa waktu lalu, salah satu leluhur yang selalu membimbing dan mengarahkan. Beliau menegaskan dan melugaskan sinyalemen yang sudah disampaikan oleh Ki Dalang Panjang Mas. Kata beliau,”…seumpama rumah reyot yang akan direnovasi, maka rumah reyot itu haruslah dirobohkan terlebih dahulu supaya kelak bangunan baru bisa dibuat kokoh. Kerusakan di tubuh NKRI ini sudah cukup parah. Jika hanya dilakukan teknik tambal sulam, niscaya hanya akan membangun rumah baru yang dalemannya rapuh. Negara ini sudah sangat rapuh dan sumende, sudah roboh tetapi masih dalam posisi miring tertahan oleh sesuatu. Menunggu roboh dengan sendirinya mungkin kelamaan. Jika tak lama lagi Negara ini benar-benar kolaps, memang demikian itulah yang sewajarnya terjadi agar supaya dapat segera direnovasi secara total. Bersiaplah, rumah reyot NKRI ini untuk segera “dirobohkan” oleh kekuatan gaib yang besar, agar mudah membangun kembali dengan pondasi dan sendi-sendi yang lebih kuat. Para pemimpin NKRI yang berada dalam lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif sudah kehilangan “pusakanya” yakni “jamus kalimasada, songsong tunggul naga” dan “tumbak korowelang”. Alasan itu lah yang menggugah Ki Lurah Semar Badranaya untuk menggugat para pemimpin. Ki Lurah Semar akan mengambil ketiga pusaka dari tangan para pembesar karena pusaka-pusaka itu tidak dipergunakan lagi itu. Ki Lurah Semar akan membangun kahyangan. Namun Kahyangan itu ada di dalam sanubari rakyat kecil atau wong cilik. Walau niat Ki Lurah Semar mendapatkan halangan dari para kesatria yang salah memahami niat Ki Lurah Semar, dan para kesatria yang sudah lupa diri, akan tetapi tak ada yang mampu menghentikan rencana Ki Lurah Semar Badranaya. Sebab semua itu sudah ginaris di bawah kekuatan Sang Hyang Wenang.

Sisi Keramat

            Berbeda dengan pagelaran wayang kulit yang diadakan murni sebagai pertunjukkan hiburan semata. Pagelaran ini merupakah titah para leluhur. Selain untuk sedekah, tujuannya untuk menggali informasi apa yang bakal terjadi terutama di negeri ini, dengan harapan masyarakat dapat memanfaatkan momentum ini sebagai evaluasi yang berguna untuk menentukan langkah ke depan. Sehingga dapat bersikap arif dan bijaksana, lebih waspada dan siap pada saat menghadapi situasi dan kondisi yang kurang baik. Sedia payung sebelum hujan, mana hal-hal penting yang harus dilakukan untuk menentukan langkah-langkah antisipatif guna meraih keselamatan dan kesuksesan hidup selama mengarungi ombak besar.

            Pagelaran wayang kulit ini sekaligus merupakan upacara adat. Tujuannya untuk “menggugat” situasi dan kondisi yang semakin memburuk. Mumpung nasi belum menjadi bubur. Di samping itu pagelaran wayang kulit merupakan wujud sedekah kepada seluruh makhluk. Secara khusus sawab-berkahnya ditujukan untuk seluruh kadangkadeyan di manapun berada,  dan secara umum untuk bangsa Indonesia. Selama pagelaran wayang kulit semalam suntuk itu ada saat-saat yang dikeramatkan, yakni pada saat momentum pembukaan acara dengan didahului upacara sakral. Waktu menunjukkan pukul 21.00 wib, dimulai dengan alunan Serat Wedatama Pupuh Sinom podo 21 yang dilantunkan oleh Mas Jsp dan diikuti sedulur-sedulur KKS yang bisa hadir, serta pemuda-pemudi KKB. Tembang Sinom 21 disambung dengan Kidung Jatimulyo, sebagai mantra wingit yang mengawali sebuah prosesi ritual nan agung dan sakral. Kayon atau gunungan jagad gumelar dipunji selama kidung Purwajati dilantunkan, selanjutnya untuk diserahkan kepada Dalang Ki Seno Nugroho. Selesai sudah prosesi upacara adat pembukaan pagelaran wayang kulit.

Upacara sakral dilanjutkan pada pukul 23.40 wib dalam fragmen midnight inaugurasi peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 70 di mana bertepatan dengan hasil penjumlahan dari angka tanggal, bula dan tahun kemerdekaan yakni 17+08+45. Dalam angka 70 itu kami selipkan harapan, semoga kita semua, bangsa dan negara RI mendapatkan pitulungan atau pertolongan berpuluh kali lipat. Lantunan lagu Indonesia Raya terdengar membahana seperi gemuruh ombak laut pantai selatan. Kemudian disusul lagu Tanah Airku.  Suara Bregada KKB, KKS, dan mahasiswa-mahasiswi KKN serta penonton begitu mengetarkan dada, menggema menyeruak angkasa membelah kesunyian malam. Udara dingin dan hembusan angin malam menciptakan suhu yang mencapai 19° celcius. Tetapi kami merasa hangat, di antara sedulur-sedulur semua yang hadir penuh semangat membara mengisi kemerdekaan.

After midnight dibuka sekuel limbukan, pada sekuel ini tokoh wayang yang keluar hanya dua saja yakni (bu) cangik dan limbuk, anak perempuannya yang pandai berjoget dan melucu. Limbukan biasanya digunakan pula untuk menampilkan gending-gending dan tembang yang menghibur penonton. Wiyogo (penabuh gamelan) dan waranggono (sinden atau vokalis) juga diberikan kesempatan untuk menampilkan kemampuannya olah musik gamelan dan olah suara. Maka sekuel Limbukan oleh dalang sering digunakan sebagai media berinteraksi dengan penonton, wiyogo serta waranggono secara intens. Melalui sekuel ini pula dalang akan menyampaikan maksud dan tujuan digelarnya wayang kulit, dalang bisa mewakili tuan rumah atau penanggap wayang apabila ada ucapan yang ingin disampaikan kepada para penonton. Berbagai informasi penting yang perlu disampaikan kepada para penonton juga disampaikan pada sekuel limbukan ini. Termasuk juga jika ada kritik terhadap pemerintah, maupun masyarakat, disampaikan lewat sekuel limbukan dan sekuel selanjutnya yakni goro-goro dengan ditandai keluarnya punakawan (semar, gareng, petruk, bagong) di layar. Pada dua sekuel ini beberapa kali Eyang Dalang Panjang Mas manjing sarira menggunakan mulut atau ucapan dalang sebagai “penyambung-lidah”nya.

Dari sekuel limbukan, goro-goro hingga selesai akan memasuki dua lingkaran waktu. Masuk lingkaran waktu gondoyoni (antara jam 01.00-03.00) hingga lingkaran waktu puspa tajem (antara jam 03.00-04.30) Pada waktu itu Eyang Dalang Panjang Mas sangat intens purbawasesa, beliau menggunakan hampir seluruh waktu untuk mendalang langsung dengan meminjam raga atau melalui ucapan dalang. Di saat-saat itu lah Eyang Dalang Panjang Mas memberikan informasi apa yang akan terjadi serta nasehat-nasehat penting, melalui kata-kata dan kalimat yang diucapkan oleh tokoh wayang.

Warning, Para Pengelola Negara Sudah Kehilangan Sipat Kandel  !

            Waktu menunjukkan pukul 03.30 wib ketika gending pathet manyura telah usai ditabuh, lakon telah paripurna, kami sudah dapat memahami apa yang menjadi pesan-pesan penting selama pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Disusul kemudian irama gending gangsaran dan ricik-ricik, serta ayak-ayak pamungkas menandai bahwa pertunjukan wayang kulit secara keseluruhan telah usai. Suhu udara ditempat pagi itu mencapai 18 ͦ celcius. ͦͦRibuan penonton bergegas dari tempat duduk di kursi samping panggung, belakang layar, maupun yang lesehan di rumput. Di penghujung acara itulah, Ki Dalang Panjang Mas memberikan pesan penting tetapi di luar percakapan monolog dalang.

            Isi pesan itu secara ringkas padat : ….,”sawise nanggap wayang kulit, tandane Negara bakal wiwit akeh perkara gede kang gampang diwaca apadene kang samar. Mula kudu tansah waspada, teguh, lan tansah setyo tuhu marang para leluhur. Mungsuhe bakal nganggo cara alus, sira kabeh kudu nganggo cara kang luwih alus. Akeh wong kang malih rupa (musang berbulu domba), mencala putra-mencala putri. Pengestuku ngger tampanana, suradira jayaningrat, lebur dening pangastuti, jaya-jaya wijayanti. Artinya, setelah pagelaran wayang kulit, ditandai dengan terjadinya berbagai masalah besar di negara ini. Yang mudah dilihat maupun tidak. Oleh sebab itu harus selalu waspada, teguh hati, dan selalu setia kepada leluhur. Musuhnya akan menggunakan siasat halus, maka cara menghadapinya harus lebih halus. Banyak orang yang berkamuflase, “musang berbulu domba”, pendirian berubah-ubah. Doa-restuku nak, segala angkara murka akan sirna dengan sikap welas asih. Selamat sentausa meraih kemuliaan.

Pesan itu dalam kalimat yang halus dan cenderung agak disamarkan. Saya bisa paham apa maksud beliau melakukan demikian. Biasanya leluhur jika hendak mengabarkan suatu keadaan baik yang akan terjadi, maka informasi itu akan disampaikan secara transparan atau dengan kata-kata dan kalimat yang sangat jelas. Namun banyak pula yang disampaikan secara samar sekalipun kabar baik.  Sebaliknya  jika leluhur hendak memberikan informasi bahwa situasi dan kondisi yang buruk akan terjadi di waktu yang akan datang, maka leluhur akan menggunakan kalimat samar. Tujuannya untuk menghindari efek idu geni, atau apa yang diucap pasti terjadi. Karena leluhur yang derajat kemuliaannya tinggi akan memiliki daya kekuatan idu geni yang lebih besar.

            Pesan Ki Dalang Panjang Mas tidaklah berlebihan, cobalah kita lihat kondisi ekonomi politik Nasional semakin hari semakin mendekati kenyataan bahwa lembaga eksekutif (kabinet Jkw-Jk), legislatif  (DPR-MPR), yudikatif (penegak hukum) maupun partai politik, semenjak 2014 kinerja rezim baru yang berkuasa  hingga saat ini belum ada perubahan signifikan yang dihasilkan. Masih jauh dari harapan rakyat. Di sisi lain, coba anda bayangkan selama setahun ini sudah berapa banyak anggaran Negara yang telah dihabiskan untuk beaya operasional dan gaji perbulannya? Sungguh ironis. Tampaknya uang rakyat telah sia-sia, beaya (modal kerja) yang besar dengan hasil prestasi kerja sangat minim. Beberapa pengamat menilai prestasi kerja koalisi dan kabinet Indonesia hebat tidak menghasilkan kemajuan berarti, bahkan malah terjadi kemerosotan, seperti halnya kemerosotan daya beli masyarakat yang terjadi sepanjang setahun ini. Itu bukan berarti pribadi orang-orang yang memegang kekuasaan adalah jahat. Lebih tepat dikatakan bahwa kapabilitas leadershipnya yang perlu dipertanyakan. Politik nasional didominasi perebutan jabatan, lahan ekonomi, pengaruh dan posisi strategis. Perselisihan antar elit politik, antar lembaga tinggi negara (yudikatif, legislatif dan eksekutif) serta antar departemen kementrian menjadi hidangan memuakkan sehari-hari yang disuguhkan di atas meja rakyat. Tak ketinggalan pula trendsetter presiden raja blusukan kini telah bergeser menjadi “presiden meja makan”, karena saking seringnya mengundang makan siang elemen-elemen  masyarakat dari berbagai lapisan ke istana negara, seperi pedagang pasar, kakilima, penulis, jurnalis, pengusaha, politisi sampai pedagang asongan, semua diberi kesempatan mencicipi menu yang ada di meja makan istana negara. Itu bagus dan luar biasa tapi tidak ada hubungannya dengan prestasi kepemimpinan nasional, terlebih lagi bidang ekonomi dan politik. Lembaga legislatif yang diharapkan mampu mewujudkan harapan rakyat, faktanya lebih busuk. DPR tak ubahnya panggung “sri mulat”. Banyak orang-orang terhormat banting harga, sidang terhormat mereka jadikan barang obralan. DPR RI saat ini memang hebat, punya daya serap tinggi terhadap anggaran negara dalam jumlah besar. Selain “prestasi” itu sepertinya tak ada lagi. Rakyat disuguhi sikap permusuhan antar koalisi yang terjadi di dalam ruang sidang terhormat, tetapi “berpelukan mesra” di belakang panggung. Mungkin rakyat Indonesia dianggap buta matanya dan tuli telinganya. Lembaga yudikatif yang menjadi satu-satunya kekuatan penegakkan hukum resmi, tetapi sama saja rakyat tak bisa berharap banyak padanya.

Saat ini realitasnya justru paradoksal dari apa yang diharapkan oleh rakyat Indonesia. Tak kepalang tanggung, pensiunan presiden yang dulu raportnya jeblok saja tidak tahu malu, lewat media televisi masih gemar mencemooh lalu menggurui pemerintahan sekarang.  Itu hanya bikin hidangan yang tersaji di meja makan rakyat bertambah menjijikkan.

            Masyarakat menilai, sebagaimana santer diberitakan di media online di antaranya media online Kompasiana, disebut bahwa janji-janji dan jargon Nawacita serta Tri Sakti yang digaungkan Presiden hingga saat ini belum juga terealisasi. Sejumlah menteri di dalam kabinetnya pun telah melakukan hal-hal offside yang memperburuk citra Kabinet Kerja a la Jkw & Jk. Tak hanya itu, gaya presiden yang kurang tegas dan masih diharuskan tunduk patuh terhadap ketua partai pengusungnya membuat mantan Gubernur DKI Jakarta itu perlu “diruwat” agar Indonesia tidak semakin terpuruk.

Para pemimpin dan pengelola negara ini, di semua lembaga tinggi negara, legislatif, yudikatif dan eksekutif sudah kehilangan sipat kandel-nya. Sifat-sifat sebagai negarawan sejati telah sirna. Ilmu-ilmu tata kelola negara, ilmu ekonomi, ilmu sosial-politik, ilmu hukum, rasanya semua mejen. Seolah bagaikan tong kosong yang bunyinya nyaring. Bahkan kita seperti hidup di negara yang tanpa ada pemimpin. Rakyat semakin resah dengan keadaan yang tak kunjung membaik, bahkan yang terjadi malah sebaliknya. Para pengusaha dan investor setiap saat diliputi rasa khawatir. Sementara wong cilik telah kehabisan kata-kata dan tenaga untuk meronta. Lalu, apakah hati nurani negeri ini telah mati ? Hingga rajin tanamkan dendam dan kebencian di antara lembaga tinggi negara. Ataukah kita sesungguhnya sedang hidup di “rumah” paling berhantu ?

Pertarungan Membawa Kematian

Bagi para pembaca yang budiman yang telah mengikuti tulisan saya terdahulu terutama Pagelaran Wayang Kulit : Satria Piningit Pambukaning Gapura (SPPG), tidak akan kaget dengan sikond ekonomi dan politik saat ini. Prediksi telah lama dikabarkan sebagai warning, agar kita semua bisa bersiaga satu, dan saat ini fakta telah berbicara. Itu dalam cerita wayang menggambarkan suatu keadaan selama Negara Ngestina dipimpin oleh sang Togog dan mBilung yang selalu terjadi kontra. Prediksi itu apa adanya yang kami lihat, bukan suatu bentuk kekecewaan.

Para pembaca yang budiman. Ulasan di atas bukan pula berarti rival-rival politik Jkw-Jk yakni koalisi merah putih (KMP) lebih baik dan hebat, tidak samasekali…! Bahkan pada kenyataannya jauh lebih buruk. Pertarungan politik antara KMP versus KIH adalah pertarungan yang tidak ada pemenangnya. Melainkan semuanya kalah..! Yang satu kalah telak, yang satunya lagi kalah tidak begitu telak. Mereka bertarung dengan membawa ego masing-masing dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat. Tetapi faktanya, rakyat telah dibuat susah payah. Semua kubu politik mengalami “kematian”. Semuanya terkunci. Mati dan terkunci oleh egonya masing-masing. Inilah apa  yang saya maksud, pada posting saya tahun lalu, era di mana yang kotor dan rusak akan keluar semua, agar supaya sesampahan dan polutan segera habis dan kekuatan alam yang akan membersihkannya. Leluhur pun akan segera merobohkan gubuk reyot dan rapuh dimakan rayap. Maksud merobohkan bukan berarti menghancurkan NKRI menjadi berkeping-keping. Bukan itu. Tetapi merobohkan nafsu angkara, nafsu 3G, yakni golek menange dewe, golek butuhe dewe, goleh benere dewe.

Saat ini para pengamat telah melihat di antaranya disampaikan oleh Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro belum lama ini juga membuat statement atas dasar berbagai gejala yang mudah dilihat. Dikatakan pula masa pemerintahan Presiden Jkw-Jk akan sama dengan mantan Presiden BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati yang hanya berhasil memimpin Indonesia dalam waktu singkat. “Jika kondisinya seperti ini terus terjadi, Jokowi nasibnya akan sama seperti Megawati, BJ Habibie dan Gus Dur. Dia (Jokowi) tidak akan lama memimpin Indonesia,” ungkap wanita yang akrab disapa Wiwiek itu di kantor DPP Perhimpunan Gerakan Keadilan (PGK), di Tebet Timur Dalam Raya, Jakarta Selatan, Minggu (19/4/2015).  Lebih jauh, Wiwiek memprediksi akan jatuhnya kepemimpinan Jokowi-JK yang terlihat dari kurang harmonisnya hubungan antara legislatif dengan eksekutif. “Baru kali ini DPR dam Presiden tidak bersinergi dengan baik. Ini akan memunculkan citra yang buruk,” tambahnya. Terlebih, Jokowi dan JK terlihat kurang kompak dalam model kepemimpinannya. Dia melihat, kondisi politik dan demokrasi yang rapuh. “Jokowi-JK tak saling mengisi dan melengkapi itu yang saya tangkap. Kinerja pemerintah baru akan meresahkan publik,” simpulnya.

Belum juga rampung bulan Agustus 2015, gejala krisis ekonomi dan politik semakin tampak. Rupiah anjlok, tembus hingga Rp 14.161 per USD pada Rabu 27/8 dan Jumat 29/8/2015. Berdasarkan catatan Asosiasi Pengusaha Tekstil (API) ada sekira 60 ribu pekerja yang dirumahkan saat ini. Fakta-fakta, statemen, evaluasi di atas bisa diartikan secara subyektif sebagai pernyataan orang yang tidak simpati pada  Pemerintahan Pak Jkw-JK. Tetapi kita di sini bukanlah ibu-ibu rumah tangga yang suka membuat gossip. Kita tetap menghormati pemerintahan yang sah. Saya juga turut bangga ada sesama almamater yang jadi presiden. Namun kebanggaan saya itu tetap berpegang pada etika akademik. Saya tidak akan menghapus sikap obyektif dan kritis mencermati keadaan. Demikianlah setiap WNI memiliki kemerdekaan untuk merasakan dan mengevaluasi fakta-fakta yang terjadi di sekitarnya. Maka saran saya, tetap jauhkan emosi, gunakan rasa tanggungjawab sebagai WNI untuk bela Negara. Pergunakan mata visual, akal sehat, hati nurani dan kaidah akademik agar tidak berlebihan dalam menilai. Karena obyektivitas itu lebih mendekati kebenaran. Kita hanya ingin pemerintah mampu menjalankan tugas dan tanggungjawab sesuai koridor dan seperti janji-janji yang diucapkan pada saat kampanye. Jangan permalukan almamater. Common…get up, dont’t give up. Gunakan otoritas kekuasaan sebaik-baiknya agar rakyat kecil bisa hidup layak, lapangan pekerjaan melimpah, industri berkembang pesat, hutang negara menipis, tabungannya kian banyak, rakyat sejahtera, murah sandang pangan, aman sentausa, tata-titi tentrem kertaraharja. Itu saja, sederhana dan simple kan ? Jika memang sudah capek, dan menemui deadlock…letakkan secara jentelmen !

Bukalah Payung, Hujan Sudah Mulai Turun !

Sampai kapan keadaan ini ? Itu pertanyaan sulit. Lebih mudah menjawab sampai kapan Pemerintahan ini akan berlangsung. Tapi kali ini saya tidak akan membahas perkara yang hanya membuang-buang waktu seperti itu. Lebih berguna, kita bicara tentang langkah apa yang musti diambil. Berikut ini saya berikan alternative. Mungkin di antara para pembaca yang budiman sudah menetapkan langkah yang jauh lebih maju dan cemerlang, silahkan share di sini untuk membantu sesame warga yang sedang kesulitan. Ada dua sisi yang akan saya sampaikan, yakni sisi spiritual dan langkah strategis. Ini sangat penting bagi semua yang mata pencahariannya selain PNS atau pegawai swasta. Yakni kaum bisnisman, para usahawan, wiraswastawan, terlebih lagi para pekerja serabutan.

Sisi Spiritual :

  1. Dekatkanlah diri kita kepada (Tuhan) dengan cara yang tepat. Tentu saja tidak ritual agama atau hanya sekedar berdoa dengan lisan tidak akan cukup. Iku isih kurang genep lakune. Melainkan bisa anda tempuh dengan menggiatkan diri anda berziarah kepada leluhur, terutama keluarga anda, orang tua, kakek-nenek, dan dilanjutkan pada para leluhur bumi putra bangsa. Saya bisa berikan saran ini karena pengalaman saya selalu merasakan adanya efek energi yang sangat positif. Bahkan beberapa kali saya dengar langsung nasehat leluhur yang mengatakan, “….sing sapa seneng marak sowan leluhur, uripe bakal luwih kepenak. Ugo ora bisa dicilakani marang liyan. Beda lan wong sing ora nate marak sowan. Sak tiba-tibane bakal tiba penak, tansah nemu kabegjan“. Tentu saja kalimat itu bukan ucapan Tuhan, melainkan ucapan leluhur. Tetapi sangat tepat, itu kalimat yang mengandung kebenaran yang bisa dibuktikan oleh siapapun, apapun agamanya, apapun suku bangsanya.
  2. Setelah anda sering mengunjungi pepunden para leluhur, akan ada perasaan lebih percaya diri. Selanjutnya anda tidak perlu panik, sebaliknya harus selalu tenang, supaya batinnya menjadi lebih awas, dan nalarnya lebih cermat untuk melihat berbagai gejala yang terjadi. Termasuk menangkap sinyal-sinyal positif yang dikirim oleh leluhur yang membimbing anda. Ini sangat berguna untuk melihat peluang bisnis, usaha dan pekerjaan yang ada. Dan Anda dapat mengambil keputusan yang tepat. Jika anda panik, setiap hari gelisah, hati tidak semeleh, kemrungsung, gampang heran dan kaget, sikap seperti itu hanya akan membawa anda pada keadaan yang kurang menguntungkan.
  3. Perbanyak menolong orang lain yang sedang kesulitan. Menolong tidak selalu dengan harta. Bukankah kita punya tenaga dan pikiran..?! Gunakan salah satu atau keduanya. Itu sebagai cara kita bersukur kepada Gusti Akarya Jagad. Cara ini sangat jitu, silahkan buktikan sendiri, pada gilirannya anda akan sering mendapatkan kemudahan dan gampang dibantu orang lain di saat anda membutuhkan bantuan. Meskipun demikian anda jangan berharap segera mendapatkan balasannya . Itu terlalu instan apalagi kita berharap balasan dari orang yang kita tolong. Itu lebih parah, namanya pamrih.  Apabila langkah ketiga ini dapat anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari tentu anda akan mulai menyaksikan sendiri kekuatan dahsyat yang menuntun anda pada keberuntungan dan keselamatan. Sekalipun dalam situasi dan kondisi perekonomian nasional yang sedang sumende.

Sisi Ilmu Terapan

  1. Gunakan segala kemampuan yang ada dalam diri anda secara maksimal. Singkirkan semua bentuk MENTAL BLOCK dalam diri. Sebab mental block sangat mengganggu kemajuan. Hanya sebagian orang yang menyadari dirinya mengidap mental block. Gejalan mental block termasuk seperti hal-hal yang dapat menjadi kendala seperti watak malas, gengsi yang berlebihan, menunda-nunda rencana dan pekerjaan. Atau pernyataan yang selalu bernada pesimis dan negative thinking. Misalnya selalu berkata,”…mana bisa saya...? Ah, saya nggak bisa…! Nggak akan ada gunanya….! Dan sejenisnya. Padahal anda belum mencoba tetapi sudah menyimpulkan bahwa anda tidak mampu. Anda tidak menggunakan mind power, atau kekuatan pikiran untuk menciptakan keberhasilan bagi anda sendiri, sebaliknya mind power anda gunakan justru untuk menutup jalan keberhasilan anda sendiri.
  2. Dalam pergaulan perbanyaklah relasi, sedangkan relasi yang sudah ada supaya dijaga agar tidak rusak. Kepercayaan yang diperikan kepada anda hendaknya dijaga betul agar supaya membuka kesempatan usaha dan kerja lebih luas lagi. Untuk itu, jangan menebar permusuhan di mana pun anda berada. Anda bisa menggunakan motto, satu musuh terlalu banyak, seribu kawan terlalu sedikit. Sudah terbukti, orang yang mempunyai banyak musuh, akan sulit berkembang dan meraih keberhasilan. Sebaiknya banyak kawan, banyak rejeki, itu benar adanya. Semakin banyak sedulur, anda akan mudah mendapat bantuan di saat mengalami kesulitan. Tinggalkan sifat-sifat sok pinter, sok jagoan. Reset pola pikir anda dengan cara pandang yang lebih baik. Bahwa orang yang keren bukanlah orang yang sangar, brangasan, temperamental, suka mendominasi dan menindas orang lain, watak adigang adigung adiguna. Melainkan orang yang ramah, santun, penuh welas asih tapi jagoan gelut. Itu baru keren. Hilangkan semua sisi negatif dalam diri anda. Sebab kali ini seleksi alam sungguh sangat ketat. Biarpun panggung politik didominasi oleh orang-orang yang kotor dan rusak, sementara orang baik tersingkir. Tetapi jangan berkecil hati sebab mereka tak akan lama. Negara ini harus dirobohkan terlebih dahulu sebelum dibangun kembali dengan pondasi dan bangunan yang lebih kokoh. Sementara itu orang baik yang suka menolong, jujur, dan penuh welas asih akan selalu menjumpai keberuntungan kapanpun dan di manapun berada.
  3. Jangan berfikir terlalu muluk dan jauh, realistis saja. Sedikit rencana, tetapi perbanyak action. Jangan terbalik banyak rencana sedikit bertindak. Carilah peluang ekonomi yang diuntungkan oleh kenaikan kurs mata uang dollar. Anda harus bertahan paling tidak hingga pergantian tahun. Kemakmuran Indonesia baru dimulai pada 2017 nanti. Tetapi bukan berarti selama menghabiskan 2015 dan 2016 tidak ada yang bisa dimakan. Percayalah bahwa rejeki akan selalu ada bagi yang tak kenal lelah mencoba dan berusaha setiap peluang. Jangan selalu menanamkan pola pikir mencari pekerjaan, cobalah dibalik, menciptakan pekerjaan. Bermain di level bawah yang tidak tersentuh oleh fluktuasi kurs mata uang akan lebih aman dan tidak mudah terkena imbas krisis ekonomi secara langsung. Dan tahun ini mudah-mudahan menjadi tahun paling terpuruk yang terakhir kalinya untuk NKRI.
  4. Dalam situasi dan kondisi sulit seperti saat ini, seringkali terjadi kompetisi tidak sehat, orang mudah menjadi lupa diri dan gelap mata demi mencari sesuap nasi untuk keluarga yang menjadi tanggungannya. Golek menange dewe, golek butuhe dewe, golek benere dewe digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Bahkan sikon saat ini ibarat api dalam sekam, bisa meledak menjadi ontran-ontran besar. Orang berani nekad, tak peduli mati demi mewujudkan ego dan hawa nafsu memperebutkan makanan, kedudukan, dan kekuasaan. Saran saya, jika menghadapi keadan seprti itu tetaplah menjadi orang yang berbesar hati. Jangan terbawa arus dan gaya permainan buruk. Itu hanya akan merugikan diri sendiri. Mengalah bukan berarti lemah. Jadilah orang yang mengalah karena sikap lebih dewasa dan matang dalam pengalaman lika-liku kehidupan. Anda juga akan menghadapi kamuflase, atau cara-cara halus, dimana menjadikan anda sulit membedakan mana kawan mana lawan. Lebih baik selalu eling dan waspada, tetap kaya hati, berani mengalah, karena dengan sikap seperti itu kekuatan alam justru akan berpihak kepada anda. Ingatlah, kekuatan alam akan membersihkan semua yang kotor dan rusak. Jangan sampai anda termasuk bangunan reyot yang akan segera dirobohkan oleh kekuatan alam.

Hanya itu yang bisa saya sarankan cara-cara sederhana, bukan bermaksud menggurui, tetapi mungkin saja ada gunanya untuk sedulur-sedulur. Apa yang saya  sarankan tentunya bukan hal baru, saya yakin para pembaca lebih memahami, juga punya strategi yang lebih bagus. Mudahan-mudahan situasi dan kondisi seperti ini segera usai.

            Di akhir tulisan ini, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada sedulur-sedulur putra-putri KKS dari seluruh Indonesia, Belanda, Belgia, Spanyol, Perancis, Jerman, Dubai, UEA, Autralia, Amerika, dan di manapun berada atas support yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Saya salut dengan ketulusan dan kegigihan panjenengan semua. Saya ucapkan terimakasih kepada Mas Parjo (Dr. Suparjo Sujadi, SH, MHum) staf Pengajar FHUI dan timnya, tim Mas Bebet Critianto Production House yang handal dan profesional, Pak Bupati Bulungan yang tulus dan bersahaja, PT Wings Indonesia cc The Javana, PT HM Sampoerna. Dan kepada sedulur-sedulur KKB yang solid, trengginas, cekatan, dan energinya yang tak pernah habis. Pemuda-pemudi Banaran dan sekitarnya. Juga kepada Ki Seno Nugroho, dan seluruh wiyogo, seluruh waranggono yang luwes-luwes. Hingga acara ini dapat terlaksana dengan meriah, lancer dan sukses tanpa ada aral apapun. Tak lupa kami ucapkan kepada jogjasky.com khususnya Mr Phillips, yang telah meluncurkan pesawat drone-nya yang canggih dan hebat hasilnya. Kepada semua pihak yang belum kami sebutkan di sini, saya ucapkan terimakasih dan saya apresiasi dengan penuh rasa bangga. Mana Indonesiamu…!

Semoga tulisan ini berguna untuk semuanya. Siapa tahu ada pejabat atau pengurus negara ini yang turut membacanya sehingga dapat mengoreksi diri apa yang selama ini masih kurang pas dilakukan.  Jangan memikirkan kepentingan pribadi dan kelompok saja. Apa yang anda lakukan memiliki konsekuensi langsung dengan nasib ratusan juta rakyat Indonesia. Jangan main seenaknya sendiri. Sudahi rebutan kuasa, rebutan benernya sendiri, rebutan butuhnya sendiri. Sudahi pula api dendam terhadap lawan politik. Jangan saling menjatuhkan. Sebab bukan lawan politik anda yang jatuh melainkan rakyat Indonesia.

Rahayu sagung dumadi

About SABDå

gentleman, Indonesia Raya

Posted on September 8, 2015, in Idealnya Rumah Besar Ini Memang (di) Roboh (kan) and tagged , , , , , . Bookmark the permalink. 19 Komentar.

  1. rio candra samudra

    Terima kasih Ki Sabda dan nuwun sewu duduk paling depan hehe 😀

    Untuk ziarah kpda leluhur yang jauh bagaimana ki ? sementara keadaan materi masih belum memungkinkan dan kalau hanya berdoa dari rumah saja rasanya kurang kok kurang sreg? lalu bagaimana dengan keadaan sperti iki Ki ?? MOHON PENCERAHANYA…!!

    • Mas Rio Candra Samudra Yth
      Bisa dengan cara menghaturkan pisungsung kpd para leluhur yg menurunkan panjenengan. Bagi yg sdh berumahtangga haturkan pisungsung kpd leluhur yg menurunkan anda dan istri/suami anda. Pisungsung bisa dgn cara sederhana misalnya sekar setaman, kopi dan teh tubruk. Jika sulit mendapatkan sekar, ambil saja 3 macam bunga yg ada. Minimal ada dua macam minuman, teh dan kopi. Utk lebih jelasnya silahkan baca posting Faq : membangun laku prihatin yg pas dan pener.
      Matur nuwun ugi kagem mas Tepos yth.
      Rahayu sagung dumadi

  2. sugeng enjing ki lan poro sedhulur sedoyo,.wilujeng rahayu kang tinemu bondho lan begja kang teko saking kersane sang yang jagadnoto

  3. Materu nuwun Ki Sabda…

    Rahayu…Rahayu…Rahayu…

  4. Matur agunging panuwun ki…
    Nyuwun pangapunten Kula tansah ndereki wedaranipun panjenengan…

  5. Maaf… Salam kenal… Mohon ijin untuk ikut berkomentar….

    ”…seumpama rumah reyot yang akan direnovasi, maka rumah reyot itu haruslah dirobohkan terlebih dahulu supaya kelak bangunan baru bisa dibuat kokoh. ”
    Mungkin keadaannya sekarang memang seperti ini.
    Menurut saya pribadi, kalaupun itu benar, maka sudah sesuai seperti paragraf yang saya copy paste diatas, bahwa harus ada yang merubuhkan rumah yang peyot itu untuk kemudian bisa dibangun kembali.
    Kita terkadang tidak bisa memahami maksud dari kata “merobohkan” dalam konteks “pembangunan” karena kata tersebut cenderung berkonotasi negatif (destruktif). Tetapi seorang arsitek yang handal pasti akan mengambil resiko itu, untuk bisa mewujudkan berdirinya kembali bangunan yang lebih kuat dan kokoh.
    Merujuk cerita diatas, sekarang ini kita mungkin berada pada fase “merobohkan”, membongkar semua untuk melihat mana yang masih bisa digunakan dan mana yang tidak. Dipilah pilih untuk mengefisienkan pekerjaan. Cuma karena memang tujuannya merobohkan, bagi yang tidak faham pasti akan menentang dan sinis. Padahal hanya mempercepat waktu saja, karena seiring dengan waktu, rumah reyot pasti akan roboh dengan sendirinya.
    Kalau ini bisa dianggap sebagai proses untuk menuju ke keadaan yang lebih baik maka biarkan proses ini berjalan dengan sendirinya, tidak perlu ikut ikutan pro atau kontra, lebih giat bekerja, berkarya dan melakukan hal hal yang positif, sehingga mudah mudahan ketika waktunya tiba, kita masih bisa melihat dan merasakan masa kejayaan negeri kita.

    Maaf lagi kalau ada kata kata yang tidak berkenan atau menyinggung.
    Baru pertama ikutan komen….

    • Mas Haris Yth
      Matur nuwun atas masukannya yang sangat berharga.
      Posting di atas sudah cukup saya jelaskan seperti maksud panjenengan. Mudah~mudahan mudah dipahami. Tapi kalau masih kurang gampang dipahami, yo kebangeten tenanan. Atau memang maunya golek menange dewe. Mudah~mudahan semua pihak mudah memahami dan mau menjadikan bahan instropeksi diri. Semua WNI yang sejati, tidak ingin Indonesia hancur dan sengsara. Saya tegaskan, bahwa yang dirobohkan adalah mental para pengelola negara yang sudah tidak layak kapasitasnya. Juga mentalitas sebagian rakyat yang maunya golek menange dewe, golek butuhe dewe, golek benere dewe.
      Rahayu sagung dumadi

  6. Persis “tepat” dgn “sikon” saat ini! “KalMegPal-PimDPR|MPR|KMP–“kuman”nya!

  7. jayalah nusantaraku…..

  8. Dibutuhkan ASSISTEN RUMAH TANGGA (ART) yang SADAR BUDAYA DI LUHUNG untuk men jalankan TUGAS POKOK & FUNGSI MEMBERSIIHKAN RUMAH BESAR…Yang berantakan karena perjamuan makan yang diselenggarakan pelaku legislatif, eksekutif, dan yudikatif … jika tidak ada ART, maka RUMAH BESAR BESAR BESAR ITU akan RUNTUH …waktu yang akan menjawab …

    SALAM

  9. Yo ono benere tulisan jenengan ancene samar tp bahaya,iki pelajaran kenyattaan,di selah2 terpuruknya ekonomi negara keturunan etnis x mulai menunjukkn existensinya mulai dr memimpin ibu kota ,mendominasi pasar,acara2 televisi.dengan menguatnya dolar thdp mata uang asia,ekonomi asia akn jatuh termsk negara X ini.dgn jatuhny negara X penduduknya lbh dr 1 milliar akn trjd migrasi besar2an,menterinya pun mengakuiny,Indonesia adlh solusi terbaik negara kaya,pribuminya lemah.

  10. Semoga semua makhluk selamat selalu………….Rahayu.

    • Mas Tress Dhelick Yth
      Apakabar Mas, lidah Bugis yg luwes sekali saat nembang pangkur dan sinom Wedatama. Suatu waktu kita ke Gowa lagi, salam utk Pak Danramil dan saudara2 di Makassar. Terimakasih atas segala apresiasinya.
      Rahayu sagung dumadi

  11. Salam karaharjan Kangmas Sabdalangit
    setiap malam kami berdoa angluhuraken para leluhur
    hingga suatu malam anak lelaki saya ditemui oleh leluhurnya dan diberi banyak wejangan.
    Anak saya diwejang tentang arti memiliki kaki, yaitu untuk bangkit, untuk berdiri dan untuk melangkah, anjangkah
    ketika harus mengalami jatuh, artinya sebuah pelajaran untuk lebih waspada & berhati-hati dalam melangkah,jangan takut untuk bangkit berdiri & melanjutkan langkah dengan waspada setiti ngati-ati.
    Dan jangan fokus pada kesusahan, pada keterpurukan saat ini, karena dalam diri kita ada banyak potensi & tersedia banyak peluang untuk kita menjadi semakin baik kedepan.

    Saya sendiri dibawa kepuncak gunung, seperti yang sering terjadi ketika Bapak taksih sugeng, namun kali ini ditemani almarhum kakak saya.
    Namun kali ini saya singunen diatas puncak gunung tersebut, masih tak sanggup meneruskan jalan menuju gunung lain yang lebih tinggi, dari puncak itu saya bisa melihat pemandangan yang indah, mengagumkan namun juga menggetarkan.
    Almarhum kakak menemani saya untuk istirahat sebentar mengumpulkan lagi keberanian & kekuatan melanjutkan perjalanan, sambil menunggu terbitnya matahari di bang wetan yang mulai semburat terang.
    anehnya di kaki gunung yang jauh tampak 3 buah matahari lain yang hendak terbenam.

    Semoga kita semua tansah wilujeng rahayu kang tinemu bandha & begja kang teka, diparingi kekiyatan & sipat kandel kagem saged ndherek nglajengaken lelampahan para minulya

    • Dimas Tomy Arjunanto Yth
      Pujisukur keng putra sudah mulai nampi wejangan saking ngaluhur. Semoga kelak menjadi pendekaring bangsa.
      Dimas, semakin tinggi gunung didaki, akan semakin banyak terlihat pemandangan indah nan menggiurkan hati. Tapi waspadalah, jangan bergetar oleh eksotis dan keindahan pemandangan itu. Itu hanya fatamorgana yg selalu menggoda. Jangan khawatir, Kakaknya Dimas sll mendampingi langkah. Teruslah melangkah jangan ragu. Sing sopo temen tinemu.
      Dimas, saat ini Matahari matahari sudah mulai layu. Hari makin senja. Tak lama lagi mereka akan tenggelam.
      Rahayu sagung titah dumadi

  12. Yth. Ki sabda
    Mau tanya ki , apa perbedaan ” pusaka payung kencana ” , dg ” pusaka payung songsong tunggulnaga ” ?

  13. Trima kasih atas artikel ini. Banyak tulisan menarik dan bermanfaat di blog ini.
    Salaam

  14. Misteri Ki Lurah Bodronoyo

Tinggalkan Balasan ke menjaringawan Batalkan balasan