Arsip Blog

Urip Kudu Murup

image
Lagoona Pantai Glagah Indah Kulonprogo

Meraih jabatan dan kekuasaan itu hal yang mudah, tetapi menjadi pemimpin yang melaksanakan amanat tidaklah mudah. Menjadi pemimpin bisa menjadi suatu berkah, bisa pula menjadi malapetaka dalam kehidupan. Baik kehidupan dirinya sendiri maupun kehidupan rakyat yang dipimpinnya. Seorang pemimpin akan menjadi sumber malapetaka bagi rakyatnya apabila dia orang yang tidak memenuhi asas kepantasan. Sebaliknya seorang pemimpin akan menjadi sumber anugrah bagi rakyatnya apabila dirinya telah memenuhi asas kepantasan.

Apakah ASAS KEPANTASAN itu ?

Seperti dalam falsafah hidup masyarakat Jawa, bahwa urip iku kudu murup. Artinya, dalam menjalani kehidupan di dunia ini haruslah “menyala”, sehingga cahayanya dapat menerangi sekitarnya. “Menyala” maksudnya kita mampu berperan memberikan konstribusi dalam kelangsungan hidup pada seluruh makhluk. Diri kita diumpamakan lampu. Lampu tidak akan berguna jika tidak menyalakan sinarnya sebagai penerang bagi lingkungannya, yakni menerangi seluruh mahluk hidup dengan cahaya kehidupan. Cahaya kehidupan itu bukan sekedar rutinitas ritual sehari-hari, melainkan amal kebaikan yang nyata kita lakukan untuk seluruh kehidupan, dilakukan setiap saat dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan. Amal kebaikan dari tahap dan lingkup paling kecil. Sering menolong, dan membantu sesama dan tidak pilih kasih. Selalu memberikan kemudahan dan jalan hidup kepada sesama manusia tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan. Di situlah kewajaran sebagai seorang pemimpin agar dapat memberikan anugrah kemakmuran dan kesejahteraan kepada rakyatnya. Semakin intens seseorang menjadi “murup”, akan semakin tinggi pula asas kepantasannya.

Sebaliknya, jika kehidupan seseorang tidak “murup”, artinya hidup seseorang hanya akan menjadi sumber kegelapan, perilakunya menimbulkan kebinasaan, sikapnya merusak dan merugikan sendi-sendi kehidupan, menghancurkan lingkungan alam, mengganggu ketentraman dan kedamaian masyarakat. Segala macam penyakit hati, iri, dengki, amarah merupakan sumber malapetaka bagi seluruh kehidupan di planet bumi ini.

Untuk itu, seorang pemimpin haruslah “murup”, buktikan terlebih dahulu agar hidupnya berguna untuk seluruh kehidupan bangsa manusia, tumbuhan, dan binatang. Mulai dari lingkup terkecil, keluarga, sampai masyarakat luas. Maka asas kepantasan akan dapat terpenuhi, dan seseorang barulah akan pantas menjadi pemimpin yang membawa berkah dan anugrah bagi daerah yang dipimpinnya.

Seseorang (calon pemimpin) yang telah mencapai level tertentu asas kepantasan akan dinilai oleh hukum tata keseimbangan alam sebagai orang yang layak menerima wahyu kepemimpinan. Wahyu kepemimpinan berbeda setiap level kepemimpinan. Wahyu kepemimpinan untuk Lurah atau Kepala Desa lazimnya disebut “ndaru” atau pulung. Wujudnya cahaya putih perak kemilauan, dengan ukuran diameter antara 50-100 cm. “Ndaru” bisa dilihat dengan mata wadag, jatuh di atas rumah orang yang akan terpilih menjadi Lurah. Jatuhnya pulung itu biasanya terjadi malam sebelum pemilihan lurah.

Sapa sing gawe urup marang liyan, ateges gawe murup awake dewe

Read the rest of this entry

AWAN KELABU TELAH DI DEPAN MATA

Saudara-saudaraku semua di manapun berada yang telah berkumpul di blog ini. Para pembaca yang budiman yang tinggal di kota dan di desa. Situasi dan kondisi saat inilah yang pada akhirnya tidak dapat dihindari. Keadaan akan semakin berat, kian berbahaya, tapi akan semakin tak terkendali. Hingga berujung pada MEGA-CHAOS (goro-goro besar) yang mungkin belum pernah terjadi di negeri ini. Walau hati kecil siapapun tak akan bersedia berharap terjadi. Namun kebijaksanaan alam terkadang tak mudah dipahami justru oleh bangsa manusia yang katanya berakal dan paling sempurna.

Jika kita sudah sabar supaya lebih sabar lagi. Jika sudah waspada harap lebih waspada lagi. Jika sudah bersikap hati-hati supaya lebih berhati-hati lagi. Kita semua punya keluarga, punya orang-orang terdekat yang menyayangi & menaruh harapan kapada kita. Inilah maksud tibanya detik-detik berlangsungnya FORMAT ULANG NUSANTARA sebagai mekanisme hukum keseimbangan dan keadilan alam. Kita semua, bangsa ini sedang menuju saat-saat paling berkabung.
Pada Selasa Malam, tampak begitu banyak supernatural power berkumpul. Di antaranya adalah KRK. Tampak ada sesuatu yang sangat urgent menjadi bahan pembicaraan. Terutama soal keadaan negara yang semakin genting.

Kamis Pon 15 Maret pagi hari pukul 07.10 wib “eyang-cantik” atau KRK datang, seperti biasanya setiap gerakan-gerakan tubuhnya merangkai torehan gerakan yang sangat indah lemah gemulai layaknya begawan seni tari. Bangsa widodari (dewi) yang jumeneng ratu itu  kemudian menyampaikan terimakasih telah dua kali dalam sebulan menghaturkan sedekah alam berupa mahesa jenar & turangga wulung sebagai bentuk nyata rasa syukur kita akan berkah alam. Terutama sebagai perilaku utama welas asih, penghormatan dan menghargai terhadap seluruh yang hidup tanpa terkecuali. Di akhir kalimat terselip pesan yang mendalam. “Situasi Nusantara akan semakin berat dan sangat berbahaya. Harus lebih berhati-hati eling dan waspada. Semua itu memang harus terjadi. Teruskan langkahmu ingsun akan selalu njangkung lan njampangi”. Tutur beliau dengan sikap yang sangat wicaksana. Tak lama kemudian beliau berpamit akan melakukan “patroli” nusantara dengan kereta kencana yang ditarik 40 ekor kuda. Lenyap seketika, tinggalah  aroma wangi bunga setaman yang tak kunjung sirna hingga sore hari.

Presiden kita semua, adalah figur Presiden yang peragu, tidak punya sikap tegas dan wibawa yang semakin runtuh, pemerintahan yang sangat jahat kepada rakyatnya sendiri, para politisi pengumbar mulut, serta kelompok-kelompok masyarakat yang semaunya menuruti hawa nafsu kepentingan kelompok dan pengejar imajinasi. Rasanya tak ada lagi figur tersisa yang mampu menata kebali emerintahan RI. Semua itu hanya bisa dipungkasi jika terjadi goro-goro yang berakibat kehancuran fatal. Saya hanya bisa maneges kepada seluruh supernatural power yang saat ini memerintahkan untuk ‘siaga satu’ dalam kewaspadaan ; lindungilah orang-orang yang berada di GARDA DEPAN melindungi rakyat & ayomilah RAKYAT YANG TAK BERDOSA. Sing sapa nggawe bakal nganggo. Sampai jumpa di waktu yang akan datang. Saling berjabat tangan, saling doa dalam keselamatan, serta berharap mendulang kesejahteraan di hari esok. Wilujeng rahayu kang tinemu, bondo lan beja kang teka. Saka kersaning Gusti. Salam karaharjan